Selama dua hari terakhir, Tyara terus menemani Nono yang sedang sakit. Benar, wanita itu memilih untuk menginap di rumah Jendral dengan terpaksa.
Melihat kondisi Nono yang lemah, membuat Tyara tidak tega meninggalkan bocah 3 tahun itu. Dan selama dua hari itu juga, Nono sama sekali tidak melepaskannya barang sedetikpun. Bocah itu terus-menerus ingin bersama Tyara. Memonopoli wanita itu dari kakaknya yang juga ingin mendapatkan perhatian dari Tyara.
"Nono gantian, abang juga mau tidur dipeluk aunty."
Mendengar hal itu, Nono semakin mengeratkan pelukannya, enggan berbagi.
"Bang cakit dulu, anti Nono acih onty."
"Hei, mana boleh bilang gitu? Kita itu harus selalu menjaga kesehatan. Nggak boleh mengharap sakit." Tegur Tyara.
"Tapi, onty mau ke lumah Nono, kalna Nono cakit, kan? Jadi, bang haluc cakit dulu."
"Kata siapa? Waktu itu, aunty udah kesini, kan?"
"Iya! Tapi, abis itu aunty lama nggak kesini. Kenapa? Abang sama Nono nakal ya? Maaf ya aunty ..."
Tangan Tyara terulur mengusap lembut rambut Marcello yang duduk di sebelah Nono. Sedangkan Nono yang melihat itu, buru-buru menarik tangan Tyara, agar kembali memeluknya.
"Enggak! Kalian itu anak-anak yang ganteng, baik dan sopan. Aunty suka kok, main sama kalian. Tapi, akhir-akhir ini, aunty lagi sibuk." ucap Tyara memberi alasan. 'Salahin bapak kalian noh, yang kelakuannya kayak set**!' Lanjutnya dalam hati.
"Kalo aunty nggak sibuk, kesini lagi ya?"
Tyara hanya tersenyum. "Aunty usahakan ya?"
"Nono, ayo gantian!"
Nono hanya merengek, menolak melepaskan pelukan Tyara.
"Sabar ya abang. Nanti, kalo Nono udah tidur, aunty peluk abang juga."
Mendengar hal itu, Nono semakin merengek. "Onty unya Nono!" Serunya tak terima.
"Iya, sekarang Nono tidur, biar cepet sembuh, ok? Biar kita bisa main bareng-bareng lagi." bujuk Tyara. Namun, wanita itu memberikan kode kepada Marcello agar bersabar menunggu giliran.
Tyara bersenandung sembari tangannya terus mengusap punggung kecil dalam dekapannya itu. Hingga Tyara bisa mendengar nafas si bungsu yang mulai teratur, karena sudah terlelap. Entah karena efek samping dari obat yang dia minum, atau usapan lembut Tyara yang begitu menenangkan.
Perlahan, Tyara melepaskan pelukannya dari Nono. "Ayo, sekarang giliran abang yang tidur." bisiknya, takut membangunkan Nono.
Dengan berjinjit, keduanya lalu pergi untuk berpindah ke kamar Marcello, yang ada di sebelah kamar Nono.
"Aunty."
"Hm?"
"Aunty nggak mau jadi mommy aku sama Nono aja?"
Usapan tangan Tyara terhenti sejenak pada punggung Marcello. Wanita itu tau, di usia yang masih sangat kecil, Marcello dan Nono adalah sosok yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
"Kenapa abang mau aunty, jadi mommy abang sama Nono?"
"Karena aunty baik. Aku suka. Nono juga!"
"Tapi, Daddy abang juga baik, kan?"
"Iya. Tapi, Daddy jarang di rumah. Kalopun di rumah, pasti diem di ruang kerja. Jarang ngajak main, jalan-jalan, tidur bareng-bareng. Selalu aja bibi yang temenin kita. Aunty, kadang aku suka bingung deh sama Daddy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
Hayran KurguJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...