Satu bulan telah berlalu, dimana seorang Jeong Jaehyun tidak pernah lagi menampakkan wajah paripurnanya di Kampus ****ya itulah. Banyak mahasiswi yang merasa kecewa, sedih dan bahkan merasa seperti dikhianati. Tidak tau diri sekali memang.
Disaat para gadis-gadis dilanda kegalauan, berbeda dengan para laki-laki nya! Mereka bahkan merasa sangat bahagia karena setidaknya populasi laki-laki tampan berkurang satu di Kampus tersebut. Yang punya pacar, kini perhatian pacarnya sepenuhnya untuknya. Yang jomblo, kini bisa lebih menikmati kengenesannya sebab tak akan ada lagi bahan yang bisa dibanding-bandingkan oleh gadis-gadis di Kampus itu. Yeah, mereka berbahagia sekali.
Tetapi, ada satu gadis yang tampak lesu. Menyeruput kopi hitamnya dengan tidak selera, tapi tetap saja respon aahhh mantap tidak ketinggalan untuk tidak keluar dari mulutnya. Gadis yang fokus menatap layar laptop itu— yang seolah-olah sedang memahami sesuatu. Padahal aslinya dalam hati dan pikirannya sedang bertanya-tanya, 'Apa alasan Jaehyun menerima pernikahan mereka?' mengingat bagaimana setianya dia menemani sang sahabat sampai lupa mengabari istri hanya karena sang Sahabat ingin menenangkan pikiran!
Iya deh iya, sahabat baik iya. Tapi kan—kek—kek—kekgimanaaaa gitu yaaaa... ada yang ganjel di ulu hatiku—kata Jisoo
Tidak jauh dari tempat Jisoo, dua sahabatnya Jennie dan Lisa melirik ke arahnya, lalu jalan menghampiri. Hari ini kantin kampus mereka cukup sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang sedang makan ataupun sekedar mengobrol cantik.
Lisa meletakkan totebag nya beserta dengan leptopnya. "Rajin bener lo." celetuknya sambil duduk di samping Jisoo.
"Dapat hidayah kali setelah nikah sama Pak Jaehyun?" sahut Jennie dengan godaan manja.
"Bisa jadi, udah sempet di ruqiah juga kan? hahaha..." balas Lisa yang diakhiri tawa lebar. Selebar kuping gajah.
Jisoo mendengus. Kedua sahabatnya memang tidak akan pernah bisa menjadi seorang sahabat seperti Jaehyun. Lihatlah, temannya lagi banyak pikiran tapi bisa-bisanya mereka masih asik tertawa. Tak lupa dengan ejekan tambahan untuknya. Benar-benar menyebalkan. Seharusnya kan mereka dateng, terus tanya 'Kamu gak papa?' atau 'Kamu butuh sesuatu?' kan sama-sama enak gitu. Jisoo merasa diperhatikan dan mereka berguna juga sebagai sahabat seperjuangan.
"Jis! Kenapa siiih?" Jennie berekspresi bingung plus penasaran. "Melamun aja, entar kalau dirasukin setan jangan natep gue lo ya! Bibirmu gue lempar sepatu tau rasa lo." timpal mulut kurang ajarnya.
Jisoo mendelik kesal, lalu beralih menatap Lisa. Yang diperhatikan mendadak waswas. "Jangan pikir karena badan gue berotot dan mampu menahan beban kaya lo, gue jadi gak papa ya kalau seandainya lo pingsan nanti."
Ih! Ini dua manusia apa tidak peka ya?! Jisoo tuh sejak tadi menunggu ditanya apakah ia baik-baik saja atau tidak!
"Males gue sama lo berdua." cibir Jisoo yang tentu mengundang helaan napas lega dari Lisa dan Jennie. Melihat mereka yang berlebihan pun semakin menambah kekesalan Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Serendipity || JAESOO
Humor"Gak usah berharap, saya itu sama sekali gak tertarik cium kamu apalagi nyentuh tubuh kamu. Dari luar aja keliatan gak memuaskan." "Lemes banget mulut lo! Gini-gini gue juga istri lo ya, suatu saat lo juga pasti ngiler pengen nyentuh gue." komentar...