20| Kai, Thanks

52.2K 4.9K 116
                                    

Helaan napas Aurora berulang kali lakukan ketika pertama kali menginjakkan kakinya di perpustakaan sekolah, tugas mereview sastra lama membuatnya harus berkutat dengan buku-buku tua yang entah sejak kapan berdebu di sudut perpustakaan. Vivian, Freya dan Maurel memilih pergi ke kantin lebih dulu untuk mengisi perut, namun Aurora menolak ajakan mereka dan memilih untuk berkutat di perpustakaan.

"Aku suka buku, bau buku juga enak. Tapi males banget harus baca buku karena tugas" gumam Aurora pelan.

Aurora mengambil beberapa buku sastra yang telah nampak usang, sesekali mengusap debu yang menempel diatasnya. "Berapa abad coba dia di sini"

Sebuah buku sastra dengan judul yang menarik mampu mengalihkan tatapan Aurora, ia menemukan sosok Kaivan yang tersenyum tipis padanya. Aurora menatapnya ragu, masih enggan menerima buku dari Kaivan.

"Tugas review sastra lama kan? Pak Gunawan?"

Aurora menerima buku usang dari Kaivan dengan senyuman tipisnya, "Thanks, Kaivan"

Hening, Kaivan sibuk menata buku sastra lama yang sempat Aurora sentuh. Sementara Aurora hanya memalingkan pandangannya, memikirkan topik untuk berbicara pada Kaivan.

"Kai-"

"Ra-"

Hening kembali ketika keduanya tanpa sadar bersamaan dalam memanggil nama satu sama lain. Aurora menelan salivanya susah payah, "Em, makasih udah izinin gue waktu itu"

Kaivan hanya mengangguk sambil tersenyum manis. "Gue bantuin bang Axel aja"

Aurora menganggukkan kepalanya berulang kali, baru saja Aurora akan membuka suara untuk berpamitan namun Kaivan lebih dulu membuat topik yang sepertinya memerlukan waktu panjang untuk dibicarakan.

"Lo sama Kak Allaric baikan? Gue liat hubungan kalian membaik tadi" Kaivan tersenyum menatap Aurora.

Entah kenapa perasaan Aurora tak nyaman, namun ia sebisa mungkin tetap ramah menanggapi Kaivan. Mengingat lelaki didepannya ini sudah banyak membantunya.

"Iya, gue sama Ar- Kak Allaric sepakat untuk mulai coba perbaikin"

Kaivan mengangguk, "Kalau lo butuh temen cerita, cari gue aja"

"Makasih ya, next time gue traktir lo sebagai ucapan terima kasih karena udah nolongin gue waktu itu"

"Gue maunya ucapan terima kasih lo itu kesempatan buat gue bisa deket sama lo" gumam Kaivan pelan, sangat pelan hingga Aurora yang sedang sibuk menatap buku sastra tidak mendengarnya.

"Kai, kayaknya gue duluan ya. Udah ditungguin sama sahabat gue di kantin. Bye" Aurora tersenyum manis sebelum meninggalkan Kaivan.

Senyuman pahit terlukis di bibir Kaivan, sepertinya memang kesempatan untuk mendekati Aurora sudah tidak ada lagi. Harapannya telah pupus tanpa sempat ia wujudkan.

"Semoga lo bahagia, Ra"

■■■■

Detik begitu cepat berlalu, tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi. Sorakan terdengar keras dari kelas XI IPA 2, kelas Aurora karena bel itu menandakan pelajaran fisika mereka harus terhenti. Otak mereka setidaknya bisa merasakan kebebasan tanpa harus melibatkan gravitasi, tekanan bahkan gaya. Otak anak IPA yang telah penuh dengan uap seolah disiram oleh sejuknya angin kebebasan.

Aurora meraih ponsel dari laci mejanya. Membuka pesan yang masuk melalui aplikasi chating yang ada di ponselnya.

Aric🐊
Aku anter pulang
Kamu langsung ke lapangan basket

Aurora mengetikkan beberapa kata balasan untuk Allaric, setelahnya menatap ketiga sahabatnya yang sibuk membereskan barang.

"Ra, lo udah dijemput?" Tanya Freya pada Aurora

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang