11. Jebakan

1.7K 256 33
                                    

Mata Tyara mengerjap beberapa kali, keningnya mengerut ketika merasa kepalanya pusing. Tyara memperhatikan sekitarnya. 'Dimana ini?' Tanyanya dalam hati.

Pemandangan kamar di depannya saat ini benar-benar asing di matanya.

Tyara mencoba untuk duduk, namun wanita itu mengaduh saat dirasa pinggangnya sakit. Dan akhirnya Tyara memutuskan untuk tetap tiduran. Wanita itu melakukan peregangan pada lehernya, saat dirasa kaku. Hingga dirinya tersentak, saat mendengar suara pintu terbuka, dan menampilkan Jendral yang membawa sebuah nampan di tangannya.

"Selamat pagi." sapa Jendral.

Mata Tyara melotot melihat Jendral tiba-tiba saja masuk. "Ngapain lo di sini? Pergi nggak, lo!"

"Lah, kenapa juga gue nggak boleh di sini? Ini rumah gue! Kamarnya juga punya gue!"

Tyara langsung terduduk mendengar ucapan Jendral, membuat selimut yang sejak tadi menutupinya hingga leher turun, hingga hampir saja memperlihatkan tubuh bagian atasnya, jika Tyara tidak segera memegang selimut tersebut.

"Ngapain juga sih, pake ditutupi segala? Toh, gue juga udah liat semalem." Sahut Jendral santai.

Ucapan Jendral jelas membuat Tyara memperhatikan kondisi tubuhnya dibalik selimut. Wanita itu terkejut, ketika melihat dirinya tidak mengenakan apapun di balik selimut.

Otak Tyara mencoba mengingat kembali, apa yang telah terjadi semalam, setelah mereka pulang dari acara resepsi pernikahan sekretarisnya.

Tyara memang menepati ucapannya, yang mengatakan akan mampir sebentar ke rumah Jendral untuk bermain dengan Marcello dan Nono. Setelah sebelumnya, dia mengabari teman-temannya bahwa dirinya tidak jadi datang.

"Kita mabuk semalem, begitu selesai main sama abang dan Nono." ucap Jendral, yang dengan santai duduk di sudut ruangan dan menyesap kopinya.

Apa yang dikatakan Jendral memang benar. Tyara ingat, dirinya menerima tawaran Jendral yang mengajaknya minum wine. Tapi, setelah itu Tyara benar-benar tidak mengingat apapun lagi.

"Nggak usah dipikirin, nanti stres sendiri, mending minum teh aja."

Jendral memberikan cangkir berisi teh kepada Tyara, yang dibalas dengan tatapan tajam dari wanita itu.

"Nggak butuh!"

Senyum manis Jendral berikan untuk Tyara. "Kenapa, sih? Nggak suka ya, kalo jadi mommy-nya abang sama Nono?"

"Sia*** lo! Lo ngejebak gue, kan? Lo pasti taruh sesuatu di minuman gue! Iya, kan!"

Jendral mendekatkan wajahnya pada Tyara. "Kalo mau nuduh, pake bukti sayang. Jangan asal nuduh gini. Lagipula, kita lakuin atas dasar suka sama suka, kok."

Sebelah tangan Tyara hendak menampar wajah Jendral. Namun, laki-laki itu lebih dulu menangkap tangannya. "Gue cuma mau kasih lo bukti, sebelum lo bikin gue nggak bisa lagi punya keturunan. Maka, dengan senang hati, gue akan titipin keturunan gue selanjutnya, sama lo! Satu hal lagi, gue paling nggak suka ditantang sayang. Dan, mulai sekarang, kita harus mulai membiasakan diri buat panggil aku-kamu."

Jendral mengedipkan sebelah matanya dan Tyara menarik kasar tangannya yang masih berada dalam genggaman Jendral.

"Jadi, konsep pernikahan kayak apa yang kamu mau?"



***



Sepulang dari rumah Jendral, Tyara terus memikirkan banyak hal, tentang apa yang sebenarnya terjadi semalam.

"Masa iya, sih? Gue abis ngelakuin itu sama dia? Nggak yakin, deh. Tapi, pinggang gue juga berasa sakit, kayak capek banget rasanya. Tapi, tapi ... kenapa gue nggak inget apa-apa?"

Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang