wishlist

65 11 2
                                    










Kini Deva dan Asha tengah berada disebuah restoran yang jaraknya cukup jauh dari hotel tempat mereka menginap.

Pagi pagi sekali Deva telah mengajak Asha untuk keluar cari makan. ia mengatakan tengah tak berselera dengan menu hotel hari ini, padahal ia sama sekali belum melihat apa menu hotel hari ini.

Semua itu cuma alasan agar terhindar dari dua orang yang ia yakini akan mengganggu kebersamaan dirinya dengan sang istri.

Tadinya Asha akan menggagalkan rencananya itu dengan mengajak dua orang tersebut, untungnya Juan benar benar dapat ia andalkan.

Pemuda itu menolak ajakan Asha dengan alasan mereka terlalu lelah akibat perjalanan jauh yang mereka tempuh, juga Renata masih tertidur pulas ia tak mau mengganggunya.

Asha pergi setelah mendengar alasan yang cukup kuat untuk ia percaya, sedangkan Deva yang bangga terhadap sahabatnya itu mengacungkan jempol setinggi langit kemudian berjalan menyusul sang istri.







Pasangan suami istri itu telah selesai menyantap hidangannya, Deva menyodorkan sebuah buku dihadapan Asha, membuat gadis yang tengah menikmati pemandangan dari luar jendela tersebut tersentak.

"Eh ini kan buku gue" Serunya, ia mengambil dan mengamati buku tersebut.

"Kok bisa di elo?" Tanyanya penuh kebingungan.

"Sebenarnya gue dah lama nyimpen buku itu, gue nemu buku itu di perpus kampus, gue mau balikin ke elo tapi lupa terus" jelasnya, Asha mengangguk, matanya terfokus pada setiap lembar buku tersebut.

"Sorry, gue juga gak sengaja baca buku lo, tapi cuman bagian depan aja kok gak semua, sumpah"

Tatapannya kini beralih pada Deva yang duduk tepat dihadapannya.

"Lo mau baca semuanya juga nggak papa kok"

Buku itu sudah lama hilang, Asha pun mulai lupa apa yang telah ia tulis didalamnya, saat buku itu hilang pun ia tak begitu khawatir sebab itu bukan buku diary nya yang berisi cerita dan hal hal yang memalukan jika ia baca kembali.

Buku yang Deva temukan itu hanya berisi wishlist yang Asha ingin capai kedepannya, hal hal yang ia ingin lakukan tapi belum kesampaian.

"Mumpung kita lagi di Jepang, ayo buat wishlist lo tercapai"

Asha kembali membuka buku tersebut, di bagian terdepan terdapat daftar yang ia ingin lakukan nanti jika ia sudah sampai ke negri sakura. Dari dulu ia ingin sekali mengunjungi negara asli Naruto itu.

Senyumnya mengembang menatap sahabatnya itu, ia mengangguk menyetujuinya.

"Eh tapi paket bulan madunya gimana?" Tanya Asha mengingat bahwa mereka telah terdaftar untuk paket bulan madu, yang artinya semua yang akan mereka lakukan di jepang telah dijadwalkan.

"Gak papa, ntar gue yang urus soal itu"

Asha tampak menimbang nimbang, ia bingung harus memilih paket bulan madu yang mahal ini, atau menyelesaikan wishlist nya yang sudah jelas akan lebih banyak mengeluarkan biaya.

"Gak usah deh Dev, sayang paketnya. Lo udah bayar mahal mahal juga masa dibuang gitu aja"

"Kalo gue nawarin, itu artinya gue mampu Sha. Jangan ngeremehin gue" ucap Deva, ia paham dengan apa yang gadis itu pertimbangkan.

"Yang ngeremehin lo juga siapa, gue kan cuman bilang sayang"

"Iya sayang" balas Deva cepat, "udah ayo, keburu siang nanti" ajaknya.

"Hmmm, oke deh" putus Asha, membuat pemuda itu mengembangkan senyumnya.









Pertama tama mereka akan pergi ke tempat yang paling dekat terlebih dahulu, sebuah ikon pariwisata yang cukup terkenal di osaka, yakni kastil osaka yang jaraknya memang cukup dekat dengan restoran yang mereka kunjungi.

Tepat pukul sepuluh mereka sampai di kastil osaka, meski baru satu jam dibuka namun kastil tersebut sudah ramai dipenuhi oleh pengunjung.

Deva dan Asha berjalan beriringan, menyusuri taman yang menenangkan, taman yang memiliki pemandangan yang begitu indah dan menyejukkan.

"Woy!" Teriak seseorang dari belakang.

Asha berbalik melihat siapa orang yang berani berteriak di tempat yang disebut Kastil ini.

"Parah banget, kita ditinggal" ujar Renata berjalan menghampiri sepasang pasutri itu.

"Loh kok mereka bisa sampe sini?" Gumam Deva terheran heran.

"Gue yang nyuruh mereka nyusul" sahut Asha yang tak sengaja mendengar gumaman suaminya.

Saat berada di stasiun kereta tadi, Renata terus menghubunginya untuk menanyakan keberadaannya.

"Gue udah ngajak lo tadi, tapi kata Juan lo masih tidur"

"Kapan? Juan gak ngomong apa apa tuh ama gue, dari gue bangun tidur"

Deva berjalan lebih dulu meninggalkan Asha dan Renata yang masih mengobrol, tiba tiba saja semangat yang sedari tadi menggebu hilang begitu saja entah kemana.









Kini Deva tengah duduk seorang diri di sebuah bangku taman yang telah disediakan, menatap kosong pada dua orang gadis yang tengah bercanda ria didepan sana.

Seperti yang telah ia yakini sebelumnya setelah melihat kedatangan Renata, bahwa gadis pirang itu tak akan memberikan kesempatan untuknya berada di dekat Asha.

Gadis pirang itu terus menempel pada Asha, hingga dirinya tak lagi dihiraukan oleh sang istri tercinta.

"Masih lama ya" gumam Deva, pemandangan yang indah dan udara yang sejuk itu tak mampu menghibur pemuda itu.

Rasanya ia ingin cepat cepat kembali ke hotel. entahlah, tiba tiba saja ia rindu kasur empuk dan kesunyian di hotel.









Lagi enak enaknya ngebug, tiba tiba saja seonggok daging dengan nafas duduk disampingnya, menyodorkan sebuah roti dan sekaleng soda kepadanya.

Deva memandang tak minat pada benda benda yang disodorkan oleh pemuda disampingnya itu, meski begitu ia tetap menerimanya.

"Thanks" Juan mengangguk.

"Sorry ya" ucap Juan, ikut menatap objek yang sedari tadi pemuda disampingnya itu tatap.

"Kan gue dah bilang, nggak papa. Gak usah dipikirin" balas Deva.

Dari awal Juan ingin menolak ajakan istrinya itu untuk ikut bulan madu bersama Asha dan Deva, karena tak ingin merusak kebersamaan Deva dengan istrinya.

Ia juga telah membayangkan jika dirinya berada diposisi Deva, ia pasti marah karena merasa terganggu. Tapi nyatanya ia tak dapat menolak permintaan istri tercintanya itu. Yang dapat ia lakukan sekarang hanyalah mengucapkan kata maaf dan rasa bersalah.

"Ayo kita ketempat selanjutnya" ajak Renata dengan semangat pada dua pemuda dihadapannya. Asha pun ikut mengangguk semangat menyetujuinya.

"Gak usah! kita balik aja, gue lagi gak mood" Begitulah batin Deva yang tak tersampaikan.

"Ayok" balas Deva, beranjak dari tempat duduknya. Diikuti yang lainnya.










 Diikuti yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersmbung......

WARNING!!!

#Awas typo berserakan#

Marry My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang