ungkapan

48 10 1
                                    










"Gue beneran suka sama lo sha"

Asha terdiam membuat Deva khawatir, Namun sedetik kemudian gadis itu justru tertawa terbahak bahak. Deva yang awalnya gugup kini menatap malas istrinya.

"Udah ah, gak usah bercanda kek gitu" ucap Asha sembari menyeka air matanya.

"Gue nggak lagi bercanda Asha, gue beneran suka sama lo"

"Udah lah Dev, kalo terus terusan bakal nggak lucu lagi"

"Gue nggak lagi ngelucu Asha"

"Deva, stop. Gue mulai benci nih" ujar Asha, ia mulai kesal.

"Asha, Gue beneran suka sama lo" ucap Deva penuh penekanan di setiap katanya, meyakinkan Asha.

Asha terdiam, ia memperhatikan raut wajah sahabatnya itu,
"Deva lo serius?"

Deva menghela nafas berat, ia mengangguk mengiyakan. Membuat Asha seketika membeku, Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Waktu gue nembak lo hari itu, itu bukan prank sha" Deva mengepalkan tangannya mencoba memberi kekuatan pada dirinya sendiri.

Penolakan Asha waktu itu terlintas kembali memberikan sensasi nyeri di bagian dadanya.

"Satu satunya orang yang bikin gue jadi kacau selama ini sampe ngelibatin kak Wulan itu elo Sha, semua gara gara lo. Gue pengen ngilangin perasaan gue ke elo sha. Tapi nyatanya gue gagal"

Deva meraih tangan gadis dihadapannya yang sedari tadi terdiam tak berkutik, pandangan gadis itu kini beralih menatapnya, mengamati dengan seksama raut wajah pemuda itu.

"Tapi Asha, gue mohon kali ini aja kasih gue kesempatan buat ngejalanin pernikahan ini sama lo. Tapi kalo selama itu lo ngerasa masih gak bisa nerima gue, lo bisa tinggalin gue kapanpun" putusnya.

Sejujurnya sejak Asha telah resmi menjadi istrinya, Deva ingin kembali menyatakan perasaannya, namun ia tahan dan menunggu hari yang tepat untuk menyatakannya. Tapi dipikir pikir lagi dia sudah terlalu lama memendam perasaannya, dan hari yang tepat itu kapan datangnya?.

Jadi daripada harus menunggu lebih lama lagi tanpa kepastian dan membuat perasaannya terus tergantung, lebih baik ia mengatakannya sekarang. Jika nanti Asha kembali menolaknya, ia telah siap. Meski harus terluka setidaknya tidak ada harapan palsu yang ia tunggu.

Selama pernyataannya berlangsung, ia terus memikirkan kata yang tepat, namun tidak kunjung ia temukan, pikirannya terlalu kalut dengan jawaban Asha nantinya. Semoga saja Asha mengerti dengan apa yang ia sampaikan.

"Deva..."

Tak berbeda jauh dengan Deva, Asha pun juga merasa kalut dengan pernyataan sahabatnya itu yang secara tiba tiba baginya. Bahkan lidahnya terasa kelu hanya untuk menjawabnya.

"Woy kalian!" Renata berteriak dari kejauhan, membuat sepasang suami istri itu terkejut.

Melihat gadis pirang itu berjalan kearahnya, Asha dengan cepat menarik kembali tangannya dari genggaman Deva.

"Cari makan yok, laper nih" ujar gadis pirang itu.

Deva melihat kearah jam di pergelangannya yang menunjukkan pukul satu siang, Deva pun mengangguk menyetujui ajakan gadis itu.

"Laki lo mana?" Tanya Deva.

"Lagi beresin tas, ntar dia nyusul"

"Ya udah ayok" ajak Renata antusias. Deva pun beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo Sha" ajak Renata pada Asha yang masih terdiam di tempat duduknya.

"Ah kalian duluan aja, gue mau ke toilet dulu"

Marry My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang