Sekarang waktu istirahat, banyak anak-anak yang keluar dari kelas untuk mengisi perutnya yang membutuhkan asupan. Novela justru bingung dirinya harus ke UKS atau tidak, tapi jika tidak ke sana Novela sudah berjanji kepada Aksara.
"Yaudah deh aku ke UKS aja" ucap Novela lalu melangkahkan kakinya keluar kelas menuju UKS yang lumayan jauh.
Saat akan menuju ke UKS di perjalanan Novela bertemu dengan Seloka, "Hai, mau kemana?" tanya Seloka.
"Kemana-mana hatiku senang" jawab Novela asal.
Seloka berdecak kemudian mengangkat tangannya hendak mengusap kepala Novela karena terlalu gemas, namun sebelum itu terjadi Novela sudah menghindar, "Gak bisa, gak boleh, Sel".
"Masa Sel si, Sel peredaran darah?".
"Namamu kan Seloka, kan tiga huruf dari depan Sel" ucap Novela.
"Iya, ya. Terserah Elsa aja"
"Heh kok Elsa, ni anak suka ganti-ganti nama" ucap Novela kesal, namun Seloka sudah pergi dengan tawa yang keras sehingga masih dapat Novela dengar.
Teringat dengan niatnya, Novela pun pergi menuju UKS.
Sesampainya di UKS, Novela langsung membuka pintu UKS, terlihat Aksara yang sedang berbicara dengan seorang perempuan. Saat Novela akan menutup kembali pintu UKS, ternyata Aksara melihatnya.
"Eh, sini masuk Novela", ucap Aksara yang melihat Novela hendak pergi.
Novela tersenyum, padahal dirinya sudah sepelan mungkin, tetapi ketahuan juga. Ia berjalan menuju tempat dimana Aksara berada.
"Kenapa gak istirahat, Aksara?" tanya Novela.
Aksara menghela nafas, dirinya sudah istirahat dan hanya tidur saja tapi masih dibilang kenapa tidak istirahat, "Udah tadi, El".
"Kamu kenapa baru dateng?" tanya Aksara.
"Emangnya kenapa? nungguin aku dari tadi?" tanya Novela sambil menatap mata Aksara.
Aksara menganggukkan kepalanya, "Iya". Novela terkejut dengan jawaban Aksara.
Tatapan mata Novela kemudian menatap perempuan yang berada di samping Aksara, "Kamu siapa?" tanya Novela.
Perempuan itu kemudian menatap Novela, ternyata Walgita. Perempuan yang selalu menatap Novela dengan tatapan malas, "Iya aku, kenapa?".
Badan Novela keringat dingin, kemudian dia pergi meninggalkan Aksara dan Walgita di UKS. Novela berlari menuju kamar mandi, bukannya Novela tenang justru Novela terbayang-bayang, saat dirinya di bully di kamar mandi oleh Walgita.
Ia berusaha menenangkan dirinya, namun percuma Novela bukannya tenang malah semakin ketakutan. Novela keluar dari kamar mandi dengan air mata mengalir dipipinya.
♪♪♪
"Novela takut" lirihnya pergi berjalan entah kemana, hingga dirinya berada ditangannya, ia duduk di bangku yang tersedia.
Angin yang menerpa wajahnya menyejukkan, Novela memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya.
Tiba-tiba pipinya terasa dingin, saat membuka matanya terdapat sebungkus es krim dihadapannya.
Novela menengok ke sampingnya terdapat Seloka yang sedang duduk di sampingnya, "Dingin, Sel" ucap Novela.
"Justru bagus, biar mood kamu lebih baik" ucap Seloka pada Novela, kemudian Novela mengambilnya dan memakannya.
"Bener kata kamu, Sel. Mood aku sekarang jadi lebih baik haha" ujar Novela diakhiri tawa karena Seloka makan es krim belepotan.
Ya dong. Seloka, tau tentang perempuan, kerenkan" ucap Seloka sambil mengusap noda es krim ya ada disekitar mulutnya.
"Percaya diri memang baik, tapi terlalu percaya diri tidak baik" ucap Novela dengan kesal justru membuat Seloka tertawa.
Menurut Seloka, Novela kesal itu adalah kebahagiaan tersendiri baginya, Novela senang, bahagia, juga kebahagiaan baginya. Tetapi Novela sedih Seloka tidak menyukai itu.
"Aku senang liat kamu bahagia tertawa" kata Seloka menatap Novela.
"Aku gak suka ketawa bahagia, pasti setelah itu aku sedih atau nangis nantinya" ujar Novela.
Novela terhenti memakan es krim nya, kemudiannya teringat dengan perihal dirinya bertemu dengan Walgita tadi. Perasaan takut yang muncul begitu saja tanpa aba-aba yang menyerang pada dirinya, menyakitkan itu ya ia rasa.
"Bahagia boleh tapi jangan berlebihan, begitu pula dengan kesedihan. Kalau kamu tertawa terus kamu takut nanti sedih atau nangis, ingat bahwa ada pelangi sehabis hujan" ucap Seloka.
Novela terdiam mendengar ucapan Seloka, "Tapi sehabis hujan enggak selalu ada pelangi, Sel"ujar Novela yang membuat Seloka lantas menatapnya.
"Yaudah deh, ganti perumpamaannya jangan ada pelangi sehabis hujan" ucap Seloka.
"Terus apa dong?" tanya Novela.
"Enggak tau"
"Istighfar Sel, istighfar" ucap Novela, namun jawaban Seloka membuat Novela terdiam.
"Astagfirullah. Eh, aku non-islam El" ucap Seloka.
"Aduh, gelap banget padahal cuacanya cerah, hehe" ujar Novela, Seloka terkekeh gemas kepada Novela entahlah, mungkin definisi seamin tapi tidak seiman kini ada.
"Suka dengerin lagu gak, El?" tanya Seloka.
Novela tampak berfikir sebelum menjawab pertanyaan Seloka, "Enggak terlalu, emangnya kenapa?" tanya Novela.
"Aku suka dengerin lagu, terkadang lagu bisa mewakili perasaan yang kita rasa" ucap Seloka lalu mengambil handphone nya, "Kalau aku suka lagu ini" kemudian Seloka memilih lagu.
"Eh, judul lagunya Jatuh Hati?" tanya Novela
Seloka menganggukkan kepalanya, " Aku bukan jatuh cinta. Namun aku jatuh hati" Seloka ikut bernyanyi mengikuti lirik yang ada dihanphonenya, suara merdu yang merupakan bakat terpendamnya, sekarang ia tunjukkan pada Novela.
" Suara kamu merdu" puji Novela pada Seloka.
Seloka tersenyum, "Kamu suka?" tanya Seloka
Yang dibalas anggukan oleh Novela, "Iya suka, suka lagunya" ucap Novela kemudian menikmati mendengarkan lagu tersebut.
"Ya, gapapaa Novela suka lagunya, bukan aku, kita aja beda agama" lirih Seloka, namun tidak didengar oleh Novela.
"Makasih, Sel. Mood aku tambah jadi baik, baik banget sekarang" ucap Novela.
Seloka menatap Novela sembari tersenyum, dengan tatapan yang berbeda, tatapan yang Novela pun bahkan Seloka tidak tau. "Sama-sama, El".
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA (SUDAH TERBIT)
RandomBerawal dari perbandingan dan dirinya harus dituntut menjadi sempurna oleh orang tuanya, agar bisa menjadi kakak yang baik bagi adik-adiknya. Dia tidak terlalu berharap di sekolah SMA yang bukan impiannya, ia terpaksa masuk ke SMA pilihan orang tuan...