08 : Kesempatan terakhir

17 6 9
                                    

Pagi ini Maudy berangkat ke sekolah sedikit terlambat karena semalaman dia mengerjakan tugas matematika yang di berikan Altarel untuknya.

Kata Altarel,itu termasuk ujian untuk menjadi pacarnya. Dan Maudy pun sangat senang, dia mengerjakan tugas matematika nya dari jam 9 malam hingga 3 pagi.

Tahu lah otak Maudy sangat lambat untuk pelajaran itu, menyebut judul mata pelajaran matematika saja sudah membuat kepalanya pening.

"Ke sini kamu!!" titah seorang guru bk, menyuruh Maudy yang baru tiba di pintu gerbang.

Maudy pun dengan napas yang terengah-engah menghampiri guru bk.

"Bersihkan ruang les musik, tata semua kursi dengan rapi, karena sebentar siang akan ada pelatihan khusus dan hanya murid terpilih yang bisa ikut......"ucapan guru bk itu seperti menyinggung Maudy.

Maudy mengangguk mengerti lalu guru bk pun berlalu pergi.

"Maudy," panggil guru bk itu kembali berbalik.

"Iya bu?"

"Pikirkan kembali keputusan kamu....ini adalah kesempatan terakhirmu untuk mendapatkan nilai dan prestasi les musik yang lebih memuaskan," jelas sang guru bk.

"Kapan lagi kamu dapatkan itu? Hanya di SMA kamu bisa mendapatkan itu semua, di kuliah pun saya belum yakin."

"Karena semua murid di sekolah ini bahkan di sekolah lain pun juga tau,kalau kamu adalah murid saya di les musik yang sangat terkenal akan keahliannya."

Maudy menundukkan kepalanya. Ini memang kesempatan terakhirnya, namun dia bisa apa, dia lebih memilih berhenti atas permintaan Altarel.

Namun dia masih bimbang untuk meninggalkan les musik nya.

Maudy betul-betul di penuhi obsesi tingkat tinggi terhadap Altarel. Apa istimewanya dia? Apa keuntungannya Maudy menyukai Altarel? taulah author juga bingung.

"Nanti saya pikirkan ulang, bu."

"Ya, jangan terlalu berpikir ulang, karena pertandingannya 2 Minggu lagi, harapan saya, semoga kamu bisa ikut dan kembali membanggakan sekolah kita."

"Silahkan ke ruang musik untuk menjalankan hukuman mu."

"Saya permisi." pamitnya lalu menuju ruang les musik.

Setelah sampai,dia pun mengerjakan hukumannya. Di tengah-tengah mengerjakan hukumannya, dia tiba-tiba saja terduduk di lantai karena kepalanya terasa pusing hingga mengeluarkan dara dari hidungnya.

Maudy menyeka darah yang keluar dari hidungnya dengan baju putihnya,lalu dia kembali menyusun kursi-kursi dengan rapi. Hingga semuanya telah selesai, dia pun keluar dari ruangan itu.

"Rina." panggil Maudy menghampiri Rina yang sedang berjalan sendirian ke arah perpustakaan.

Rina berbalik badan melihat siapa yang memanggilnya.

"K-kenapa Dy?"

"Gue mau bicara penting sama lo." ucap Maudy serius, dia membawa Rina ke taman.

"Kenapa lo deketin Altarel?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Maudy membuatnya tidak bisa berkata-kata. Dia saja bingung kenapa dia bisa dekat dengan Altarel.

"Aku nggak tau," jawabnya singkat lalu menunduk.

"Apa karena lo cemburu karena dulu pas SMP kelas 2, pertama kali lo pindah,lo iri sama gue karena gue bisa jadi primadona di sekolah dan bisa dekat sama Altarel,cowok populer juga di sekolah,kan?"kata Maudy.

Rina menggelengkan kepalanya.

"Sadar gak sih? Gue sama Altarel dari kecil selalu sama-sama Rin, tapi karena adanya lo di tengah-tengah persahabatan gue sama Altarel itu merenggang,"

"Layaknya piring pecah yang gak bisa di satuin lagi." Sedikit demi sedikit air mata Maudy pun keluar.

"Dan bahkan sekarang gue itu seperti minyak dan dia air.......gak bakal pernah bisa bersatu...."

"Bisa gak lo jauhin Altarel?" Rina kembali menggelengkan kepalanya.

"Terus mau lo apa,Rin?"

"Lo mau apa biar gue turutin!? Gue capek Rin harus ngejar-ngejar Altarel mulu dari smp sampai sekarang gue masih aja ngejar-ngejar dia. Gue capek nerima bentakan dan cacian dari dia,"

"Gue juga manusia Rin bukan anjing yang selalu ngejar-ngejar. Harusnya lo sadar kalau kehadiran lo di dunia Altarel itu ngebuat dia selalu ngelanggar orangtuanya."

"Gue cuman pengen hubungan persahabatan gue sama Altarel itu kembali baik...... T-tapi kenapa susah banget sih buat lo ngejauhi Altarel."

"Aku gabisa jauh dari Al-"

"Karena lo itu murahan! Seakan di dunia ini gaada cowok selain Altarel! Gaada cowok sebaik Altarel," Maudy memotong ucapan Rina.

"Gue tau Rin,gue tau kalau lo sebenarnya gak punya penyakit apapun,bahkan pegal-pegal sedikit pun nggak, gue tau keluarga lo itu orang berada, lo anak ke empat dan terkahir yang paling di sayang."ucap Maudy memelankan suaranya dan hanya Rina yang bisa mendengarnya.

"Bicara sama lo sama aja bicara sama tembok." ketusnya lalu meninggalkan Rina.

Setelah Maudy pergi, Rafka yang tidak sengaja melihat mereka berdua pun juga ikut mengikuti kemana mereka akan pergi.

Tadinya dia akan ke perpustakaan untuk tidur tapi tidak sengaja melihat mereka dan karena dia juga sedang gabut dia dengan sengaja mereka percakapan mereka,namun percakapan terakhir dia tidak bisa mendengarnya.

"Ternyata dia bisa nangis juga." gumam Rafka dan kembali ke tujuan pertamanya.

Maudy berjalan menuju kelasnya, dia melewati Altarel begitu saja, Altarel pun bingung, tidak biasanya.

"Tugas dari gue udah selesai?" tanya Altarel.

Maudy berhenti berjalan tanpa melihat ke belakang.

"Ga tau"jawab Maudy singkat lalu kembali berjalan.

Memang, setelah berpikir berjam-jam, Maudy tidak bisa berpikir lagi dan membuang soal matematika itu. Tidak peduli lagi dengan Altarel yang akan berkata apa.

Tanpa berkata kepada Altarel pun Maudy sudah tau pasti Altarel akan memakainya dan akan meninggalkannya dengan perasaan kesal.

Altarel menatap Maudy yang sudah jauh dari pandangannya dengan tatapan kagetnya. Apa Maudy sudah berhenti mengerjainya? Dia juga kaget dengan baju putih Maudy yang terdapat bercak merah, seperti darah.

___________________

Jangan ngehujat Rina🥹 kita gak tau alasan Rina selalu ngedeketin Altarel.

See you yaa.....kali ini aku mau double up karena aku lagi semangat buat nulis karena barusan aja kemarin aku sembuh 🤗

Up nya nanti di lihat deh, soalnya tergantung mood aku sih😺

Jangan lupa untuk vote dan komennya di setiap part! Wajib komen apa aja asal gk pedes² kek omongan tetangga!!

MONDAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang