0.9

9 1 0
                                    

Majalengka, 31 Januari 2023

"Awas ada Saka...!"

"Prikitieww..."

Saka melambai-lambaikan tangannya pada setiap cewek yang kebetulan lewat di hadapannya itu, senyuman lebarnya ia tampilkan, berharap ada mahasiswi yang terpesona pada ketampanannya.

Sedangkan Glendy lebih memilih untuk duduk santai di bangku pojok kantin, dengan sebatang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan tengahnya.

"Ngantin di Fakultas Akuntan ini emang gak pernah mengecewakan, ceweknya cakep-cakep ya."

Gunawan bersiul senang, matanya berkedip genit pada cewek-cewek cantik yang berjalan lenggak-lenggok di hadapannya itu. Selain Saka, Gunawan atau biasa di sapa Wawan pun, turut ikut menjadi buayanya fakultas Agriteknilogi.

Mungkin di antara mereka bertiga, yang paling kalem dan setia dengan satu cewek cuma Glendy seorang.

"Duh.... Gadis nambah bahenol aja. Namanya Gadis tapi udah gak gadis, ck.... Sayang banget..."

Wawan menggelengkan kepalanya prihatin, cewek yang bernama Gadis pun hanya membuang muka acuh dan kembali melanjutkan jalannya keluar kantin. Terlalu malas untuk meladeni si playboy cap kaki kadal, Wawan.

Saka terkekeh pelan, menyisir rambut hitam legamnya ke belakang. Matanya menyipit dan senyumannya terlihat lebar, membuat sebagian mahasiswi yang baru masuk semester satu di sana terpesona, bahkan ada yang sampai mukanya memerah karena saking terpesonanya dengan ketampanan seorang Gibran Saka.

"Wesh... Perempuanku.. kau lah cintaku...."

Raisa mendengus kesal, berjalan menghampiri Saka dan duduk tepat di sebelah cowok sengklek itu.

"Loh? Berangkat sama siapa? Ko sampe ke kantin Akuntan si?"

Raisa menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja.

Hari yang sangat membosankan untuknya. Laporan hasil KKN nya kemarin sudah ia serahkan pada Pak Seto selaku Dosen pembimbing atau pengawas ketika KKN bulan lalu.

Saka mengusap-usap kepala Raisa pelan, tersenyum kecil melihat pujaan hatinya mengeluh kecil seperti itu padanya. Hanya padanya. Pada Gibran Saka seorang.

"Mau pulang? Gue anter ya."

"Gue mau balik sama Andika, sekalian mau ke toko kue di perempatan lampu merah Cigasong ."

Saka menghela napas pelan, kedua matanya melirik pada Glendy yang kini masih sibuk dengan ponselnya, lalu beralih ke Wawan yang masih gencar menggoda cewek-cewek yang lewat.

"Mau kue apa? Gue buatin aja ya, biasanya juga minta di buatin sama gue."

Raisa menggeleng, menegakkan tubuhnya kembali. "Mau beli brownies atau kue lapis buat Neneknya Andika, rencananya gue mau ke rumah Andika buat sekedar silaturahmi."

"Kalo ada apa-apa langsung telepon gue ya, apa pun yang nantinya mereka katakan jangan masukin ke hati, anggap angin lalu."

"I know, makasih banget lo udah sepeduli ini sama gue, Ka."

"Gue sayang elo, Sa. Apa pun yang buat lo patah, siapa pun yang buat lo sedih, dia akan berurusan sama gue."

Raisa terkekeh pelan. Saka dan si mulut manisnya itu bersinkronasi dengan baik, membuat siapa pun akan merasa tersipu, merasa paling di perhatikan oleh cowok ganteng se-Fakultas Agriteknologi itu.

Dan hal yang paling di benci oleh Raisa adalah, ketika Saka bilang. "Sini, Sa. Lo butuh gue buat keluarin keluh kan, lo butuh dada gue buat nyembunyiin muka jelek lo pas nangis, lo butuh badan gue buat lo peluk erat-erat. Sini, Sa. Gue ada di sini, di belakang elo."

Sudut Pandang (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang