Hari ini merupakan hari pengumuman hasil ujian sekolah SMP Asrih. Semua siswa-siswi sedang berkerumun untuk melihat hasil ujian yang telah mereka laksanakan beberapa hari yang lalu.
Suara riuh karena dari banyaknya satu angkata tersebut, lulus semuanya. Yang ditunggu-tunggu pasti siapa yang juara satu paralel.
Di dalam kelas Novela duduk terdiam, melamun, entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Benar-benar membuat Novela pusing.
Disaat Novela melamun ada seorang siswa yang memasuki kelas dan menghampirinya"Novela, kamu dicari sama Alenia, di depan.", ujarnya lalu pergi begitu saja.
Novela menghela nafas lalu melangkahkan kakinya untuk pergi ke depan kelasnya, mengapiri Alenia yang sedari tadi menundukkan pandangannya.
"Ada apa?", tanya Novela.
"Novela, aku sudah bilang sama kamu. Serahin peringkat satu paralel itu", ucap Alenia langsung tanpa basa basi terlebih dahulu.
Novela tersenyum sembari menatap mata Alenia, "Seharusnya kamu bisa dong, melebih aku. Bukan justru kamu marah-marah ke aku, kesannya percuma banget, Al".
Tangan Alenia terkepal erat, mukanya wajah kesalnya, "Kan kamu bisa nurunin nilai kamu" kata Alenia dengan nada kesalnya.
Novela menggelengkan kepalanya, bahwa ia tidak setuju dengan ucapan Alenia barusan. Ia baru tau ternyata begini sifat asli Alenia, jauh dan sangat jauh dari yang banyak orang kenal.
Jika orang -orang mengenali Alenia dengan sifatnya ya ramah, suka menolong dan lain sebagainya. Namun, Alenia dihadapannya sekarang sungguh berbeda.
"Kenapa enggak kamu aja yang ningkatin nilai kamu" kata Novela sambil bersender pada dinding yang ada di depan kelasnya.
"Kamu terlalu menganggapku sainganmu, padahal kita bisa saja berteman bukan?" lanjutnya
Alenia mengeram marah, "Karena kamu selalu sempurna dari aku, kamu selalu menjadi yang terbaik. Sedangkan aku tidak bisa", ujarnya tanpa menatap wajah Novalia.
"Apa yang kamu lihat dan amati, belum tentu sesuai yang ada didalam pikiran mu" kata Novela lalu memasuki kelasnya kembali.
Alenia menatap Novela yang terus berjalan tanpa menoleh kebelakang, tatapan matanya yang tajam.
Saat Novela sedang duduk dan fokus membaca buku yang ada dimejanya, tiba-tiba seorang siswi menghampiri Novela, "Hai, kita belum kenalan secara resmi loh, nama aku Fabula Sastra" ujar Fabula sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Lucu sekali, satu kelas namun hanya saling mengenali muka, dan tau sebatas nama saja
Dan mereka berkenalan disaat akan dilaksanakan hari kelulusan besok, benar-benar aneh. Yang dekat menjadi asing, yang asing menjadi dekat.
Novela pun mengulurkan tangannya, "Hai, nama aku Novela Puisikita" kata Novela.
Fabula duduk disebelah bangku Novela yang kebetulan kosong, "Oh ya, aku lihat-lihat kenapa kamu sedari tadi melamun?" tanya Fabula penasaran.
Novela sebenarnya bingung, ingin menjelaskannya bagaimana, ia takut jika menjelaskannya nantinya pasti sama saja orang-orangnya pasti akan menyalahkan dirinya kurang bersyukur.
"Enggak papa, cuma ada sedikit masalah saja" ucap Novela sambutan tersenyum
"Loh, kenapa? coba cerita sama aku. Seharusnya senang dong, kan peringkat satu paralel" ujar Fabula
"Peringkat satu paralel, belum menjamin akan bahagia, Fabula" jawab Novela yang tetap fokus pada bukunya tanpa menatap Fabula
"Eh tunggu, semua orang kan menginginkan peringkat satu paralel, masa sih kamu gak senang atau bahagia gitu?" ucap Fabula
"Enggak semuanya harus senang karena peringkat satu paralel, Fa" ucap Novela
"Kamu mah kurang bersyukur " kata Fabula
Novela kurang bersyukur? ya memang benar, karena ayahnya selalu menanyakan peringkat dan nilai. Tanpa menanyakan keadaan anaknya bagaimana.
Fabula hendak berbicara, "Aku pulang duluan, kayaknya udah boleh pulang, permisi " kata Novela sembari membereskan barang-barangnya lalu melangkahkan kakinya untuk pulang, meninggalkan kelasnya.
"Lain kali bersyukur ya" ujar Fabula, yang dapat didengar jelas oleh Novela
Sebenarnya Novela hanya menghindari pembicaraan, yang menurut Novela itu lumayan sensitif, terlebih lagi fabula yang baru saja kenalan sudah banyak tanya mengenai dirinya, Novela kurang nyaman namun Novela berusaha memakluminya, mungkin rasa penasaran Fabula tidak bisa ditahan lagi.
Saat akan menuruni tangan, Novela berpapasan dengan seseorang siswa yang tengil banget, Seloka. "Hai, masih ingatkan sama aku?" tanya Seloka, yang dibalas anggukan oleh Novela
"Seloka Baita, siapa tau lupa nama aku" ujarnya sembari mengulurkan tangannya.
"Ada apa? ", tanya Novela
Seloka menarik tangannya, yang sebelumnya mengulurkan tangannya, "Congratulations, Novela" ucapnya lalu melangkahkan kakinya untuk menuju kelasnya ternyata Seloka dan Novela tetangga kelas, namun anehnya Novela jarang melihat Seloka.
"And I love you, Novela" lanjut Seloka
Novela hanya tersenyum saat menuruni tangga, pikirnya Seloka hanya bercanda saja, tanpa adanya rasa.
Ternyata kegiatan yang dilakukan oleh Novela dan Seloka dilihat oleh seseorang sambil menatap mereka tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA (SUDAH TERBIT)
RandomBerawal dari perbandingan dan dirinya harus dituntut menjadi sempurna oleh orang tuanya, agar bisa menjadi kakak yang baik bagi adik-adiknya. Dia tidak terlalu berharap di sekolah SMA yang bukan impiannya, ia terpaksa masuk ke SMA pilihan orang tuan...