"Daddy! Daddy! Nono nggak mau makan!" Lapor Marcello.
Jendral yang sedang sibuk di depan laptop pun menghentikan kegiatannya, ketika putra sulungnya tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya dan melaporkan keadaan si bungsu. "Kenapa? Nono sakit?"
"Nggak tau! Tiba-tiba aja nggak mau makan. Lemes terus dari tadi, mukanya sedih."
"Ya udah, abang tunggu dulu. Sebentar lagi Daddy ke ruang makan."
"Sekarang Daddy! Nanti, kalo Nono mati, gimana?"
"Heh! Mulutmu loh, bang! Itu adek kamu!" Tegur Jendral.
"Salah Daddy sendiri masih ngurusin kerjaan, padahal Nono nggak mau makan!"
"Ya udah, ayo liat Nono!" Ucap Jendral mengalah.
"Tuh liat! Dari tadi gitu terus. Ditanya mau apa, nggak mau jawab." Marcello menunjuk ke arah Nono yang merebahkan kepalanya di atas meja baby chair miliknya.
"Nono kenapa? Kata abang nggak mau makan? Sakit?" Tangan Jendral mengecek suhu tubuh Nono yang menurutnya normal. "Kenapa, sih? Badan kamu nggak panas padahal."
"Mau ain!"
"Main apa? Main aja di rumah kayak biasanya sama abang."
Suara Nono mulai merengek tak terima mendengar ucapan ayahnya. "Mau ain cama onty!"
"Aunty lagi?"
"Iya! Nono lindu onty! Nono mau makan ec klim cama onty, mau alan-alan cama onty! Mau naik ayun-ayun cama onty! Mau makan unya onty! Onty acaknya enak! Nono mau onty!"
"Aunty sibuk, nggak bisa diganggu!" Tegas Jendral.
Terdengar suara Nono yang mulai menangis. Membuat Jendral mengusap kasar wajahnya, merasa frustasi. Bagaimana bisa, anaknya itu meminta hal yang menurutnya sangat mustahil dilakukan?
Setelah apa yang dilakukan oleh Tyara dua hari yang lalu kepadanya, Jendral merasa tidak bisa lagi memaafkan wanita itu. Ingin membalas perlakuan Tyara, namun Jendral belum bisa memikirkan balasan apa kiranya yang setimpal. Tapi sekarang, putra bungsunya justru ingin menemui wanita itu, hanya untuk jalan-jalan dan makan es krim. Apa Nono lupa, jika dia memiliki seorang ayah dan kakak, hingga harus meminta orang lain untuk mengajaknya jalan-jalan?
Jendral meraih Nono dalam gendongannya, saat bocah 3 tahun itu masih menangis. Bahkan, bocah itu dengan brutal menendang-nendang kakinya ke udara, dengan tangis yang memekakkan telinga.
"Daddy! Turuti aja! Nono berisik! Abang nggak suka! Coba telpon aunty Tyara! Daddy jangan diem aja!" Seru Marcello, dengan kedua tangan menutupi telinganya.
Wajah Jendral sendiri pun tampak kesal. Telinganya juga mendadak tuli, karena suara tangis Nono yang begitu melengking.
"Nono diem dulu, jangan nangis lagi! Biar Daddy telpon aunty, dan kamu bisa main sama dia sepuasnya! Ok?"
Ajaibnya, tangis Nono langsung berganti dengan senyuman lebar di bibir bocah itu, mendengar ucapan ayahnya. "Enelan ya? Nono mau ain cama onty! Yang lama! Nono mau di lumah onty cama bang! Nono mau iem cana, cama onty, cama bang juga."
"Enggak! Kayak nggak punya rumah aja, mau nginep di rumah aunty! Nggak boleh! Cuma main, jalan-jalan, beli es krim. Udah, abis itu langsung pulang."
Melihat Nono yang hendak merengek kembali, membuat Jendral mendudukkan kembali putranya itu pada baby chair miliknya. "Diem dulu, dengerin Daddy! Liat mata Daddy!"
Nono menurut dan memperhatikan Jendral. "Kita nggak kenal sama aunty! Aunty juga orang sibuk, jadi, Nono nggak boleh bikin aunty repot. Cukup main ayunan, jalan-jalan, lalu makan es krim. Nono punya rumah sendiri! Rumah Nono di sini! Jadi, nggak perlu nginep di rumah aunty."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Your Daddy [Miss Independent Series]
FanfictionJAEYONG GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 Sebut saja Tyara seorang Miss Independent. Sebab, diusianya yang sudah kepala dua, gadis itu tidak punya keinginan untuk menikah s...