Selama tiga hari berturut-turut, mereka berempat terus melakukan kegiatan 'melaksanakan wishlist Asha di jepang'. Dengan semangat yang luar biasa.
Tak seperti diawal yang merasa terganggu, kini Deva mulai terbiasa dengan kehadiran Renata dan Juan di acara bulan madunya.
Tepat pukul sepuluh pagi, mereka sudah berada di pantai, sebuah tempat destinasi wisata terakhir yang akan mereka kunjungi hari ini. Sebab ini adalah hari terakhir mereka berada di jepang.
Asha duduk disebuah kursi lipat, menikmati keindahan laut dengan ombak yang tenang. Ditemani es kelapa yang segar juga angin sepoi-sepoi yang meniup lembut rambutnya.
Sedangkan Deva duduk tepat disampingnya tengah memperhatikannya dengan seksama.
Asha mengeluarkan sebuah buku dari tas kecil disampingnya.
"Masih banyak yang belum di kunjungi ya" Asha mengangguk tanpa menoleh. Matanya terfokus pada buku ditangannya.
"Nggak papa, lain kali kalo ada kesempatan kita selesein, oke?" Lagi lagi Asha hanya mengangguk sebagai jawaban. Tangannya sibuk mencorat-coret buku yang kini berada di pangkuannya.
"Sha, lo nggak mau nyium gue?" Tanya Deva tiba tiba.
"P Maksud?" Asha menatap tajam sosok yang tengah duduk disampingnya itu. sedangkan yang yang ditatap justru tengah fokus pada buku yang berada di pangkuan Asha.
Asha mencoba menangkap maksud dari ucapan yang dilontarkan sahabatnya secara tiba tiba itu.
"Ohh pantes aja lo maksa gue buat nyelesein wishlist ini, ternyata ada niat terselubung lo ya" Mendengar ucapan istrinya itu pandanganya berpindah pada wajah cantik istrinya yang tampak kesal itu.
"....?"
"Lo minta gue nyium lo karna ini kan?!" Tebak Asha, menunjuk sebuah tulisan pada bukunya.
"Apa dah, gue nggak pernah gitu ya, gue tuh selalu ikhlas kalo buat lo sha. Gue cuman nagih hukuman lo, tapi kalo lo mau nyium gue dua kali sih hayuk aja"
"Dih" Asha memutar bola matanya tak suka,
"Hukuman? Hukuman apa dah? Perasaan gue belom pernah melanggar peraturan yang lo buat""Bukan itu, lo kan kalah taruhan waktu maen mesin capit boneka waktu itu"
"Hah? Kapan?"
"Lo tuh bener bener ikan ya"
"Stop ngatain gue ikan, ingatan gue gak seburuk itu ya. Gue cuman males nginget hal yang nggak penting" balasnya sembari mencoba mengingat kapan ia kalah taruhan.
"Alesan, keknya nama Dori lebih cocok buat lo daripada Natasha"
"Gue botakin ya mulut lo"
Deva reflek membungkam mulutnya,
"Emang gimana cara botakin mulut?" Dengan polosnya ia bertanya."Apasih, tijel lu"
"Udahlah, cepet cium gue. Gue males nagihnya ntar lo lupa lagi"
"Lagian kalo orang udah lupa, ya gak usah ditagih"
Deva mendekat, tak mendengarkan celotehan istrinya. Tubuhnya ia condongkan supaya lebih dekat dengan Asha. Ia memanyunkan bibirnya menunggu Asha menciumnya.
Bukannya menjauh, Asha justru mantap kesal pemuda didepannya, tangannya terangkat.
Plak!
"Adoh!" Tubuh Deva reflek menjauh, tangannya kembali membungkam mulutnya,
"Kok malah ditabok sih mulut gue" protesnya."Gue ngomongnya di jidat ya, bukan dibibir lo"
