Ternyata Dia Pro

20.1K 2.1K 40
                                    

"Dasar Nay, Nay! Bisa-bisanya dia bolos sekolah gak ngajak-ngajak!" Gerutu Renata.

Renata berjalan menaiki tangga menuju ke rooftop. Ia menendang pintu menggunakan kakinya karena merasa tangannya terlalu berharga untuk membuka pintu keramat disaat dirinya membolos pelajaran.

"Eh? Suara apaan tuh?" Gumam Renata bertanya-tanya saat baru keluar dari pintu.

Karena penasaran, Renata berjalan mengendap-endap dan bersembunyi dibalik tembok samping pintu. Ia mengintip dan langsung menutup mulutnya yang tersenyum saat melihat sepasang kekasih yang sedang asik berciuman.

"Busettt!!! Bisa-bisanya tuh bocah asik-asik disini!" Heboh Renata dengan suara pelan.

Melebarkan kedua matanya, Renata terkikik karena sudah lama tidak melihat pemandangan seperti ini. Terakhir, ia melihat hal seperti itu saat sedang dugem bersama Nayla dan berkahir kembali ke masa lalu.

"Ciuman rasanya seperti apa ya?" Gumam Renata penasaran.

Renata memasang wajah miris karena di usianya yang sudah 30 tahun, dirinya belum pernah merasakan ciuman. Bahkan, ia tidak pernah merasakan bagaimana memiliki seorang kekasih hanya karena cinta Kamseupay nya yang membuatnya menutup diri kepada laki-laki lain.

"Semua ini gara-gara si Kamseupay!" Gerutu Renata.

Melihat kembali kedepan, Renata semakin histeris saat melihat pasangan yang sedang bermesraan itu saling berpelukan. Ia sampai menganga lebar karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Agresif kali! Gue aja gak pernah ngerasain kayak gitu!" Gerutu Renata.

Saat Renata sedang sibuk sendiri dan heboh disaat yang bersamaan, dirinya tidak menyadari jika Araf sudah berdiri dibelakangnya dan mendengar perkataan terakhir yang ia ucapkan. Bahkan, laki-laki itu sampai menahan tawanya karena mendengar gerutuan Renata yang tidak pernah merasakan bermesraan.

"Kasian." Ledek Araf.

Mendengar itu, Renata langsung menoleh kebelakang. Ia menatap sinis Araf yang sedang menatapnya sambil tersenyum meledek.

"Bacot lo! Kayak lo yang pernah aja!" Kesal Renata.

Araf tidak menjawab perkataan Renata. Ia berjalan dan ingin menangkap sepasang muda mudi yang tidak menyadari keberadaan mereka berdua. Namun, lengannya langsung ditahan oleh gadis yang ada bersamanya ini.

"Mau ngapain lo?!" Sewot Renata.

"Menjalankan tugas." Jawab Araf santai.

"Ngapain?! Gak usah! Gue lagi nonton adegan ciuman secara langsung!"

"Mesum."

"Weh! Biarin!"

"Lepas."

"Enggak! Gue gak mau!"

"Lepas."

"Enggak! Mending lo balik kebelakang gue lagi! Daripada gue cium lo!"

Renata sengaja mengatakan itu untuk mengancam Araf. Ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk menggagalkan niat ketua OSIS baru ini yang ingin membubarkan tontonannya.

"Bibir gue terlalu mahal untuk nyentuh bibir lo." Ucap Araf datar.

"Eh! Kutub! Gue bilang cium! Bukan berarti mau nyipok lo!" Ucap Renata ngegas.

"Alasan."

"Wah! Ngajak berantem mulu ya lo! Gue sabet juga lo lama-lama!"

"Iyain yang gak pernah ngerasain ciuman."

"Anj!"

Renata menatap kesal Araf. Ia melebarkan kedua matanya untuk menakuti laki-laki ini.

"Muka lo jelek." Ledek Araf.

[TERBIT] The Past (Transmigrasi Ke Masa Lalu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang