04| Talk that

90.7K 7.4K 75
                                    

"Ra, lo nggak mau bareng gue aja?" Tanya Freya ketika bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit lalu.

Aurora menggeleng, "Gue mau mampir ke butik mama gue, nanti di jemput supir kok. Lo duluan aja"

"Oke, kalau gitu gue duluan ya, Ra"

"Hati-hati" ujar Aurora sebelum Freya meninggalkan kelas. Memang ia dan Freya ditugaskan menyerahkan buku ke kantor guru lebih dulu saat bel pulang sekolah berbunyi.

Aurora menyusuri koridor Oxyzen dengan ingatan lampau yang memenuhi pikirannya. Hujatan, umpatan, pekikan, cacian, hal seperti itu dulunya memenuhi masa SMA Aurora. Kesalahpahaman yang semakin kusut karena diamnya seolah memenjarakannya pada luka batin tak terbendung, sakit hatinya masih begitu nyata terasa ketika ia sendirian. Aurora menunduk saat tali sepatunya terlepas, dengan sigap ia berlutut dan membenarkan tali sepatunya. Bulir bening Aurora jatuh di lantai keramik koridor Oxyzen, dadanya masih terasa sesak hingga Aurora seolah tak mampu bernapas dengan baik.

"Lo nggak papa?" Suara bass penuh kekhawatiran itu menyambut indra pendengaran Aurora

Aurora mendongak, jejak air mata lebih dulu ia hapus. "Nggak papa, tali gue lepas tadi" jawabnya

"Sekolah udah sepi, kenapa lo belum balik?" Tanya laki-laki itu

Aurora melirik jam digital di tangannya, ia menyadari bahwa hampir terlambat ke butik mamanya. Dengan buru-buru ia bangkit dan menatap laki-laki itu dengan wajah panik.

"Ini mau balik, gue duluan"

Aurora berlari meninggalkan laki-laki itu yang masih terpaku dengan kepergian Aurora. Senyuman tipis menghiasi bibir laki-laki itu, matanya berkilat geli melihat wajah panik Aurora.

"Lucu" gumamnya

■■■■

Aurora melangkah buru-buru memasuki butik mamanya, terlihat mamanya bersama dua orang yang tak lagi asing bagi Aurora, dulu maupun sekarang. Aurora tersenyum tak enak, ia memilin rok seragamnya dengan raut wajah bersalah. Mata bulatnya bak kelinci yang malang, mamanya pun hampir bangkit dan mencubit pipi chubby putrinya karena gemas.

"Darimana Aurora?" Tanya Helena pada putrinya

Aurora menatap mamanya penuh, "Aura tadi di suruh gurunya ngumpulin buku di kantor, jadi telat" cicitnya semakin lirih di akhir kalimat

"Maaf ya" ujarnya penuh sesal apalagi melihat Allaric memalingkan wajah darinya. Laki-laki itu pasti kesal bukan main, apalagi sejak dulu Aurora tahu jika Allaric benci menunggu.

"Astaga mantu mommy gemes banget, you look cute, baby girl" mommy Allaric -Brianne Heraline Maximillan memeluk Aurora dan terkekeh geli.

"Coba dulu ya gaun yang udah mommy dan mama kamu pilih" ujar Hera lembut dan dibalas anggukan cepat oleh Aurora.

Tanpa basa-basi Aurora meletakkan tasnya di sofa tepat di samping posisi duduk Allaric dan meraih gaun berwarna putih selutut itu kemudian berlalu ke ruang ganti meninggalkan ruang tunggu. Tanpa Aurora sadari, Allaric menatapnya lekat.

"Mommy tahu tadi kamu gemes kan sama Aurora? Kamu nggak bisa bohongin mommy, Al" ujar Hera santai kemudian mendudukkan diri di samping anaknya.

'Shit' umpat Allaric dalam hatinya.

"Nope, I don't" jawab Allaric datar

"Gengsi aja gedein, anak siapa sih kamu?" Kesal Hera yang dibalas kekehan oleh Helena

"Anak kamu sama Brandon, kan?" Tanya Helena retoris

Hera mendengus kesal, "Anak Brandon banget kalau udah cosplay jadi batu gini"

Aurora keluar dengan balutan dress putih selutut tanpa lengan dan hiasan pita cukup besar di pinggang rampingnya.

