BAB 2

7.9K 460 7
                                    

Sedangkan di sisi lain,Terdapat pemuda yang tampan.

Pemuda itu terlihat sangat manis,Membuat mukanya yang tampan sekilas terlihat cantik secara bersamaan.

Memiliki Surai hitam panjang sampai menutupi matanya.

Badan yang tidak terlalu kecil ataupun besar dia memiliki badan ideal seorang pria remaja.

Tinggi sekitar 178cm. Memiliki mata yang tajam namun selalu menatap dengan sayu sekan akan mata itu berbicara.

Pemuda itu sedang berdiri di atas gedung sekolah sambil menatap ke arah depan.

Dengan tatapan kosong seperti rumah yang tak berpenghuni,Angin menerpa wajah tampannya.

Tatapan kosong dingin dan memancarkan kesedihan yang amat sangat dalam.

Angin itu membuat surai pekatnya terhembus,kedua netra matanya terpaku lurus matanya yang cantik nampak kosong.

Bagikan rumah tak berpenghuni pikirannya yang berkecamuk tak tahu apa yang sedang dirasakan.

Namaun bibirnya terus bergumam terus menerus dengan kata yang sama dengan nada yang sangat lirih.

"Mengapa?"

Lalu kedua matanya terpejam dan tanganya yang mengegam kuat kalung berbandul sayap malaikat.

Mata itu terbuka mengambil sebuah kertas di saku celananya yang ternyata sebuah foto.

Merobek foto itu dan membuangnya dengan satu tanganya secara perlahan satu persatu rutukan kertas itu terjatuh.

membuat runtukan foto itu terbang tertiup angin satu persatu.

Menatap kalung yang ada di gamgamannya dan melemparnya sekuat tenaga.

Lalu pemuda itu berjalan meninggalkan tempat itu.

Tampa disadari oleh pemuda itu ada seseorang yang sedang duduk di sofa,Membelakanginya melihat semua yang sadari tadi ia lakukan.

Pemuda itu bangun lalu memungut bandul kalung berbentuk sayap malaikat itu.

yang terjatuh sebelum di lempar, mengambilnya lalu meremas gantulaan kalung tersebut.

*****

Di lain tempat di sebuah ruangan bernuansa putih, Terdapat pemuda yang sedang berbaring di ranjang tersebut.

"eughhhh"

terdengar lenguhan kecil dari mulutnya,
Lelaki itu mengejapkan matanya lalu melihat sekitar dengan dahi berkerut.

"Dimana ini?" Batinya.

Pemuda itu merasakan ada yang mengganjal di hidungnya, pemuda itu merabanya ternyata ada alat bantu bernafas di hidungnya pemuda itu menariknya,Melepas alat batu pernafasan yang mengganjal itu.

Dan melihat sekelilingnya terlihat kamar yang bercet putih berbau obat obatan itu terlihat sepi, Dia berfikir kemana keluarganya ibu dan ayahnya.

Apa mereka melupakannya Karana ia terlalu lama tertidur tetapi itu tidak mungkin dahinya mengernyit tidak suka.

Atau dimana Diarga?teman temannya?apa tidak ada satupun yang mau menjenguk dirinya keterlaluan sekali.

Devano memegangi kepalanya yang sakit sambil memejamkan mata.
"Uhh ingatkan gua untuk menghajar muka Deon Natar".

Ia termenung dalam kesunyian ini masih dengan suasana hati yang buruk ruangan yang sepi dan kepalanya yang semakin berdenyut nyeri ketika ia mencoba mengingat sesuatu.
"guaa dimana anjir ko sepi banget dahh"

The Villainess WinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang