kantor

84 8 1
                                    








Asha melirik jam dinding, sedari tadi Deva tak keluar keluar dari kamarnya, ia takut nanti pemuda itu akan terlambat untuk pergi bekerja.

Ya, hari ini adalah hari pertama Deva kembali bekerja setelah libur panjang yang telah mereka laksanakan.

Sejujurnya Asha merasa kasian dengan pemuda itu, baru saja semalam mereka kembali dari jepang dan sekarang pemuda itu harus pergi bekerja, pemuda itu pasti kelelahan. Namun mau bagaimana lagi, Deva juga sudah melangsungkan cuti terlalu lama.

Meski Deva merupakan pewaris utama perusahaan tersebut namun bukan berarti pemuda itu dapat meninggalkan pekerjaannya sesuka hati. Sebab masih ada benyak tugas yang telah menunggunya.

Bahkan meski tengah melaksanakan cutinya, Asha beberapa kali menemukan Deva yang masih berkutat dengan laptopnya meski hari sudah larut malam.

"Deva?" Panggil Asha, kini gadis itu sudah berdiri tepat didepan pintu kamarnya.

"Masih belum selesai? Cepetan, ntar lo telat" panggil Asha lagi, namun tak ada jawaban dari dalam sana.

"Gue masuk ya?"

Asha membuka pintu kamarnya, nampak pemuda itu tengah sibuk dengan sesuatu hingga tak dapat mendengar panggilannya.

"Deva, ngapain?" Tanya Asha menyadarkan Deva.

"Oh sha, lo bisa pasang dasi nggak?" Ucap pemuda itu, memperlihatkan dasinya yang sudah kusut. Ntah sudah berapa kali pemuda itu mencoba mengikatnya.

Asha berjalan mendekat, diambilnya dasi yang baru dari laci lemarinya dan membuang dasi Deva yang kusut itu ke sembarang arah,

"Emang biasanya dipasangin siapa?"

"Mama, biasanya abis dicuci sama mama langsung diikat jadi bisa langsung pake"

"Kenapa nggak manggil gue aja dari tadi?" Ucapnya sembari memasangkan dasi pada sang suami.

"Gue takut lo nggak bisa"

"Lo ngeremehin gue banget ya Dev"

"Bukan gitu" matanya terfokus pada istrinya yang tengah sibuk memakaikannya dasi. Hingga tanpa sadar sudut bibirnya terangkat sempurna.

"Dah" Asha menatap bangga pada dasi deva yang terikat dengan sempurna, rupanya keterampilannya tak hilang meski sudah lama tak melakukannya.

"Kenapa?" Tanyanya pada Deva yang sedari tadi menatapnya. Bukannya menjawab Deva justru hanya menggeleng sembari tersenyum manis membuat Asha semakin terheran heran.

"Makasih ya" ucapnya, mengusap lembut pucuk kepala istrinya, kemudian berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Asha yang masih mematung ditempatnya.

Diambang pintu Asha terus memperhatikan Deva yang tengah sibuk memakai sepatu.

"Inget, kunci pintu. Jangan nerima tamu siapapun kecuali mama papa" Asha mengangguk sebagai jawaban.

Meski tengah sibuk memakai sepatu namun bibir pemuda itu tak berhenti mengoceh.

"Inget Sha!"

"Iya Deva iya, Lo mau ngomong berapa kali?"

"Berkali Kali sampe lo bener bener inget"

"Ini gue yang tadinya inget sampe inget banget loh" ucapnya memutar bola matanya malas.

"Ya bukan apa apa, lo kan ikan" Asha mendelik membuat Deva tergelak.

"Ya udah kalo gitu gue berangkat" ia menyodorkan tangannya membuat Asha kebingungan.

Deva kembali menyodorkan tangannya, mengisyaratkan agar istrinya itu menyambut uluran tangannya. Asha yang menangkap hal itu pun menyambut malas tangan suaminya dan menempelkannya sekilas pada pipinya.

Marry My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang