*
*
Suasana menegang, Ulfairah hanya diam dengan memegang erat tasbih berwarna putih itu, jantung nya berdetak kencang tak karuan.
Ghaaziy memeluk tubuh putrinya sembari mengusap puncak kepala Ulfairah dengan lembut.
"Aiss, jika kamu tidak ingin menerima nya maka tolak lah, tapi coba kamu pikirkan baik-baik, Gus Zhafar yang sudah menjaga tasbih yang kau tangisi itu selama ini, dari situ Abi yakin jika Zhafar adalah laki-laki yang bertanggung jawab, tasbih saja dia jaga kehormatan nya, apalagi anak Abi" Tutur Ghaaziy kepada Ulfairah.
"Aiss masih ingin menimba ilmu Bi, Aiss masih ingin mengejar pendidikan Aiss di kairo" Jawab Ulfairah.
"Aiss ingin memantaskan diri Aiss terlebih dahulu"
"Aiss heii, dengerin Abi nak. Aiss masih bisa melanjutkan pendidikan Aiss untuk menimba Ilmu, tapi di pesantren nya suami Aiss."
"Untuk pendidikan kamu yang akan di lanjutkan ke kairo itu InsyaAllah Aiss, jika Zhafar adalah suami yang baik bagi kamu, maka ia akan membimbing kamu nak, jadi cukup Zhafar yang akan membimbing anak abi, lagi pula Zhafar juga baru saja menyelesaikan pendidikan nya di sana." Ghaaziy semakin memeluk erat Ulfairah.
"Tenang saja Ulfairah, kamu masih bisa tetap melanjutkan sekolah mu di pesantren Abi saya. Untuk melanjutkan ke kairo itu tidak perlu dan saya sendiri yang akan membimbingmu, dan juga tidak perlu kamu harus memantaskan diri, bersanding dengan saya itu sudah menjadi tugas saya untuk membimbing istri saya." Sambung Gus Zhafar.
"Pindah pesantren lagi??" Beo Ulfairah.
"Iya Aiss" Jawab Ghaaziy.
"Tidak apa-apa Ulfairah jika kamu tidak bisa menjawab nya sekarang, sa-"
Ucapa Gus Zhafar terpotong ketika Ulfairah beranjak dari duduk nya.
"Tidak Gus, akan Ulfairah putuskan hari ini juga. Tunggu Ulfairah sehabis isya disini. Ulfairah pamit dulu, Abi, Umi, Eyang, Omah, Om bibi. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Putus Ulfairah.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"
"Afwan Zhafar, biarkan Ulfairah memikirkan nya terlebih dahulu" Ucap Gus Ghaaziy
Gus Zhafar tersenyum. "Na'am Gus, Zhafar mengerti"
"Yasudah, apa sebaiknya kita keluar untuk melihat para santri-santri" Ucap Kyai Ahmad dan semuanya mengiyakan.
Ulfairah dengan tergesa-gesa meninggalkan kan are ndalem. Tanpa disadari seseorang melihat nya.
"Ul-ulfairah?" Lirih seseorang tersebut.
Setelah mendapati pintu kamar asrama nya, Ulfairah bergegas masuk dan menghampiri ranjang nya, Ulfairah mengambil sebuah buku diary yang berada di nakas.
"Jika suatu hari Allah mengizinkan tasbih Aiss untuk kembali dengan di bawakan oleh seseorang, maka Aiss akan mengiyakan apapun yang orang itu minta."-Ulfairah 06.02
Degg!
"Ya Allah, apa ini? Mengapa harus menikah yang ia ajukan? Lalu bagaimana dengan impian ku untuk melanjutkan pendidikan ke Kairo ya Allah? " Bingung Ulfairah.
Dengan perasaan yang masih tak kunjung tenang, Ulfairah menutup buku tersebut, bergegas turun dari ranjang untuk mengambil air Wudhu dan meminta petunjuk kepada sang Maha pencipta.
Kini Ulfairah sedikit lebih tenang dan sudah menata rapih apa yang harus ia jawab pada saat nanti malam. Dia sela-sela ia sedang membaca buku, pintu kamar terbuka, memperlihatkan Hana yang baru saja masuk dan menutup pintu itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manik Putih
Teen Fiction"Cinta terbaik adalah disaat kamu mencintai seseorang yang membuat akhlakmu semakin baik, jiwamu semakin damai, dan hatimu semakin bijak. " -Habib Umar Bin Hafidz