Chapter 19. Honesty

974 136 132
                                    

Kalo ada yang typo bantu komen dong, biar bisa di perbaiki. Kan nanti bacanya bisa lebih enak, ye gak..

Pada vote dong guys.

Happy reading...

.

.

.

Hari mulai gelap, Sana akhirnya memutuskan untuk kembali ke tempat tinggalnya sejak kejadian tadi siang. Sana memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya karena tahu restoran itu milik bibinya Chaeyoung. Dia tidak mau bekerja dengan di beri kemudahan atau keistimewaan. Meski dengan begini dialah yang juga akan susah karena harus mencari pekerjaan lain.

Setelah tadi siang dari restoran, Sana menghabiskan waktu untuk menenangkan diri dulu di taman. Mencoba meluruskan kembali pikiran pikirannya yang bercabang yang memang seharusnya tak perlu ia pikirkan.

Sekarang dia sudah sampai didepan kediaman nyonya Seojin, wanita itu menarik nafasnya begitu dalam begitu melihat mobil yang dikenalinya. Sana harus menghindari pemilik mobil ini.

Niat awalnya kemari adalah untuk menjalani hidup yang baru tanpa ada masa lalu yang mengikatnya. Namun sekarang dia malah dipertemukan dengan salah satu bagian masa lalunya, bahkan parahnya sekarang orang itu semakin membuat Sana tak nyaman.

"Eh Sana, kau baru pulang.." Langkah Sana berhenti, dia menoleh kearah nyonya Seojin sembari memberikan senyuman.

Tadi niatnya dia akan langsung masuk ke dalam kamar sewanya, tetapi rupanya malah mereka semua berada di halaman samping rumahnya sehingga saat Sana masuk gerbang bisa mereka lihat.

"Sana, kau belum makan kan? Ganti bajulah dulu, lalu kemarilah kita makan bersama. Nak Chaeyoung membawa banyak daging, ayo kita panggang bersama-sama." Ucap nyonya Seojin lagi.

Sana terdiam, dia melirik Chaeyoug dimana pria itu memberikan cengirannya sambil melambai-lambaikan tangan dengan heboh.

"Bibi dan Paman saja, aku sudah makan malam di luar. Aku ke kamar dulu, permisi semua." balas Sana lalu kembali melanjutkan pergi ke kamar.

Nyonya Seojin masih mau berucap tapi melihat Sana sepertinya tidak ada reaksi positif dari wanita itu membuat nyonya Seojin mengurungkan niatnya.

"Ck."

Tatapan tajam langsung nyonya Seojin lemparkan kepada pria yang barusan berdecak pelan. "Kau benar-benar temannya Sana kan?" selidiknya kepada Chaeyoung.

"Eh? Kenapa Bibi tiba-tiba bertanya seperti itu?" Chaeyoung balik bertanya.

"Lalu kenapa Sana selalu terlihat kesal sekali kepadamu?"

Chaeyoung menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "eumm itu mungkin karena kejadian tadi siang."

"Tadi siang apa? Apa yang sudah kau lakukan pada Sana?" Nyonya Seojin tiba tiba berubah menjadi sosok pelindung bagi Sana. Bersikap tegas seolah ibu dari wanita itu saat ada pria yang coba mendekatinya.

Chaeyoung meringis memejamkan satu matanya. "Ja-jadi begini Bi.."

Chaeyoung menceritakan semua yang sudah terjadi. Dari mulai Sana yang ternyata bekerja di restoran milik bibinya sampai Chaeyoung yang meminta agar Sana di perlakukan istimewa juga dikatakannya. Dan yang paling penting ialah Sana yang marah setelah tahu semua itu serta memutuskan untuk berhenti bekerja juga.

"Jadi begitu Bi. Bukankah aku tidak salah, yang kulakukan itu benar kan? Iya kan Bi, Paman?" Chaeyoung mencari pembenaran.

Nyonya Seojin mengangguk paham dengan semua cerita dari Chaeyoung, dia menggigit kuku jarinya khawatir dengan kondisi Sana sekarang.

OBSESSION - satzu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang