rumah baru

94 25 18
                                        








Acara akad nikah sekaligus resepsi berjalan cukup lancar. Meskipun ada beberapa sedikit kesalahan, Tapi dimaklumi aja lah. Namanya juga manusia tempatnya salak.

Salah deng, canda.

Asha dan Deva pergi meninggalkan gedung putih tempat pesta pernikahan diselenggarakan menuju rumah yang sudah disiapkan oleh Deva.

Tadinya Asha menolak untuk pergi bersama Deva dengan alasan belum menyiapkan pakaian dan segala perlengkapan yang harus ia bawa.

Namun ucapan mama frana membuat Asha kehilangan alasan lagi untuk ia kembali pada rumah keluarganya.

"Mama udah nyuruh pak Danang buat mindahin semua barang kamu ke rumah baru kalian"

Asha beralih menatap pak danang yang tengah menunggu dirinya. Pak Danang mengacungkan jempolnya tinggi tanda semua tugas yang diberikan oleh mama Frana sudah beres.

Melihat itu Asha berdecak sebal. Rupanya pengusiran dirinya sudah disiapkan dengan sempurna oleh sang mama.







Di perjalanan keduanya nampak tertidur pulas. mungkin akibat kelelahan menjalani hari yang panjang nan sibuk, bahkan keduanya sama sekali tak terganggu dengan bisingnya suara kendaraan kendaraan yang lain.

"Den" panggil pak danang sembari menepuk pelan tangan Deva. "Sudah sampai den" tambahnya.

Tak langsung bangkit, Deva menatap sekeliling terlebih dahulu selagi mengumpulkan setengah nyawanya yang masih berkeliaran. Ia menatap Asha yang masih tertidur pulas.

Tadinya Deva berniat akan menggendong tubuh Asha, namun belum sampai tangannya meraih tubuh gadis itu. Asha sudah terbangun lebih dulu.

"Makasih ya pak Danang"

"Sama sama den. saya mau balik dulu, besok pagi saya balik kesini lagi"

Deva mengangguk mengiyakan, setelah itu pak Danang langsung melesat pergi.

Deva menggandeng tangan Asha, menggiring gadis itu masuk kedalam rumah barunya. sebab gadis itu masih belum sepenuhnya sadar hingga berjalan sembari menutup mata.

"Udah sampe sha"

"Kamarnya dimana?"

"Di lantai atas"

"Apa?" Asha memicingkan matanya, melihat deretan tangga yang cukup panjang menurutnya.

Masih terlihat belum sadar sepenuhnya. Tanpa basa basi, Deva menggendong Asha untuk menaiki tangga. Tak ada pemberontakan sama sekali dari gadis itu.

"Pelan pelan, ntar gue jatoh" tutur asha.

"Iya iya"









Sesampainya di kamar.

"Sudah sampaaai tuan putri" ucap deva sembari menurunkan tubuh Asha secara perlahan.

"Terimakasih ajudan" balas Asha.

"Gue mau mandi duluan" ucap Asha.

"Kenapa gak bareng aja"

"Najis" Deva terkekeh gemas melihat reaksi yang diberikan oleh Asha.

Betapa kagetnya Asha melihat semua pakaiannya sudah tertata rapi di dalam lemari. Ia mengambil sepasang pakaian sebagai ganti.

"Lo mau ganti pakaian di dalem kamar mandi?" Tanya Deva. Asha mengangguk sebagai jawaban.

"Awas aja kalo ampe jatoh, gue gak bakal ngambilin baju buat lo"

"Gak bakal jatoh, gue gak punya tangan dewa kek elu. Penghancur barang"

Deva mendengarkan ocehan Asha dengan hikmat semberi tiduran di atas ranjang.

"Dev, bantu gue buka ini dong"
Pinta Asha menunjukkan bagian punggungnya.

"Tunggu sha, gue belum siap" ucap Deva menyilangkan tangan di dadanya.

"Anjing. Gue cuman minta lo bukain resleting dibelakang. Tangan gue gak nyampe" Deva tergelak mendengarnya. Ia beranjak menuju ke tempat Asha berdiri.

Perlahan namun pasti, Deva menurunkan kepala resleting dari gaun milik Asha.

"Asha!" Teriak Deva kaget sambil menunjukkan kepala resleting yang patah kepada Natasha.

"Deva lo Goblok banget sih, ini kan baju sewa. ntar ngebalikinnya gimana kalo resletingnya patah begini"

"Di beli aja"

"Buat apa beli gaun beginian. Mau dipake kemana?"

"Ya kemana aja. Kalo lo gak mau pake biar gue yang make"

"Dasar gilak" balas Asha kemudian beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Deva yang masih berdiri ditempatnya sambil memegang kepala resleting yang patah.

Saat masuk ke dalam kamar mandi. Asha dibuat kaget lagi dan lagi saat melihat peralatan mandi yang biasa ia gunakan tertata rapi di dalam sana.

"Sebenernya kapan mereka nyiapin ini semua sih" gumamnya.

Tak ingin berlama lama di kamar mandi, Asha bergegas keluar setelah selesai memakai pakaiannya.

"Deva bangun, gue udah selesai" panggil Asha saat melihat Deva tengah tertidur pulas di atas ranjang.

"Deva!! Bangun woi!" Asha mengguncang tubuh Deva. Namun pemuda itu justru tak bergeming sama sekali.

Asha menghela nafasnya berat. Ia beranjak kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Banjir woi rumah gue banjir!" Deva terbangun dengan raut wajah paniknya. Ia menatap Asha yang masih berdiri memandanginya dengan gayung berisi air di tangannya.

"Oh udah selesai ya mandinya" ucap Deva dengan cengiran khasnya.

"Nyinger lu sedotan boba" balas Asha. Ia menyodorkan gayung berisi air itu kepada Deva yang sebelumnya ia gunakan untuk menyiram suaminya yang tengah bermimpi indah.


Di dalam kamar mandi Deva terpikirkan kejadian yang menimpanya hari ini.

Ia jadi ingat kisah cinta pertamanya dulu yang sempat membuatnya frustasi. Karna cinta pertamanya itu pula yang membuat Deva sempat kehilangan akal.

Ia mulai mendekati semua wanita yang ia lihat dan semuanya pun ia campakkan setelah ia merasa tak ada perubahan dalam hatinya.

Deva mengacak rambutnya gemas, mengingat cinta pertamanya yang sempat terlepas itu, tak disangka kini berada di genggamannya.

Deva mengacak rambutnya gemas, mengingat cinta pertamanya yang sempat terlepas itu, tak disangka kini berada di genggamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bersambung....

Thanks buat yang udah votcom alias vote dan comment.

Itu bikin aku Semangat banget buat up, hehehe

Sekali lagi aku bakal ngingetin tentang typo dan kata kata yang sulit untuk dipahami. Saya mohon maap ya.

Maapin lah ya okey? Oke


Anyway, Pay Pay~

Marry My FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang