"Permisi tuan."
Jendral melirik sekilas, saat pintu ruang kerjanya diketuk. "Masuk!"
"Ada surat untuk tuan."
Kening Jendral mengerut samar, namun laki-laki itu tetap fokus dengan laptop di depannya. "Dari siapa?"
"Di sampulnya ada kop dari kepolisian."
Jendral segera menghentikan aktivitasnya. Kepala laki-laki itu segera menoleh dan mengambil amplop yang diberikan oleh pelayannya. "Kamu boleh keluar."
Si pelayan membungkuk sekilas, dan mundur perlahan, meninggalkan ruangan kantor yang merangkap ruang pribadi Jendral di rumahnya.
"Apa-apaan ini!" Seru Jendral begitu membaca isi dari surat tersebut yang berisi tuntutan balik dari orang yang dia duga telah menculik putranya.
Jendral meremas kertas di tangannya, lalu melemparnya dengan kasar. Lantas, tangannya menggapai gawainya yang ada di sebelah laptop, untuk menghubungi seseorang yang dia percaya di salah satu instansi kepolisian.
"Gue butuh bantuan lo sekali lagi!"
***
"Akhirnya, gue bisa bebas! Setelah tiga hari di dalam penjara. Dan gue bisa menuntut balik si Jendral bajin*** itu! Main-main lo sama gue! Seenaknya aja udah bikin nama gue jadi jelek. Bang*** lo, Jendral!" Maki Tyara.
"Selamat atas kebebasan lo." balas Wanda, yang ikut bahagia melihat temannya sudah bebas.
"Tyara!" Seru Tenesya.
"Bu bos! Akhirnya lo keluar juga." Timpal Hana.
"Gue ikut lega, sih." Sahut Donita.
"Nggak ada berita tentang gue, kan?" Tanya Tyara.
"Udah gue atasi." Jawab Shua.
Tyara menarik nafas lega. "Makasih banyak, girls! Gue sayang kalian banyak-banyak!"
Keenamnya pun berpelukan layaknya Teletubbies.
"Berarti, ini waktunya buat traktiran dong?" Celetuk Tenesya.
"Anything!" Balas Tyara. "Gue juga harus punya banyak tenaga, buat ngadepin si Jendral bajin*** itu ntar lagi! Jadi, ayo kita party!" Serunya.
"Pagi-pagi gini?" Tanya Shua.
"Me time dulu kita. Belanja, ke salon, makan, abis itu, malemnya baru party. Gimana?"
"Kalo gitu, gue matiin ponsel dulu! Biar si bayi gede nggak rewel!" Sahut Hana.
Kelimanya lalu melihat ke arah Wanda. Selain Hana, Wanda adalah orang yang susah mempunyai waktu luang diantara mereka berenam.
"Gue kabari bawahan gue dulu. Biar dia gantiin shift gue sekarang."
"Tumben. Biasanya, lo paling anti sama yang namanya bolos." Celetuk Shua.
"Setelah gue pikir-pikir, nggak ada salahnya bolos sekali seumur hidup. Toh, kerjaan gue juga udah banyak yang selesai."
"Ok, kalo gitu kita let's go!" Seru Tenesya.
***
"Jadi gimana? Lo bisa bantu gue, biar lepas dari tuntutan itu, kan?" Tanya Jendral.
Laki-laki di depannya itu berdecak. "Nyusahin mulu, lo! Kenapa nggak lo liat dulu sih, siapa orangnya? Main langsung gerebek aja!"
"Namanya juga orang tua! Gue khawatir sama anak gue tau! Akhir-akhir ini juga lagi musim penculikan anak! Elo mah belum nikah sama belum punya anak, jadi nggak tau gimana paniknya gue. Begitu gue tinggal sebentar buat beli minum, pas balik, anak gue udah ilang gitu aja!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
Fiksi PenggemarJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...