Jendral tampak bingung melihat nomor telepon yang terpampang di depan layar ponselnya. Itu adalah nomor telepon pribadi Tyara, yang didapatkan oleh anak buahnya beberapa jam yang lalu.
"Gue ngomong apaan ya sama dia?"
Cukup lama Jendral berpikir harus mengatakan apa kepada Tyara, hingga otaknya terpikirkan tentang satu hal, yang bisa dia lakukan.
Dengan senyum mengembang, Jendral berjalan menuju ruang bermain kedua putranya. Jendral mengetuk pintu ruangan tersebut, hingga putra sulungnya yang pertama kali menjawab.
"Halo anak-anak Daddy! Kalian lagi main apa?"
"Lobot!" Jawab Nono.
"Kalo abang lagi main apa?"
"Sama! Kan, sekarang giliran Nono yang jadi musuhnya. Soalnya, kemarin abang udah jadi musuhnya. Jadi, kita gantian." Jelas Marcello.
"Daddy boleh minta waktunya sebentar nggak?"
"Eddy mau apa? Jangan gagu! Nono mau ain cama bang! Eddy di lual aja! Eddy nakal!"
"Nono masih marah, karena nggak ketemu sama aunty? Atau masih marah, karena Daddy udah bentak-bentak Nono? Daddy kan, udah minta maaf. Maafin Daddy lagi, ya?"
Nono menggeleng. "Eddy nakal!"
"Nono mana boleh gitu, Daddy udah minta maaf tau." Tegur Marcello.
"Nah iya, bener apa kata abang. Maafin Daddy ya, sayang?"
Nono lagi-lagi menggeleng, mengabaikan kehadiran Jendral, dan fokus dengan mainan di tangannya.
"Coba bilang, Daddy harus gimana, biar Nono mau maafin Daddy?"
"Ndak tau! Pikil cendili!"
"Eeiiyyy, siapa yang ngajarin Nono ngomong begitu sama orang tua?"
"Eddy!"
"Kapan Daddy pernah ngomong begitu coba?"
"Pikil cendili!"
"Navero!" Tegur Jendral.
Nono tetap abai. Sedangkan Jendral menghela nafas berat. "Jadi, Nono masih nggak mau maafin Daddy, ya? Sayang banget, padahal Daddy mau ajak Nono ketemu sama aunty."
Jendral bisa melihat, jika putra bungsunya itu meletakkan kembali mainan di tangannya, lalu menatapnya. "Enelan?"
Jendral mengangguk.
Nono beranjak dari duduknya dan menghampiri ayahnya itu. "Mau onty! Mau onty!"
"Tapi, maafin Daddy dulu, ya?"
Nono mengangguk antusias. "Nono mau onty, ya Eddy?"
"Ok! Besok kita ketemu sama aunty."
"Abang mau ikut juga! Kita jalan-jalan, kan?"
"Boleh! Lebih banyak anak-anak, lebih baik."
"YEEEAAYYY! BESOK JALAN-JALAN!" Seru Marcello.
"YEEEAAYYY! ECOK AIN CAMA ONTY!" Seru Nono.
***
Malam harinya, Jendral tampak berdeham sejenak sebelum akhirnya menghubungi nomor Tyara. Setelah beberapa jam lamanya, laki-laki itu hanya memandangi nomor tersebut. "Halo, selamat malam." sapanya.
"Siapa, nih?" Balas Tyara.
"Ini saya. Jendral. Ayahnya Navero. Anak yang tinggal sama kamu beberapa waktu yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
FanfictionJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...