Araf menghentikan langkahnya saat pundaknya dilempar bola basket. Ia melihat bola itu dan menoleh mencari orang yang telah melemparnya dari tengah lapangan. Disana, Araf menatap tajam Wilbert yang tersenyum meremehkan menatap dirinya. Ia mengambil bola itu dan berjalan mendekatinya.
"Kalo gak bisa main, jangan jadi kapten tim basket sekolah ini." Ucap Araf dengan wajah dinginnya.
"Ketua Osis sok teladan." Balas Wilbert.
Srak!
Araf melempar bola yang ada ditangannya ke dalam ring. Ia memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana dan tersenyum miring melihat wajah Wilbert.
"Caper." Sindir Wilbert.
"Gue gak punya urusan sama lo." Jawab Araf.
"Lo punya urusan sama gue mulai sekarang!"
"Sorry, gue gak ada waktu."
"Lo gak usah deketin, Renata!"
Mendengar itu, Araf mengernyitkan keningnya. Ia menepuk pundak Wilbert dengan tangannya yang bebas.
"Kalau gue gak mau?" Tantang Araf.
"Lo gak pantes buat dia!" Murka Wilbert.
Araf terkekeh geli mendengar perkataan laki-laki itu. Ia merapikan seragam sekolah Wilbert sambil terus tersenyum miring menatapnya. "Kalo gue gak pantes, jadi siapa yang pantes? Lo?"
Setelah mengatakan itu, Araf tertawa mengejek. Ia menepuk-nepuk pipi Wilbert yang sudah terbakar emosi ditempatnya.
"Lo lebih gak pantes!" Desis Araf.
Wilbert langsung menepis tangan Araf. Ia mengangkat tangan kanannya dan ingin memukul wajah laki-laki yang masih berdiri dengan wajah dinginnya. Tetapi, pukulan yang ia layangkan dengan mudah ditahan oleh Araf begitu saja sebelum mengenai wajah tampannya.
"Renata cuma suka sama gue!" Ucap Wilbert dengan emosi yang meluap-luap.
"Kalo gue bilang, dia sekarang suka sama gue.. lo mau apa?" Balas Araf dengan senyum meremehkan.
"Jangan mimpi lo! Dia ngejar-ngejar gue sampe gak punya malu dan harga diri!"
Bugh!
Wilbert langsung terjatuh karena Araf memukul wajahnya dengan kuat. Ia menatap wajah laki-laki itu yang kini menarik kerah baju seragamnya dengan rahang yang mengeras.
"Kalo dia gak punya harga diri, lalu lo apa? Piala bergilir?!" Sarkas Araf.
"Dia lebih murah dari jalang yang ada diluar sana!" Balas Wilbert.
"Kurang ajar!"
"Wilbert!!!"
Airin berlari memasuki lapangan sambil berteriak. Ia menahan tangan Araf yang hendak kembali memukul Wilbert begitu sampai disebelahnya.
"Araf! Kamu apa-apaan sih?!" Bentak Airin.
Mendengar itu, Araf melepaskan tangannya dari kerah baju seragam Wilbert. Ia menatap tajam Airin yang kini berdiri ketakutan karena merasa terintimidasi.
"Fake!" Desis Araf.
"A-araf." Cicit Airin.
"Lo gak usah kasar sama, Airin!" Berang Wilbert.
Melihat orang yang selalu menjadi pusat perhatian, para murid hanya diam dan menyaksikan apa yang terjadi ditengah lapangan. Mereka tidak berani melerai kedua idola sekolahnya itu karena takut akan menjadi sasaran.
"Ai, kamu gapapa?" Tanya Wilbert.
"Gapapa, Wil." Cicit Airin.
"Kamu ngapain kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[TERBIT] The Past (Transmigrasi Ke Masa Lalu)
Teen FictionTak pernah terbayangkan oleh Renata, jika dirinya bisa kembali ke masa lalu. Masa dimana dirinya pernah menjadi gadis bucin yang sangat menyukai seorang laki-laki bernama Wilbert Kelvin di masa putih abu-abu nya. Dulu, apapun Renata lakukan untuk me...