Chapter 3. First meeting

757 127 64
                                    


Happy reading....

.


.


.


.

"Sana!" Panggil Momo yang sudah kembali menghampiri meja kerja Sana.

Sana mengangkat wajahnya menatap si gadis berponi. "Ya?"

"Apanya yang iya? Ayo kita makan siang, dasar kau si gila kerja." Cibir Momo, Sana melirik jam yang terpasang di dinding. Sedikit terkejut karena memang sekarang sudah waktunya jam istirahat makan siang.

Setelah keluar dari ruangan Tzuyu dengan perasaan hancur, Sana kembali ke mejanya. Beberapa laporan yang seharusnya kemarin sudah dia kerjakan harus menumpuk karena kepulangannya yang mendadak tempo hari.

Sana adalah karyawan rajin dan berkompeten, sehingga dengan tanggung jawab itu dia menyelesaikan semua pekerjaannya. Sampai tidak sadar bila sekarang adalah waktunya makan siang.

"Ayo Sana, tangyusuk di kantin kantor adalah yang terbaik. Ayo cepat, jangan sampai kita kehabisan." Ajak Momo kembali, gadis ini meraih tangan Sana untuk diajak bergegas pergi.

"Yayaya baiklah Momo, jangan seheboh ini astaga.. " Sana hanya pasrah di tarik tarik oleh rekan kerjanya itu.

Keduanya duduk di salah satu meja yang kosong. Makan siang kali ini di isi dengan celotehan panjang lebar yang Momo bisa katakan. Menurutnya sebagai seorang senior, maka dia harus memberitahu semua hal hal menarik di kantor ini kepada Sana, seperti sedang berbagi ilmu menurutnya.

"Benarkah?" Sana merespons perkataan rekannya dengan jawaban biasa. Sedangkan Momo menangguk antusias.

"Tentu saja! Mana pernah aku berbohong!" Serunya penuh semangat.

Sana mengulumkan senyumnya ikut mengangguk paham.

"Dan kau tau, Shin-a dari bagian keuangan juga berkencan diam diam dengan manajer Lee. Wahh hebat bukan? Istri manajer Lee bahkan tengah hamil besar sekarang. Semua orang di kantor sudah tahu itu, tapi kami semua diam. Ahhh malangnya wanita itu."

Nasi menjunjung tinggi kembali masuk ke dalam mulut Momo, dia menghela nafasnya panjang seoklah lelah sekali setelah bercerita panjang lebar.

Namun tiba tiba Momo mencondongkan tubuhnya mendekat, juga melambaikan tangannya meminta Sana untuk ikut mendekat padanya. Sana melakukan apa yang di minta oleh Momo.

"Ini soal Presdir..." Bisik Momo, badan Sana menegang sempurna. Entah mengapa dirinya menjadi amat gugup sekarang.

"Ke-kenapa dengan tuan Chou?"

"Ya seperti yang kau tahu, bukankah Presdir sangan tampan, baik, kaya raya, dan punya segalanya?" Sana mengangguk membenarkan perkataan Momo, kecuali satu. Saat Momo mengatakan bila Tzuyu itu baik, dimata Sana pria itu tidaklah baik, bahkan jauh dari definisi kata baik.

"Dengan semua kesempurnaan itu bukankah sangat aneh ya kalau sampai sekarang Presdir tidak punya kekasih?" Lanjut Momo.

Sana meremas sendok makannya, "tidak punya?"

"Hm!" Momo mengangguk cepat. "Yang mencoba mendekati Presdir memang banyak, dari mulai model, pebisnis, artis, bahkan anak konglomerat. Tapi kulihat mereka hanya jalan biasa, eumm lebih tepatnya one night saja, karena pasti mereka hanya akan terlihat bersama sekali saja. Besoknya Presdir sudah berganti wanita lain. Tidak ada yang terlihat serius."

Sana menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, dia meletakkan sendok dan garpunya begitu saja. Bergonta ganti wanita? Cihh mungkinkah Tzuyu berniat menjadikannya salah satu koleksi dari sekian banyak wanita wanita tersebut? Sepertinya iya, Sana menjadi benci kepada dirinya sendiri yang kembali tersentuh oleh nafsu pria iblis itu.

OBSESSION - satzu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang