Kringggg.........
Jam istirahat pertama berbunyi nyaring, Maudy segera membereskan buku-bukunya ke dalam laci mejanya.
"Kantin gak?" tanya Rifa menghampiri Maudy yang masih terdiam di tempat duduknya setelah mengemasi bukunya.
Maudy menggeleng pelan, dia saat ini memang sangat lapar karena dari kemarin malam dia tidak makan apapun. Dan jika dia ke kantin pasti dia akan melihat Altarel dan Rina lagi.
Gadis itu menghela napasnya kasar lalu menutupi mukanya menggunakan tangannya. Rifa yang mengerti dengan keadaan temannya ini hanya diam dan mengusap bahu gadis itu pelan.
"Gue capek Fa....." lirih gadis itu menahan tangisannya.
"Gue ke kantin dulu mau beliin lo makan," ucap Rifa malas mendengarkan curhatan Maudy yang pasti akan membahas Altarel sialan itu.
Maudy mencegah tangan Rifa untuk tidak pergi. "Kali ini bukan tentang dia." katanya membuat Rifa bingung tidak biasanya gadis itu tidak menyebut nama Altarel.
"Gue mau masuk les biola lagi Fa....tapi gue malu--"
"Yaudah bagus dong kalau gitu, lagian ngapain malu?"
"Ya, malu aja gitu kan gue udah beberapa bulan ini nggak ke ruangan itu lagi." ucapnya sambil menunduk.
Belum sempat Rifa berbicara tiba-tiba Altarel datang dengan membuka pintu kelas dengan kuat.
"Kerjain tugas fisika gue, kalau udah kasih buku itu ke Yoga," ujar Altarel membawahkan buku tugas fisikanya lalu buru-buru keluar dari kelas Maudy.
"Eh, Al kamu emang mau kemana?" tanya Maudy menahan tangan Altarel.
Altarel berdecak kesal lalu menatap tajam Maudy. "Gara-gara lo Rina sakit, jadi sebagai gantinya lo harus ngerjain tugas gue!" tekannya meninggalkan Maudy.
Maudy terdiam di depan kelasnya sambil menatap punggung cowok itu yang mulai tak terlihat dari pandangannya.
"Fa, gue--"
"Udahlah Dy, gue capek! capek banget dengar suara lo nangis gara-gara cowok bajingan itu!!" kesal Rifa berbicara nyaring, untungnya hanya ada mereka berdua di kelas.
Maudy memanyunkan bibirnya sebal lalu matanya tidak sengaja melihat Ardi yang akan memasuki kelasnya.
"ARDI!"
Ardi refleks memukul Key yang kebetulan ada di sampingnya lalu meminta maaf.
"Anjing lo!!"
"Maaf Key tapi gue manusia," sela Ardi menyalim tangan Key untuk meminta maaf lalu menghampiri Maudy yang tadi memanggilnya.
"Kenapa Dy?" tanyanya dengan lembut selembut pantat kucing.
"Nggak ada Ar nggak jadi." ucap Maudy lalu memasuki kelasnya.
Ardi menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu mengikuti Maudy masuk ke dalam kelasnya. Menatap sekilas Rifa yang juga sedang menatapnya.
"Biasalah anak anjing itu lagi," ketus Rifa kesal setengah mati setengah darah.
Ardi ikut menghela napasnya kesal lalu merangkul bahu Maudy yang mukanya tampak kusut dan tidak bertenaga.
"Kantin nggk? Ntar aku yang traktir kamu." tawar Ardi menatap Maudy yang sepertinya sedang berpikir.
Lalu gadis itu mengangguk pelan, dia yakin pasti Altarel tidak ada di kantin.
"Tapi tugas Al--"
"Ck nggak usah di isi Dy, buang-buang waktu lo!" ketus Rifa lalu menjauhi Ardi dari Maudy lalu menggenggam tangan Maudy keluar dari kelas menuju kantin.
"Tunggu gue--"
"Lo bukan raja yang harus di tungguin!" ucap Rifa membuat Ardi kesal, sebelum cowok itu mengikuti mereka, dia lebih dulu menyimpan buku Maudy ke dalam laci dan menguncinya.
"Kenapa balik lagi?" herannya karena Maudy kembali ke kelas dengan Rifa yang berdecak kesal di belakang.
"Kalian aja yang ke kantin, gue mau kerjain tugas dulu--'
"No!! Nggak boleh, ini jam istirahat Maudy jadi ayok kita ke kantin nanti kamu kerja tugas sebentar aja kalau udah masuk,"
"Nggak Ar, nggak apa-apa sumpah, kalian duluan aja,"
"Nggak ada perubahan ponalakan!!" tekan Ardi lalu menggenggam tangan Maudy keluar dari kelas.
"Nah gitu kek, gue like!" bangga Rifa sembari tersenyum karena Ardi sedikit keras pada Maudy yang kini hanya bisa menurut.
Sampainya mereka di kantin, Ardi lalu ke stand makanan untuk memesan makanan untuk mereka bertiga.
"Nggak ada Altarel Dy, buka mata lo!" decak Rifa karena gadis itu terus menutup matanya selama mereka menuju ke kantin.
"Beneran?"
"Iya anj!!"
Maudy membuka pelan matanya dan melihat seluruh penjuru kantin dan benar, dia tidak melihat sosok Altarel di kantin. Pasti Altarel sekarang tengah menemani Rina yang katanya sedang sakit.
"Nyariin Altarel?" tanya Rafka tiba-tiba duduk di bangku teman Maudy dan Rifa duduk.
"Nggak tuh, kenapa?" tanya balik Maudy bingung tapi dalam hatinya dia sangat ingin menemui Altarel.
"Dia di kelas lagi bobo cantik," ucap Rafka memakan baksonya dengan khidmat tanpa menghiraukan tatapan bingung dari kedua gadis di depannya.
"Bukannya dia lagi sama Rina?"
Rafka mengedihkan bahunya acuh. "Tadi Rina emang datang ke kelas dan ngajak Altarel belajar bareng tapi Altarel nolak dan bentak Rina sampai Rina nangis terus pergi deh." jelasnya panjang lebar.
Maudy semakin dibuat bingung dengan ucapan Rafka barusan dan sedikit tidak yakin begitupun juga dengan Rifa.
"Altarel sembunyiin sesuatu sama lo cil," ucap Rifa menatap Maudy yang hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.
"Gue nggak percaya sama omongan lo!" elaknya.
"Terserah lo mau percaya gue apa nggak, lagian kalaupun yang gue bicarain itu benar, lo senang kan?"
"Gue senang tapi sedih juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
MONDAY
Teen FictionMONDAY By : @fluttershyz_ Maudy Azzahra, seorang gadis naif, seringkali mengesampingkan kepentingan dirinya sendiri, gadis yang mempunyai kemauan keras dan tidak merasa puas sebelum keinginannya itu tercapai. Bilang saja Maudy adalah gadis yang tida...