"Gimana?" Tanya Aurora ketika semua orang hanya diam sambil menatapnya lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gimana?" Tanya Aurora ketika semua orang hanya diam sambil menatapnya lekat.

Helena yang tersadar pun segera bangkit dan memeluk putrinya penuh sayang, "Putri mama cantik banget" ujarnya bangga

Aurora tersenyum manis. Dulu ia tak pernah memiliki momen ini, ia lebih memilih pasrah dengan apapun pilihan mamanya dan enggan untuk sekedar bertemu Allaric di butik seperti saat ini. Aurora semakin merutuki dirinya di kehidupan sebelumnya.

"Mommy, Allaric, menurut kalian gimana?" Tanya Aurora berusaha membuka perbincangan

Hera mengangguk cepat, "Ini aja, udah cantik banget mantu mommy"

"Makasih mommy" jawab Aurora dengan pipi memerah

Aurora mengalihkan pandangannya pada Allaric yang belum juga berpendapat, namun mendapat sebuah anggukan kecil dari Allaric berhasil membuat senyuman manis melengkung di bibir Aurora.

"Udah sana ganti baju, mommy sama mama masih ada yang perlu dibicarain. Kamu sama Allaric makan siang dulu, kamu pasti belum makan siang kan?" Ujar Helena lembut pada Aurora

Hera menepuk bahu putranya, "Bawa Aurora makan siang, jangan malah didiemin aja"

"Yes mom" balas Allaric pasrah

Aurora pun mengangguk, ia kemudian kembali berganti pakaian. Seragam Oxyzen kembali melekat di tubuhnya, tak lupa tas hitam mahal miliknya kembali bertengger indah di punggungnya. Ia keluar dan menemukan Allaric yang sibuk dengan ponselnya, sementara mama dan mommy Allaric entah kemana.

"Allaric" panggil Aurora

Allaric mendongak, ia menemukan Aurora yang telah kembali dengan seragam Oxyzen seperti dirinya. Dengan segera Allaric berdiri, meraih jaket hitam berlogo khas Xavierous dengan tangannya setelahnya berlalu meninggalkan Aurora begitu saja.

Aurora terkejut, matanya membulat penuh. Dengan kesal ia berjalan di belakang Allaric layaknya anak ayam yang mengikuti induknya, sesekali mencibir Allaric dalam hatinya. Bisa-bisanya laki-laki itu bahkan tidak bersuara sama sekali dengannya, Aurora tahu dia tidak semenarik Vanilla baik dulu maupun sekarang, tapi setidaknya berbicara tidak akan mengartikan Allaric menyukainya kan?

"Kayak orang bisu" gumam Aurora lirih

Allaric menghentikan langkahnya seketika mendengar gumaman Aurora, dibelakangnya Aurora terkejut hampir saja menabrak punggung tegap Allaric jika ia tidak bisa menyeimbangkan dirinya.

"Jangan berhenti mendadak, Allaric" kesal Aurora

Bukannya menjawab, Allaric justru meraih pergelangan tangan Aurora untuk ia genggam kemudian melanjutkan langkahnya. Allaric tak menyadari perbuatannya itu berhasil membuat Aurora terpaku

"Makan apa?" Pertanyaan itu meluncur mulus dari bibir Allaric

Aurora berpikir, makanan kesukaannya adalah sushi. Tapi sayangnya laki-laki di depannya ini alergi seafood, "Steak? Kalau bisa resto yang agak privat, ada yang mau ak- gue omongin"

Allaric menoleh pada Aurora, kemudian mengangguk sekilas. Keduanya masuk ke dalam mobil mewah Allaric yang tak perlu ditanyakan lagi harganya, sebagai pewaris tunggal Maximillan tentunya bukan hal yang sulit mendapatkan salah satu mobil sport limited edition mewah.

■■■■
20 Mei 2023

To be continue🐾

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang