Intro lagu simon says milik nct 127 memenuhi seluruh penjuru ruangan.
Asha terbangun dan menyambar ponselnya yang berada di nakas tepat disamping tempat tidurnya dengan tujuan untuk mematikan alarm yang terus berdering mengganggu waktu tidur cantiknya.
Hendak akan melanjutkan tidurnya yang terganggu, Asha kembali terbangun kala menyadari ada sesuatu yang aneh, ia terkejut melihat ruangan kamar yang tampak asing baginya.
"Gue dimana? Gue diculik?"
Asha pun beranjak dan berlari keluar kamar dengan raut wajah paniknya.
Saat hendak menuruni tangga, terdengar suara bising. Asha mendelik ketakutan, tanpa pikir panjang ia mengambil sebuah payung yang tergantung disampingnya dan berjalan perlahan menuju dapur.
Asha bersembunyi, mengamati seseorang dari balik dinding. Tampak seseorang pemuda tengah membelakangi dirinya. Pemuda itu berbalik membuat gadis itu semakin ketakutan.
Asha pun mengeratkan genggamannya pada payung yang sedari tadi ia pegang saat mendengar suara langkah yang semakin mendekat.
Dengan sekuat tenaga, Asha mengayunkan payung yang ia pegang kearah orang tersebut.
"Ahh!"
"Deva?!"
Asha terkejut mengetahui orang yang ia pukul dengan payung merupakan Devano sahabatnya sendiri.
"Dev, lo gak papa?"
Asha bergerak menuju Deva yang jatuh tersungkur di lantai. Membuang senjatanya ke segala arah.
Kini keduanya tengah duduk bersebelahan di meja makan. Deva meringis kesakitan, kala sebuah kapas menyentuh perut sixpacknya.
Karena terlalu kuat pukulannya, ujung payung tak sengaja menggores perut Deva yang dibalut kaos tipis miliknya.
"Gitu" ucap Asha diakhir, setelah menceritakan alasan mengapa ia memukul suaminya dengan payung dengan raut wajah bersalahnya.
"Baru semalem kita selesai nikahan, bisa bisanya lo ga inget sha"
"Namanya juga lupa ya nggak inget"
Deva menggeleng tak habis pikir dengan daya ingat istrinya itu.
"Dasar ikan" ledek Deva.
"Btw lo ngapain di dapur? Masak?" Tanya Asha dan dibalas anggukan oleh suaminya.
"Serius?! Elo?! masak?!" Ucap Asha memandang pemuda disampingnya tak percaya.
"Biasa aja keles" Deva beranjak dari tempat duduknya, ia mengambil dua piring berisi makanan membuat Asha berbinar.
"Hah?" Asha menatap bingung hidangan yang berada dihadapannya.
"ini doang?" Deva mengangguk diiringi senyuman manis khasnya.
"Yaelah Dev, cuman roti panggang mah nenek nenek sambil salto juga bisa"
"Lo nggak ada bersyukurnya ya sha gue liat liat"
"Ya gimana mau bersyukur kalo cuman roti panggang"
"Jangan liat dari makanannya tapi liat dari perjuangannya, gue dari subuh tau masak ini"
"Nggak liat, kan gue di kamar" Deva menghela nafas berat mendengar kata kata yang dilontarkannya istrinya.
"Huh, Mana gosong begini" ujar asa memandang tak berselera pada roti panggang buatan Deva.
"Eh jangan salah ya, itu bukan gosong tapi roti panggang varian baru, Charcoal flavor"
"Charcoal flavor Charcoal flavor, gosong mah gosong aja" cibirnya.
Asha beranjak berjalan menuju kulkas, diikuti Deva dibelakangnya.
"Mau ngapain?" Tanya Deva pada Asha yang tengah melihat lihat isi kulkas.
"Mau silat, ya masak lah bego" Deva mengangguk faham.
"Sepi begini, lo gak pernah masak ya" ucap Asha melihat isi kulkas Deva yang hanya dipenuhi cemilan dan beberapa kaleng minuman.
"Baru aja lo ngehina masakan gue, masa lo lupa"
Karena tak banyak bahan yang bisa dimasak, Asha memilih mengambil tiga butir telur dan dua bungkus mie instan.
Asha pun mulai disibukan dengan memasak, tak menghiraukan suaminya yang terus mengikutinya berjalan kesana kemari, Deva memandang takjub dengan keterampilan istrinya dalam memasak.
"Siap" ucap Asha sembari menunjukan menu masakannya yang disambut tepuk tangan meriah dari sang suami.
"Wah, apa nama menu masakan ini chef?"
"Ini namanya roti jala mak limah biadab" sahut Asha menirukan sebuah cuplikan yang tengah viral di aplikasi tidtod.
Membuat Deva tertawa mendengarnya.
Keduanya pun menyantap sarapan mereka dengan hikmat.
Deva mengancungkan ibu jarinya berulang-ulang kali pada Asha tanda masakan Asha benar benar lezat.
"Abis ini ikut gue yuk"
"Kemana?" Tanya Asha.
"Belanja bahan masakan sama sekalian belanja perlengkapan bulan madu"
Asha mengangguk mengiyakan ajakan suaminya.
Kini keduanya tengah berada diperjalanan menuju mall terdekat.
"Masih sakit ya?"
"Sakit? Sakit kenapa?" Tak menjawab pertanyaan dari Asha, Deva justru balik bertanya.
"Itu luka yang kena payung tadi" jelas Asha.
"Oh udah nggak kok, kan tadi dah diobatin"
"Terus kenapa masih dipegangin perutnya"
"Takut ilang" balas Deva asal.
Asha memukul pelan bahu pemuda disampingnya, tak berani memukul lebih keras karena takut Deva nanti oleng nyetir mobilnya.
Deva terkekeh, "Ini gegara kekenyangan tadi, rasanya perut sixpack gue ilang" tutur Deva sembari mengelus elus perut buncitnya.
"Yaelah, gue pikir kenapa. Kalo ilang mah tinggal olahraga lagi"
"Tapi lo sukanya yang sixpack ato yang biasa sha?" Pertanyaan random yang dilontarkan Deva membuat Asha mengernyit bingung.
"Maksudnya biasa gimana? Buncit gitu?" Deva mengangguk.
"Gue sih gak masalah ya, mau sixpack ato biasa yang penting orangnya kudu DPR Ian"
"Mulai deh" Deva menghela nafas panjang.
"Coba aja nikah dadakannya gue ama DPR Ian, ikhlas gue mah. Bersyukur malah"
"Haluuuu"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.