Jendral membaca berungkali informasi mengenai Tyara, yang baru saja dikirimkan oleh orang kepercayaannya. Laki-laki itu mendengus kesal, karena merasa tak punya celah. "Jadi, dia pebisnis yang bener-bener bersih? Kalo gini, gue nggak bisa sentuh bisnisnya seperti yang biasa gue lakuin."
Selama ini, Jendral memang selalu melawan musuh-musuhnya dengan menghancurkan bisnis mereka, jika menurutnya bisnis yang dilakukan mereka itu kotor. Lebih-lebih seperti para pebisnis yang bekerjasama dengan pemerintahan untuk keuntungan pribadi, ataupun kelompok.
Namun, untuk kali ini, Jendral tidak akan bisa menghancurkan pebisnis seperti Tyara. Wanita ini benar-benar pebisnis bersih, yang melakukan segala cara dengan otak pintarnya. Agar bisnisnya bisa terus berkembang.
Jari Jendral mengetuk-ngetuk meja kerjanya, mencoba memikirkan hal apa yang bisa dia lakukan untuk membalas perlakuan Tyara.
Jendral segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang yang dia yakin, bisa membantunya memberi solusi, untuk mengatasi wanita seperti Tyara. Laki-laki itu berdecak kesal, ketika panggilannya tak kunjung mendapatkan jawaban.
Jendral melemparkan ponselnya begitu saja, ketika panggilannya yang ketiga kali tak kunjung dijawab. "Ini bajin*** satu kemana lagi, sih? Mati? Eh, tapi nggak mungkin, dosa dia kebanyakan buat mati sekarang! Pasti lagi main dia! Gimana bininya nggak minta cerai, jadi laki nggak bisa sama satu perempuan!"
Jendral yang sedang melamun, sedikit tersentak saat ponselnya berbunyi. "Kali ini udah berapa cewek yang lo tidurin? Inget bini lo, Jo."
Seseorang yang dipanggil Jo itu terkekeh di seberang telepon. "Cuma dua. Kenapa? Lo mau? Gue bisa berbagi kok, kalo sama lo! Dan, kalo lo lupa, gue lagi proses cerai!"
"Lo belum beneran cerai! Masih aja jadi bajin*** lo!"
"Dia terlalu banyak ngatur! Gue nggak suka!"
"Ngapain juga lo nikahin, kalo gitu!"
"Dia yang maksa! Sedangkan gue masih mau seneng-seneng!" Jawab Jo dengan entengnya. "By the way, udah berapa lama punya lo nggak diasah? Biar gue cariin yang sesuai kriteria lo! Gimana? Gue tau lo duda, pasti butuh pelampiasan, kan?"
"Nggak! Makasih! Gue nggak main sama yang rendahan." balas Jendral.
"Yang lo bilang rendahan itu anak menteri."
"Persetan! Gue nggak mau tau! Gue tunggu lo di tempat biasa nanti malem."
"Kayaknya urgent banget, sampai lo mau ketemu langsung?"
"Gue mau, lo nggak banyak omong! Gue tunggu lo nanti, dan gue nggak mau lo telat Jonathan Erlangga!"
"Gue bukan babu lo, yang bisa lo suruh-suruh!"
Tak lagi peduli dengan ucapan temannya itu, Jendral sudah lebih dulu memutuskan panggilannya.
***
Jonathan tertawa terbahak-bahak, setelah mendengar cerita Jendral. Sedangkan Jendral sendiri merasa jengkel. Terlihat dari matanya yang terbuka, namun kedua alisnya ke bawah dan menyatu, juga bibirnya yang menyempit. Tampak sekali, jika sedang menahan diri agar tidak memukul wajah Jonathan.
"Udah?" Sindir Jendral, begitu Jonathan selesai tertawa, lalu meminum wine miliknya.
"Ternyata lo bisa kalah juga ya? Sama cewek lagi!"
"Gue nggak kalah!" Sergah Jendral.
Jonathan tersenyum mengejek. "Terus, kalo bukan kalah, apa namanya? Sampai lo bela-belain mau ketemu gue, buat cari cara ngebales cewek itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
FanfictionJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...