05

31 12 1
                                    

"Ha-halo?"

"Gimana jadinya? Aku telpon kamu itu cuma mau butuh kepastian. Kalo misal kamu udah gak mau sama aku, ya udah. Aku mau hapus semua tentang kamu dan blok nomermu, biar aku bisa ngelupain kamu dulu...."

Ziah kaget bukan main saat mendengar pertanyaan yang Haje layangkan. Krish menggertakkan giginya. Ia ingin merebut ponsel Ziah, namun Ziah mencegahnya dengan menempelkan telunjuk kanannya pada bibirnya. Krish mendengus kasar. Han yang berada tepat di samping ponsel Ziah hanya memberikan kode pada Krish untuk diam dan bersabar. Karena ia tahu, ini saatnya kakak perempuannya itu untuk mengakhiri semua penderitaan hatinya.

"Je, udah aku bilang berulang kali sama kamu. Aku minta maaf. Aku janji sama kamu aku gak akan ulangi itu lagi asal kamu gak larang aku buat ngembangin bakat aku!" ucap Ziah sembari menangis.

Krish terlihat mengepalkan tangannya namun Felix mengelus bisepnya lembut untuk menenangkan kakak sepupunya yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri itu. Reyhan memang kakak sepupu Felix namun Han hanya lahir lebih cepat sehari dibanding Felix dan itu di tahun yang sama. Lebih tepatnya hanya beda 5 menit saja karena Han lahir pada pukul 23.58, sedangkan Felix lahir pukul 00.03. Sehingga Felix sudah terbiasa memanggil Han tanpa sebutan Abang dan Han juga tak mau dipanggil dengan sebutan itu.

"Tetep gak, Ziah. Aku gak habis pikir ya sama kamu. Itu temen kamu dari 2017? 2017 itu beberapa tahun yang lalu loh. Aku gak nyangka. Sampe bisa gak ketauan lama kek gini. Ternyata cape ya jadi orang baik. Yang gapernah curiga atau nuduh ke kamu, tiba-tiba kamu sering chat sama dia? Aku kecewa sama kamu, Zi!" ucap Haje di seberang sana. Han yang masih dapat mendengar apapun yang dikatakan Haje hanya terdiam. Ia menatap mata Felix dengan sendu, membuat lelaki berwajah blasteran itu menatap bingung sepupunya.

"Kenapa?" tanya Felix tanpa suara pada Han. Han menggeleng pelan dengan raut wajah sedih.

"Sekarang aku pengen nanya sama kamu, mau kamu apa sekarang? Mau kita udahan dan bertahan sama dunia halumu itu atau kita lanjut tapi kamu keluar dari sana?!" tanya Hyunjin dengan nada dingin. Ziah makin terisak.

"Ya Tuhan, Haje. Aku udah bilang sama kamu, aku bakal keluar dari semua GC dan gak akan chat sama fanboy lagi tapi aku mohon tetep bolehin aku buat nulis fanficku!" ucap Ziah dengan isakannya. Krishna mengelus lengan adiknya itu dengan prihatin. Han menoleh pada Krish dan menempelkan jari telunjuk kanannya itu pada bibirnya. Krish mengangguk.

"Apa buktinya kamu udah keluar dari semua GC?" tanya Haje.

"Apa aku harus SS semuanya terus kirim ke kamu, Je?!" Ziah berbalik tanya. Haje terdengar menghela napasnya kasar.

"Tapi kamu pernah ngomong kaya gitu beberapa bulan lalu, Zi. Nyatanya? Kamu masih dan masih belum berubah!" ucap Hyunjin dengan nada sengit. Han tersentak saat mendengar percakapan Haje pada noonanya itu. Ia tak habis pikir seorang Haris Jenindra yang baik dan lembut padanya itu sekejam itu pada kakak perempuannya. Ia bisa merasakan ketakutan Ziah karena ia punya kesehatan mental yang sama.

"Kan aku udah bilang, aku janji aku bakal berubah. Aku gak masuk GC lagi karena aku kenal mereka dari GC. Sekarang aku cuma chat sama temen Fangirl ku doang gak lebih, Je!" ucap Ziah tak kalah sengit. Terdengar kekehan remeh dari Haje di seberang sana.

"Alah, paling beberapa bulan lagi masuk GC lagi, terus ketemu lagi sama fanboy lain, chat lagi. Gitu aja terus!"

"Ngga, Haris. Ngga!"

"Ngga ya? Nanti kenalnya di PC temen Fangirl mu paling juga. Iya kan, Zi?!" tanya Haje lagi. Ziah makin terisak. Ia menggeleng pelan. Hidungnya bahkan terlihat luka dan memerah karena ia menangis terlalu lama. Matanya bahkan benar-benar terlihat sangat sembab. Beruntung ibundanya dan ayahnya sedang dinas di luar kota. Jika tidak, mommy dan daddynya akan bertanya padanya.

Volcano • Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang