11 : Ujian praktek

7 3 2
                                    

Pagi ini semua murid-murid sedang berkumpul di aula sekolah yang sangat luas itu. Kepala sekolah akan mengumumkan dimana nanti praktek ujian mereka khusus murid kelas 12.

Dan seluruh murid kelas 12 kini akan ujian praktek di kampung Bali dengan praktek menanam padi. Banyak murid-murid yang menolak untuk ikut ujian praktek dan banyak juga yang senang.

"Ogah, gue nggak mau pergi!" ucap Maudy menolak keras.

"Lo nggak mau lulus?" tanya Rifa menatap sekilas Maudy yang sedang mencebikkan bibirnya kesal.

"Ya maulah, tapi kenapa ujian prakteknya di kampung Bali sih,iuhh nggak ih gue nggak mau tahu...."

"Dy, nggak usah alay deh, kita sama mereka itu sama, sama-sama makan nasi. Nggak usah ilfeel gitu deh!"

"Tapi kan--"

"Bacot!" kesal Rifa meladeni ucapan Maudy yang sangat tidak berfaedah, Rifa keluar dari aula ketika kepala sekolah sudah selesai berbicara.

Maudy juga ikut mengikuti Rifa dan berjalan di samping gadis itu. Ardi tiba-tiba muncul dan merangkul bahu Maudy dan Rifa.

"Kantin?"

"Nggak, gue nggak mood makan," tolak Rifa lalu masuk ke dalam kelas meninggalkan Maudy dan Ardi yang sedang saling tatap karena bingung dengan sifat Rifa pagi ini.

"Aneh, nggak biasanya." ujar Ardi.

"Kantin Dy?"

"Gue mau ke toilet dulu Ar, lo duluan aja," pamit Maudy.

"Jangan lama-lama."

Maudy mengangguk dan menyusuri koridor yang tampak sedikit sepi, mungkin banyak yang ke kantin karena bel istirahat baru saja berbunyi.

Maudy masuk ke dalam kamar mandi yang berada di ruangan paling ujung.

"Kenapa?" tanya Maudy bingung menatap Rina yang sedang menatapnya dengan tatapannya yang sedikit beda.

"Aku mau bareng Altarel terus Dy," ucap Rina tiba-tiba.

"Gue tahu--"

"Kalau gitu kamu harus jauhin Altarel demi aku Maudy... Kamu itu sepupu aku Dy, aku mohon," mohon Rina memegang tangan Maudy.

Maudy menatap Rina dengan ekspresi yang sangat kaget. Apa dia tidak salah dengar dengan perkataan Rina barusan? Menjauhi Altarel? Demi Rina?

"NGGAK!!"

"HARUSNYA LO YANG JAUHIN ALTAREL BUKAN GUE!! LO ITU HAMA DI HIDUP ALTAREL!!"

"KAMU SALAH DY, ALTAREL SAYANG SAMA AKU!!" bentak balik Rina di depan muka Maudy.

"Lo--" geram Maudy tertahan ingin menampar wajah Rina tapi gadis itu sudah menghindar lebih dahulu.

Rina keluar dari wc dan melihat ke kanan kiri, ketika melihat seseorang yang barusan mereka bicarakan kini tengah berjalan untuk menemuinya. Rina kembali masuk ke dalam wc dan mulai melukai dirinya sendiri.

"Maaf Dy, tapi aku harus lakuin ini." kata Rina dan sedikit membuka kancing bajunya dan mengacak-acak rambutnya, setelah itu membenturkan kepalanya di tembok hingga mengeluarkan darah segar dari kepalanya.

"APA!? RINA LO GILA!?"

"STOP RIN, KENAPA LO NYAKITIN DIRI LO SENDIRI!!?" cegah Maudy menahan tangan Rina.

"Hiks... m-maaf Maudy hiks..."

"Apa? Maksud lo apa!?" tanya Maudy bingung menatap Rina yang sekarang sedang terduduk lemas di lantai yang kotor.

"A-aku sayang s-sama Altarel,hikss...... a-aku mohon Dy--"

"Sampai kapan pun gue nggak bakal pernah jauhin Altarel, Rina!!"

"Lo harus ingat! Gue itu lebih cinta dan sayang sama Altarel dengan tulus bukan kayak lo yang cuman obsesi semata!!"

"T-tapi--"

"MAUDY!"

"LO BENAR-BENAR PEREMPUAN LICIK!! GUE BENCI SAMA LO!!" bentak Altarel mengagetkan Maudy dan Rina.

Altarel masuk ke dalam kamar mandi lalu menuntun Rina untuk berdiri. Maudy saat ini sudah panas dingin.

"A-aku, Al kamu salah--"

"LO YANG SALAH!! SADAR NGGAK RINA ITU PUNYA PENYAKIT DAN LO DENGAN GAMPANGNYA NYAKITIN DIA!!" kata Altarel menatap Maudy yang sedang menahan tangisnya.

"Gue makin yakin buat nggak sahabatan lagi sama lo, karena sifat lo ini Maudy!!"

"Gue menyesal, harusnya dulu gue bareng Rina aja nggak bareng lo yang sifatnya mirip ular, lo gila, lo terlalu obsesi sama gue, dan lo cewek yang nggak tahu malu, lo--"

"STOP AL!!"

"Harusnya lo sadar diri Al, harusnya lo sadar dan bisa bedain mana yang benar-benar sayang dan cinta sama lo, dan mana yang cuman obsesi sama lo--"

"Gue udah bedain, dan lo itu cuman obsesi sama gue--" sela Altarel.

"LO SALAH BESAR ALTAREL!!"

"KALAU GUE CUMAN OBSESI SAMA LO, NGGAK MUNGKIN GUE MASIH NGEJAR LO SAMPAI SEKARANG, SAMPAI GUE RELA HARGA DIRI GUE SEBAGAI PEREMPUAN ITU TURUN!"

"DAN LO TAHU KARENA SIAPA!? ITU KARENA LO AL, GUE CINTA SAMA LO TAPI LO BILANG GUE CUMAN OBSESI!!?"

"Gue kecewa sama lo Al, tapi gue masih bisa maafin lo." katanya dengan suaranya yang lirih. Maudy menatap Altarel sedih.

Maudy benar-benar kecewa pada dirinya sendiri karena mencintai orang yang salah. Gadis itu sangat sakit mendengar perkataan Altarel barusan, dia tidak terima.

"Gue pengen benci lo tapi gue nggak bisa, karena dari kecil gue udah benar-benar cinta dan sayang sama lo,"

"Se nggak sukanya gue sama Rina, tapi gue nggak bakal pernah ada niat buat ngebuat Rina jadi kek gini Al,"

"Kita sesama perempuan dan gue nggak bakal pernah nyakitin orang yang sejenis sama gue karena gue tahu perasaannya gimana, apalagi dia sepupu gue."

Altarel bungkam, dia tidak tahu harus berkata apa sekarang, jujur saja dia sangat kaget dengan perkataan Maudy yang sekarang menggunakan kata lo-gue. Dan juga perkataan Maudy yang katanya kecewa padanya membuatnya hatinya sedikit sakit tapi egonya lebih kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONDAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang