"Jangan banyak banyak beli bahan masakannya" ucap Deva.
"Kenapa gitu?"
"Kan tiga hari lagi kita bakal ke Jepang"
Asha mengangguk mengerti, ia kembali mendorong keranjang belanjaannya. Sedang Deva mengikutinya dari belakang.
Sudah selesai dengan kegiatan berbelanja, Deva dan Asha memilih singgah sejenak disebuah cafe yang letaknya masih didalam Mall.
"Abis ini kita mau kemana lagi?"
"Timezone!!" Seru Asha dengan semangat.
"Hah?" Deva berbalik melihat tempat yang dimaksud Asha.
"Kesana yuk" ajak Asha menarik lengan pemuda dihadapannya.
Berbeda dengan Asha yang semangat, Deva justru memandang tempat itu tanpa minat.
"Ayok!" Asha menarik paksa lengan suaminya.
Diumur mereka yang menginjak usia 26 tahun, Deva merasa tempat itu sangat tidak cocok untuk pria dewasa sepertinya.
"Kita ketempat lain ajalah" bujuk Deva, "Ya?..." Asha tak menjawab namun raut wajahnya mengungkapkan segalanya.
"Ya udah iya, ayo masuk"
Deva mengalah, ia merangkul dan menggiring istrinya untuk masuk ke arena Timezone. Sebab ia tak bisa melihat istri tercintanya itu memasang wajah cemberut.
"Anjing!" Asha mendesis saat boneka yang ia capit terus menerus jatuh.
"Ngomong kasar lo"
"Nggak dapet hukuman kan di luar rumah"
"Ngapa gitu?" Tanya Deva tak faham.
"Kan janjinya di dalem rumah, jadi kalo di luar rumah mah bebas"
"Bisa gitu ya" Deva terdiam mencoba mengingat sesuatu, "tadi di rumah lo ngatain gue goblok ya"
"Nggak, kapan?"
"Waktu lo mau masak, seinget gue" ucap Deva tak yakin.
"Mana ada, ngarang lo"
"Masa sih" Deva tampak ragu, membuat Asha menghela nafas lega.
"Wah anjing, dilonggarin nih mesinnya" ucap Asha memukul mesin dihadapannya.
"Bilang aja kalo gak bisa mah, gak usah nyalahin mesinnya" ledek Deva yang sedari tadi memperhatikan istrinya dari belakang.
Asha berbalik dan menatap tajam wajah menyebalkan suaminya.
"Emang lo bisa? Nih coba" sungut Asha.
"Kalo bisa gue dapet apa?" Ujar Deva, berjalan mendekat.
"Dapet boneka lah" balas Asha tanpa menoleh.
"Kalo gue bisa lo cium gue ya" tawar Deva.
Asha terkejut kala melihat Deva sudah berdiri tepat disampingnya.
"Gimana?"
"Oke" balas Asha, toh iya yakin Deva akan gagal sama seperti dirinya.
"Serius?! Dimana?!" Tanya Deva antusias.
"Di ubun ubun lo, biar gue sedot sekalian" ucap Asha asal tanpa melihat Deva. Membuat pemuda disampingnya itu tergelak.
"Gue serius dimana?" Deva mendekatkan wajahnya secara tiba tiba membuat Asha kembali terkejut.
"Sini?" tunjuk Asha ragu pada dahi pemuda itu.
"Oke!!" Seru Deva bersemangat.
"Tapi kalo lo kalah, Sentil Jidat dari bulan"
