⁶log9 - ⁶log2 + ⁶log8

4 3 0
                                    

Kini dihadapan Novela adalah siswa, Aksara Satra.
Banyak orang bilang, Aksara jarang berinteraksi dengan teman sesamanya, berbicarapun jika penting saja, selebihnya Aksara lebih banyak diam.

Keheningan terjadi diantara mereka, Novela yang canggung akan suasana tersebut, sedangkan Aksara terlihat begitu santai seolah-olah tidak terjadi apapun.

Novela menyibukkan diri dengan membaca buku yang ada dihadapannya, tetapi tetap saja dirinya tidak bisa fokus, seperti ada seseorang yang tengah mengawasi dirinya.

Tiba-tiba Aksara berdiri begitu saja, dan mengambil bolpoin yang ada di sebelah buku Novela. Novela terkejut tetapi dia berusaha terlihat biasa saja.

Aksara mengambil menyobek kertas lalu menulis sesuatu didalam kertas tersebut, Novela hanya melihat semua apa yang dilakukan Aksara, tanpa mengeluarkan suara.

Setelah selesai menulis, Aksara meletakkan kertas dimeja kemudia mendorong hingga berada tepat didepan tangan Novela.

Novela kebingungan apa yang terjadi tetapi dia mengambil kertas yang berisi tulisan dari Aksara. Tanpa menunggu kata yang akan dikeluarkan oleh Novela, Aksara lebih dulu melangkahkan kaki meninggalkan perpustakaan.

"Hai, mau berteman?", begitu isi dari kertas yang Aksara tulis.

"Ternyata Aksara lebih suka menggunakan tulisan dan kertas, dari pada harus berbicara dengan keras", pikir Novela.

Telah lama berada di perpustakaan Novela melihat jam yang ada melingkar indah ditangannya, dirinya terkejud karena ternyata bel pulang bentar lagi akan berbunyi.

Novela takut jika wali kelasnya akan menghubungi ayahnya, karena Novela tidak masuk kelas seharian ini.

"Aku berharap, semoga Bu Mei tidak menghubungi Ayah", ucapnya dalam hati.

Tangan Novela dengan cekatan membereskan barang-barangnya dan memasukkan ke tas, lalu mengembalikan buku yang ia ambil di perpustakaan

Novela keluar dari perpustakaan, dirinya pergi menuju UKS. Ia betul-betul ingin merebahkan tubuhku sejenak.

♪♪♪

Keberuntungan berpihak padanya, ruangan warna putih, serta bau obat-obatan tercium saat Novela membuka pintu UKS. Kaki Novela melangkah menuju Bed UKS yang tersedia disitu.

Novela merebahkan dirinya, dia memejamkan matanya untuk menghilangkan pusing yang menyerang kepalanya, "Sakit banget, Bunda. Kepala Ela sakit, Bun".

Kepalanya terasa berat sekali, rasanya nyaman tiduran dibrankas membuat Novela ingin sekali tidur.

"Kalau tidur di rumah pasti beda banget rasanya, tiduran sebentar disini bikin ngantuk, jadi ingin tidur. Kalau dirumah bukannya ngantuk yang datang, justru rasa takut yang hadir", ucap Novela yang masih memejamkan matanya.

Teringat dengan kertas yang Aksara berikan, Novela bangun mengambil kertas dan bolpoin yang berada ditasnya. Tangan Novela bergerak, yang tengah menulis dikertas itu, dirinya tersenyum ketika melihat tulisan rapih yang barusan ia tulis.

Novela melipat-lipatkan kertas tersebut. Kemudian melangkahkan kakinya untuk menuju gerbang.

Pada saat perjalanan munuju gerbang. Matanya melihat Aksara tengah berjalan juga. Novela mempercepat jalannya agar bisa menyusul Aksara.

"Aksara", panggil Novela dengan suara pelan.

Aksara yang mendengar suara Novela, mengehentikan langkah kakinya, tubuh Aksara berbalik. Sekarang Aksara tepat berada dihadapan Novela.

Novela menatap mata Aksara, yang ternyata Aksara pun tengah menatapnya seperti menandakan bahwa Aksara bertanya tentang mengapa Novela memanggil namanya.

Tangan Novela mengambil sesuatu didalam saku roknya, "Ini jawaban waktu tadi di perpustakaan".

Aksara menerimanya, tanpa memastikan Aksara benar-benar menerima kertas itu, Novela pergi tergesa-gesa. Ia tidak tau ada apa dengan jantung, yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Senyum tipis yang Aksara tunjukkan, lalu dirinya membuka lipatan kertas dari Novela, "Itrium", begitu tulisan yang terdapat di kertas itu. Tulisan yang ditulis dengan rapi.

Itrium, merupakan sistem periodik unsur yang dilambangkan dengan huruf Y. Aksara pikir, Novela tidak akan membalas tulisannya itu. Ternyata Novela memberikannya kertas, kertas yang sama. Kertas yang berisikan tulisan untuk Novela kini berada ditangan Aksara.

Novela sedang menahan malu, karena ia beberapa kali bertatapan dengan mata Aksara. Sekarang Novela berjalan di trotoar. Sebenarnya Novela lelah, tapi demi menghemat uang ia lebih memilih jalan kaki.

Di perjalanan banyak sekali pengendara yang juga ingin pulang, dimulai dari pekerja hingga anak sekolah.

Selain, kendaraan dan pengendara, novela juga melewati beberapa bangunan serta toko-toko dan kios yang disepanjang jalan. Toko boneka adalah tokoh yang ingin Novela datangi.

Bukan karena dirinya tidak memiliki boneka, tetapi pergi ke toko boneka adalah tempat terakhir dirinya pergi bersama bundanya, yang telah pergi entah kemana sekarang.

"Bunda. Dulu bunda janji akan tempat ini lagi. Tetapi sekarang bunda ada dimana? aku rindu, aku juga ingin dipeluk", butiran bening, mengalir begitu saja tanpa aba-aba saat Novela menatap toko boneka itu.

Dering ponsel dihanphone Novela, namun dering ponsel tersebut membuat novela ketakutan.

Panggilan serta massage dari ayahnya, yang ia dapatkan. Tanpa ingin menjawab terlebih dahulu, Novela berlari dengan sekuat tenaga agar cepat hamil dirumah.

Novela sungguh takut, jika ia akan mendapatkan pukulan lagi dari ayahnya. perasaannya tidak karuan, lelah, sakit, takut, menjadi satu.

Biasanya jika ayahnya sudah menelfonnya berarti dirinya harus cepat pulang, dan sekarang juga.

"Ya Allah. Tolong Ela, semoga ayah gak mukul lagi", Novela berharap ayahnya tidak memukulnya lagi seperti kemarin, bekasnya masih belum kering bahkan masih menbiru dipunggut Novela.

Lari Novela tidak secepat sebelumnya, kaki Novela terasa begitu berat untuk berlari, tangannya bergetar gemetar, ia takut dipukul oleh ayahnya.

Novela menduga pasti wai kelasnya sudah bilang kepadanya ayahnya, kalau Novela tidak masuk kelas hari ini.

LUKA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang