"Emang ya lo! Sesuai sama namanya! Mati-matian! Keriting otak gue nyari jalan lo biar ketemu!" Kesal Renata.
Renata membolak-balikkan lembar bukunya. Ia ingin menangis karena mendapatkan hukuman mengerjakan soal matematika sebanyak 10 soal karena ketiduran di jam pelajaran.
"Plis lah ya! Gue ini udah 30 tahun! Udah karatan otak gue kalo disuruh mikir rumus!" Teriak Renata.
Mengacak-acak rambutnya, Renata juga menghentak-hentakkan kakinya. Ia menangis dengan gaya berlebihan agar mendramatisir keadaan.
"Sebelum umur gue 30 tahun, gue emang bolot dipelajaran mati-matian." Keluh Renata.
Memejamkan matanya, ia kembali teringat dengan kejadian dimasa ini. Masa dimana dirinya menghabiskan masa remaja yang seharusnya dilakukan dengan mengejar cita-cita dan kebahagiaan.
"Dimasa depan, lo yang buat kehidupan gue berantakan. Lo yang buat perusahaan bokap gue diambang kebangkrutan dan lo yang buat gue kehilangan semuanya." Gumam Renata.
Menghela nafasnya, Renata tersenyum miris. Bagaimana bisa ia dulu melakukan hal bodoh hanya untuk mengejar laki-laki yang sudah jelas tidak menyukainya.
Brak!.
"Ayam goreng!" Kaget Renata.
Membuka matanya, Renata menatap kesal Araf yang meletakkan bukunya diatas meja. Laki-laki itu duduk didepannya dengan gaya dingin yang terlihat sangat tampan.
"Mentang-mentang ganteng lo!" Kesal Renata.
Tidak menjawab, Araf menunjuk sebuah tulisan yang ada ditembok sebelah mereka. Renata mengikut apa yang ditunjuk oleh laki-laki itu dan mencibirnya.
"Dilarang berbicara dan menimbulkan kebisingan di perpustakaan! Tapi dibolehkan membanting buku diatas meja!" Sindir Renata.
"Salah." Ucap Araf.
"Apa yang salah?!"
"Jawaban lo salah semua."
Mendengar itu, Renata langsung melihat bukunya. Ia memicingkan matanya melihat Araf yang sedang menulis di bukunya.
"Sok tau lo!" Ucap Renata sewot.
"Jawaban lo ngaco." Jawab Araf.
"Gigi lo ngaco!"
"Satu tambah satu berapa?"
"Dua!"
"Salah."
"Lah? Apanya yang salah?!"
"Jawaban lo salah."
"Salah dimananya?! Kan satu tambah satu jawabannya dua!"
"Salah."
"Jadi berapa jawaban yang benar?!"
"Sebelas."
"Gila ya lo?! Apaan jawabannya sebelas!"
"Gue nanya satu tambah satu, gak pake sama dengan. Satu tambah satu."
Araf menunjukkan jari telunjuk kiri dan kanannya. Lalu, ia mendekatkan kedua jarinya itu di depan wajah Renata.
"Kalo begini, jadi angka berapa?" Tanya Araf.
"Sebelas." Jawab Renata.
"Pinter."
Tersadar, Renata tertawa mengerikan. Ia melototkan matanya untuk mengintimidasi laki-laki yang duduk didepannya.
"Apaan jawaban dan pertanyaan lo?! Lo kira gue anak TK?!" Berang Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] The Past (Transmigrasi Ke Masa Lalu)
Teen FictionTak pernah terbayangkan oleh Renata, jika dirinya bisa kembali ke masa lalu. Masa dimana dirinya pernah menjadi gadis bucin yang sangat menyukai seorang laki-laki bernama Wilbert Kelvin di masa putih abu-abu nya. Dulu, apapun Renata lakukan untuk me...