10 : Gak jadi move on

10 4 0
                                    

Setelah bel istirahat berbunyi, Maudy dan Rifa menuju kantin. Di kelas tadi mereka sempat bingung karena Maudy tiba-tiba menjadi murid yang kalem dan tidak menggatal sana sini jika pelajaran sedang di mulai.

Mereka berdua duduk di bangku seperti biasanya.

Rifa menatap Maudy bingung karena Maudy tidak biasanya menghiraukan Altarel yang sedang duduk bersama teman-temannya,namun kali ini tidak ada Rina, entah pergi kemana gadis itu.

"Gak samperin?" tanyanya.

Maudy menggeleng, dia tetap fokus memakan nasi gorengnya. Tidak peduli dengan Altarel yang melarangnya memakan nasi goreng karena memang dia alergi  nasi goreng, Maudy bodo amat palingan dia akan sakit perut saja.

Altarel yang melihat Maudy memakan nasi goreng itu mengepalkan tangannya. Maudy betul-betul memiliki perubahan.

"Kece banget anjir,"

"Maudy sekarang dingin banget yah,tapi gue suka."ucap Yoga heboh.

"Ohiyah Rel gue mau jujur sama lo,"ujar Chandra tiba-tiba hingga mengheningkan suasana di antara mereka.

Altarel bergumam dan Chandra pun mulai berbicara.

"Sebenarnya kemarin-kemarinnya itu, bukan Maudy yang nge-bully Rina tapi gengnya si ular,"

"Dan juga, bukan Maudy yang nyiram Rina pakai kuah bakso t-tapi gue,"

"Tapi serius gue gak sengaja."kata Chandra takut menatap Altarel.

Altarel menatap Chandra serius. Berarti dia sudah salah sangka terhadap Maudy, tapi dia harus apa sekarang jika semuanya sudah terjadi.

Chandra, Dika, dan Yoga kini tengah menunggu reaksi dari Altarel.

"Oh." balas Altarel singkat lalu kembali meminum jus yang baru di pesan Yoga.

Mereka bertiga tidak dapat berekspresi. Hanya 'Oh?' ckck Altarel memang benar-benar tidak peduli lagi dengan Maudy.

"Kalau menurut gue sih yah, mending lo bareng Maudy aja deh. Dia gak polos-polos amat kek Rina, gak suka nyuruh-nyuruh kek Rina." ungkap Dika mendapatkan tatapan maut dari Altarel.

"Ulangi lagi." kata Altarel dengan ucapannya yang sedikit menekan.

"Y-ya gitu, pokoknya bareng Maudy aja deh kita ngedukung lo kok." ucap Dika di angguki Chandra dan Yoga.

Selama beberapa bulan ini mereka sangat tersiksa karena selama Rina bersama Altarel dia seenaknya selalu memerintah mereka dan ketika tidak ada Altarel dia tidak berani memerintah mereka.

Rina tiba-tiba datang sambil menunduk dan langsung duduk di samping Altarel.

"Kok kamu gak ajak aku?" tanya Rina.

"Maaf aku sedikit sibuk hari-hari ini."

Rina menganggukkan kepalanya mengeti. Matanya mengelilingi seisi kantin untuk melihat keberadaan Maudy, dia takut saja Maudy akan melihat dia bersama Altarel dan teman-temannya.

"Can, pesenin Rina kek biasa."titah Altarel.

Chandra dengan berat hati berdiri dari tempat duduknya untuk memesankan Rina bakso kesukaannya.

"Sekalian es teh ya."tambah Rina.

"Bangsat." umpatnya dalam hati. Mana berani dia mengumpati Rina di depan Altarel.

Maudy menatap Rina dengan ekor matanya yang tajam itu. Rina yang melihat Maudy menatapnya tajam pun hanya bisa tertunduk.

"Kamu nggak kepanasan kan Dy?" tanya Ardi tiba-tiba.

Maudy terkekeh pelan mendengar ucapan Ardi barusan. Dulu hatinya memang sering kepanasan melihat kedekatan Altarel dengan Rina, namun sekarang, hatinya sudah sedikit merendam tidak biasanya.

Maudy harus ingat tujuan utamanya bersekolah di SMA ini yaitu mengajar impiannya yang sudah ia mimpikan sejak dia berumur 6 tahun.

Sekarang ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menjadi angsa putih dalam tarian balet.

"Nggak usah bahas Altarel lagi Ar, lo harus ingat kalau sekarang Maudy tuh udah move on dari dia." ketus Rifa.

"Serius?"

"Gue kek belum yakin,kalau Maudy benar-benar move on secepat itu....."

Maudy menatap kedua temannya, mengisyaratkan mereka untuk diam. Rifa dan Ardi mengangguk mengerti,

"Bantuin gue dekat sama Rafka, cowok yang sering deketin gue beberapa hari yang lalu."

Rifa terbatuk-batuk karena menelan ludahnya sendiri. Gadis itu menatap Maudy dengan mata malasnya.

"Kebalik Dy, malah lo yang sering deketin dia. Lo nggak tau kalau si Rafka itu udah punya cewek, dan lo tau nggak siapa ceweknya?"

"Siapa emang?"

"Siska, Dy cewek terpopuler karena sifatnya yang gatel,"

"SISKA!?" Ardi ikut kaget mendengarnya.

"Kenapa kalian manggil gue sekencang itu?" tanya Siska muncul dihadapan mereka dengan Rafka di sampingnya.

Maudy menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat. Astaga kenapa Rafka bisa berpacaran dengan gadis centil di hadapannya ini.

"Kok bisa?" tanya Maudy sambil berbisik pada Rifa yang santai memakan baksonya.

"Di paksa." Maudy membulatkan mulutnya tanda mengerti.

"Nggak ada Sis, lo salah dengar kali." ujar Ardi.

Siska tidak membalas ucapan Ardi, gadis itu menarik paksa tangan Rafka untuk duduk di bangku yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

"Nggak jadi move on deh." kata Maudy santai membuat Rifa mengumpati gadis itu.

Ardi hanya bisa tersenyum paksa dengan sifat Maudy yang seperti bunglon selalu berubah-ubah.

MONDAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang