Eps.13.

11 1 0
                                    


Good Reading^^

Sesampainya dimeja makan. Kedatangan Leanna disambut oleh tatapan tajam papa Gabriel. Membuat Leanna menundukan kepalanya. Ia tidak berani meskipun hanya sekedar membalas tatapan matanya. 

"Tuhkan, papaku galak, ". Ucap Gabriel setengah berbisik kembali menggoda Leanna.

Sang mama yang geram dengan tingkah jahil putranya dengan sigap menjewer telinganya. Seketika Gabriel meringis. Sakit.

"Bohong sayang, ayo duduk, ". Mama Gabriel menenangkan Leanna.

Sementara Gabriel memajukan bibirnya. 'Sayang? '. Umpatnya dalam hati. Bahkan ia dan adiknya tidak pernah dipanggil sayang. Lagi pula Leanna miliknya. Bukan mereka. Ia meracau tidak jelas dalam hati.

Leanna duduk ditengah diantara Gabriel dan Ghani. Tepat disamping Ghani ada papa Gabriel. Beliau sedari tadi terus menerus menatap Leanna tanpa berkedip. Sementara yang ditatap terus menundukan kepalanya.

" Ekhem, anak perempuan pertama yang berani dibawa Gabriel kesini, ". Pada akhirnya papa Gabriel angkat bicara tetapi ia sengaja menggantungkan kalimatnya.

Sesisi ruangan menatapnya. Kecuali Leanna. Ia terlalu takut untuk menatapnya. Ia sedikit menyesal karena Gabriel dengan bodohnya nekad membawanya kesini.

" Dia calon menantu saya, hehehe, ". Papa Gabriel terkekeh melihat ekspresi ketakutan diwajah Leanna.

Tentu saja beliau tidak sejahat itu. Ia tahu mengapa Leanna berada disini. Istrinya sudah menceritakan semuanya yang terjadi. Mereka juga mengerti bahwa putranya menyukai Gadis itu. Karena Gabriel memperlakukan Leanna dengan berbeda. Terlihat dari bagaimana cara bagaimana Gabriel berbicara dengannya. Sampai menatap matanya.

Membawa seorang gadis kerumah adalah yang pertama kalinya bagi Gabriel. Karena biasanya Gabriel sangat tertutup. Disitulah mereka mengetahui bahwa gadis yang dibawanya ini spesial baginya.

"Bisa-bisanya kamu bawa bidadari secantik ini kerumah, ". Ucap papa Gabriel seraya menatap gadis itu.

Lagi-lagi yang ditatap hanya diam tertunduk. Gabriel hanya menyengir seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Saya panggil Anna aja yah? , ". Ucapnya. Leanna hanya menganggukan kepalanya. Setuju. Karena adiknya dirumah pun sering memanggilnya dengan panggilan Anna.

" I-iya om, kebetulan dirumah saya dipanggil Anna, ". Jawab Leanna canggung.

"Apa?, om?,". Papa Gabriel tertawa, Leanna menatapnya kebingungan,

"jangan panggil om dong, panggil papa sama mama aja, ".

" I-iya, pa, ". Leanna semakin canggung dibuatnya, wajahnya memerah.

" Masya Allah dia malu, liat, wajahnya merah, makin cantik, hehe, ". Seru papa Gabriel menyadari Leanna sedang salah tingkah.

" Eng-enggak kok pa!, ". Umpat Leanna yang refleks menutup wajahnya.

" Wah, calon menantu udah berani manggil papa nih, ". Papa Gabriel tertawa menggoda Leanna.

Tingkah menggemaskan gadis itu membuat papa Gabriel suka menggodanya. Sang mama tersenyum. Pantas saja jika Gabriel menyukainya.

" Udah,, udah,,Anna ayo, makan dulu sayang, ". Ucap sang istri membuat suaminya mengurung niatnya untuk kembali menggoda gadis yang disebutnya calon menantu itu.

Mama Gabriel meraih piring. Menaruh beberapa sendok nasi dan lauk diatasnya. Tidak lupa meletakan sendok di pinggirnya. Lantas menyodorkannya kehadapan Leanna.

Leanna yang mendapati sepiring makanan dihadapannya tertegun. Ia menatap lengannya yang diperban. Bagaimana caranya ia memegang sendok?. Jika hanya sekedar menggenggamnya saja sakitnya luar biasa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karena Kamu Mengubah Segalanya (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang