Bulan bersinar terang, seolah menunjukkan pada setiap manusia yang menatapnya bahwa ia sedang berbahagia. Pun pula bintang-bintang yang menari di setiap inchi langit malam ini, begitu indah dan memikat mata. Malam minggu yang terasa begitu indah bagi pasangan muda, seperti Aurora dan Allaric. Keduanya sibuk menghabiskan waktu bersama di malam minggu ini.
"Kemana sih? Jangan bikin penasaran, Ar" keluh Aurora sambil menatap Allaric yang sibuk menyetir.
"Ke apartemen"
Aurora seketika membulat, maniknya menatap Allaric lekat. "Kamu gila?!"
"Gila?"
Aurora panik, ia menatap jalanan dengan panik. "Ar, kita baru tunangan. Apa kata orang kalau kita di apartemen berdua malem-malem?"
Tawa Allaric meledak begitu saja, ia meraih tangan Aurora dalam genggamannya yang bebas dari setir. Ia melirik Aurora sekilas, kemudian memfokuskan pandangan kembali ke jalanan.
"Baru jam 7, Ra. Nanti jam 9 kamu pulang, aku anter. Pikiran kamu jangan aneh-aneh" kekeh Allaric sambil mengacak rambut Aurora pelan.
Aurora bersemu malu, "T-tapi.. kita-"
"Aku mau ajakin kamu main UNO"
Aurora memicing menatap Allaric yang hanya diam sambil tersenyum tipis. "Tapi mampir jajan dulu, kamu yang traktir"
"Deal" Allaric tentu saja menyetujuinya dengan mudah.
Aurora tersenyum, menatap jalanan yang bersinar indah diterangi lampu yang mempercantik suasana malam ini. Tak lama, terasa mobil mobil menepi di depan sebuah supermarket ternama dan mulai parkir di tempat yang tersedia. Aurora tersenyum, melepaskan seatbelt kemudian bergegas turun disusul Allaric yang sedikit berlari menyusul Aurora.
Aurora meraih troli sedang dalam genggamannya, mulai mendorongnya masuk ke dalam area supermarket. Dibelakangnya Allaric hanya diam mengikuti kemanapun Aurora berjalan.
Rak pertama, Aurora meraih mie pedas ala Korea berwarna hitam beraksen merah yang begitu terkenal dengan rasa pedasnya. Ia mengambil dua buah dengan santai tanpa rasa bersalah.
"Ra, kamu yakin?"
Aurora menoleh, "Hm! Harus yakin, aku beli dua yang satu buat kamu" ujarnya santai.
"Kamu belum pernah yang item kan? Biasanya yang kuning?" Tanya Allaric khawatir.
"Aku mau coba, boleh ya?" Melihat tatapan Aurora membuat Allaric menyerah, ia meraih troli dalam genggaman Aurora. Menggantikan posisi Aurora yang disambut senyum hangat oleh Aurora, segera Aurora merangkul lengan Allaric menyusuri area minuman.
"Kamu mau cola? Di apart kamu ada makanan nggak?"
Allaric menggeleng, memang apartemen Allaric jarang ditempati. Mommy-nya selalu memintanya untuk pulang ke rumah alih-alih mengizinkannya untuk bermalam di apartemen.
"Okey" dengan tanggap Aurora memasukkan beberapa minuman seperti cola, air mineral dan beberapa susu dalam troli. Dalam sekejap troli yang didorong oleh Allaric telah penuh oleh makanan ringan, roti, mie, bahkan sayur dan buah-buahan.
"Apa yang kurang?" Aurora mengamati trolinya yang telah penuh.
Begitu menyadari apa yang kurang dalam trolinya, Aurora bergegas berjalan pada bagian daging dan aneka seafood. Ia tersenyum cerah dengan lugas memilih daging yang menurutnya enak.
Allaric diam, mengamati Aurora yang begitu menikmati waktu berbelanja. Melihat senyuman Aurora yang begitu cerah membuat Allaric ikut merasakan puluhan kupu-kupu mengelitik perutnya begitu geli namun menyenangkan. Allaric menyukainya, perasaan itu juga senyuman Aurora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
FantasyAurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "Aku harus apa untuk benci kamu, Ar?" Tanya Aurora lirih hingga bahkan Aric pun kelu menjawabnya "Vanilla selalu jadi kesukaan kamu, right?" ...