"BAJIN***! BANG***! LEPASIN SAYA PAK! SAYA NGGAK SALAH! SAYA NGGAK NYULIK SIAPAPUN! ANAK ITU SENDIRI YANG DATENG SAMA SAYA! EMANG TAMPANG SAYA, TAMPANG KRIMINAL APA!" Seru Tyara, pada salah seorang penjaga di depan sel tahanannya saat ini.
"Jaman sekarang, tampang emang menipu! Sayang banget neng, mukamu cantik, tapi ternyata suka nyulik anak orang!"
"BERAPA KALI GUE BILANG, GUE NGGAK NYULIK ITU ANAK! DIA SENDIRI YANG DATENG SAMA GUE!"
"Mana ada anak sekecil itu tiba-tiba datengin orang asing, kalo bukan kamu yang kasih iming-iming?"
"AAARGGGGHHHH! BAJIN*** LO SEMUA! BRENG***!"
"HEH! JAGA MULUTMU ITU! INI KANTOR POLISI!"
"BANG***!"
"Emang pantes kamu dipenjara!"
"Siapapun yang udah bikin gue masuk ke penjara, gue bakal bikin perhitungan sama lo! BAJIN***!" Tyara mengepalkan tangannya, dan meninju tembok yang ada di sebelahnya.
"Tyara!"
"Wanda? Keluarin gue dari sini! Gue beneran nggak nyulik siapapun!"
"Ok, gue ngerti! Lo harus tenang dulu. Gue juga udah panggil yang lain, buat jadi saksi, kalo lo emang bukan kriminal. Sekarang, bisa lo cerita gimana kejadiannya?"
Tyara menarik nafas panjang dan dalam, sebelum akhirnya mulai menceritakan kronologi bagaimana dia bertemu dengan Nono.
***
"Nggak enak! Huweeekkk ..." Nono dengan sengaja memuntahkan sarapan yang dibuat oleh pengasuhnya.
"Ya ampun, den Navero, jangan gini. Nanti bapak marah, kalo tau." ujar pengasuhnya.
"Nono mau makan cama onty!" Bocah itu lalu menutup mulutnya erat-erat.
Si pengasuh tampak tak peduli dengan ucapan Nono, dan kembali berusaha menyuapi tuan mudanya itu.
Namun, dengan spontan, Nono langsung menghempaskan piring yang masih berisi sarapannya, hingga berceceran di lantai ruang makan, dan piringnya juga pecah.
"Ada apa ini?" Jendral datang dari arah kamarnya, setelah mendengar keributan.
"Maaf tuan, den Navero nggak mau makan. Baru satu suap, udah dimuntahin, terus sekarang makanannya dibuang."
"Ya udah, bersihkan dulu." Jendral berjalan mendekati putra bungsunya itu yang tampak kesal.
Nono mengelak, ketika Jendral mencoba menggendongnya. Namun, tenaga laki-laki dewasa itu jauh lebih besar. Jadi, dengan entengnya Jendral menggendong Nono, lalu membawa putra bungsunya itu ke kamarnya.
"Sekarang kenapa? Ada apa lagi? Kenapa Nono nggak mau sarapan? Terus, kenapa sarapannya juga dibuang? Itu kan, perbuatan nggak baik!" Cecar Jendral begitu sudah mendudukkan Nono di atas ranjang, dan dia sendiri berjongkok di depannya.
"Mau ain cama onty!"
Jendral memejamkan matanya sejenak. Sejak semalam, putra bungsunya ini terus-menerus mengatakan ingin bersama aunty. Wanita yang jelas-jelas telah menculiknya. Jendral benar-benar tidak habis pikir, apa putranya mengalami Stockholm syndrome.
"Main sama Daddy dan abang! Aunty itu bukan orang baik! Dia udah bawa Nono dari Daddy dan abang!"
Nono menggeleng ribut. "Nono mau ain cama onty! Eddy nakal! Cuma malah-malah! Eddy Ndak mau ain cama Nono! Eddy cibuk teluc! Nono mau onty! Onty mau ain cama Nono! Onty baik! Onty ndak jahat! Onty ndak nakal! Eddy yang nakal! Eddy jahat! Nono mau onty! Mau onty! ONTY! ONTY! ONTY!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
FanficJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...