BAB 10

3.4K 184 21
                                    

Mereka memandangi Astar yang sedang berjalan tertatih dengan diam mereka tidak ada rasa ingin mambatu atau bersuara mereka hanya diam.

Etah takut menyakitinya kembali atau mereka memang benar benar tidak perduli dengan Astar.

Kai yang melihat mereka hanya diam menghela nafas dan mulai merengek.
"Lah kalian kenapa sii koo pada diem diem aja"

Ucapan Kai berhasil menyadarkan lamunan mereka,Begitu pula dengan Falix ia mengambil ponselnya dan menelfon dokter yang menangani penyakit Astar,Walpun ia marah Falix tetap mengkhawatirkannya.

Falix yang bergegas pergi dari sana dan menelfon seseorang membuat mereka bertanya tanya,tapi mereka tak ingin ambil pusing.

Giel menatap Kai yang masih cemberut dikorsi rodanya Karana tidak ada yang merespon ucapannya,padhal dirinya sudah berusaha untuk mencari perhatian semanis mungkin.

Giel berjongkok agar menyamakan tingginya dengan Kai yang berada di kursi roda,mencolek pipi Kai yang cabi lalu tersenyum.
"Udah yuu abang anter ke kamar"
Ucap Giel yang tak mau ambil pusing dan lebih memilih pergi dengan Kai.

Begitu pula dengan ketiga pemuda yang sedang berdiri di ruang tamu mereka juga memutuskan untuk pergi ke kamar mereka masing masing.

*****

Saat mereka berada di lantai dua ketiga pemuda itu melihat Falix yang mengetuk ketuk pintu kamar Astar namun tak kunjung di buka oleh sang pemilik kamar.

Karana mereka penasaran mereka memutuskan untuk pergi melihat apa yang di lakukan Falix di sana.

"Apa yang Daddy lalukukan di depan kamar Astar?" Tanya Arsan yang penasaran dan di angguki oleh kedua saudaranya.

Falix yang mendengar suara anaknya berbalik melihat ketiga putranya yang menghampirinya.
"Tentu saja untuk melihat kondisinya" Ucapnya sambil memutar bola matanya malas.

Ketiga lelaki berbeda usia tersebut terkejut.
"Sungguh?" Ucap Vier yang menaikan sebelah alisnya.

"Tentu saja harusnya dirimu yang mengkhawatirkanya Karana dirimu dia jadi seperti ini"

"Kenpa Daddy nyalahin aku,itu salahnya yang terus membantah biasanya juga dadday melakukan hal yang sama" Tak trima disalahkan Falix. Vier berusaha membela dirinya.

Falix hanya menghela nafas mendengar perkataan putra tertuanya itu sungguh sama keras kepalanya.

Sebernya mereka sama saja hanya ingin di sanjung Tampa mengerti perasaan seseorang.

Tiba tiba dari dalam kamar Astar terdengar suara terbatuk batuk dan benda pecah.

Pyar

Mereka berempat Samling pandang.

*****

Sedangkan sempinya Astar di kamarnya Astar membuang tasnya asal,memasuki kamar mandi dan mencuci mukanya.

Menatap penampilannya yang sangat berantakan rambut acak acakan lebam di pipi dan bajunya yang terdapat bercak darah.

Astar mengacak acak rambutnya frustasi,sungguh ia sangat kacau ia beranjak dari kamar mandi menatap kamarnya yang juga sama berantakannya seperti dirinya.

Tak memperdulikan kondisi dan barangnya yang berantakan Astar membaringkan tubuhnya di atas tampat tidur.

Tempat tidur yang berseprai putih itu nampak kotor Karana terkana baju Astar yang terkana noda darah.

Memejamkan matanya tak ingin menangisi hidupnya yang sekrang sangat kacau namun air matanya tiba tiba terjatuh.

Astar membuka matanya dadanya terasa sakit lagi.
"Sial ini menyakitkan" Ucapnya sambil memegangi dadanya ia berusaha beranjak dari tempat tidur.

The Villainess WinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang