21

14 7 0
                                    

Esoknya, Ziah sudah berada di lobi fakultasnya lagi. Masih sangat pagi, tapi karena ia sudah mendapatkan informasi oleh dosen kaprodinya yang bernama lengkap Cakrasena Cahyanto, tanpa berlama-lama ia langsung mendatangi ruang kepala prodi jurusannya yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Tok
Tok
Tok

Ziah sengaja mengetuk pintu terlebih dahulu agar terkesan lebih sopan. Saat ia sudah mendengar suara dosennya itu, ia bisa bernapas lega.

"Masuk!" perintah dosennya langsung. Ziah langsung membuka pintu ruang kaprodi di hadapannya itu dengan perlahan.

"Permisi pak," ucapnya pelan dan tubuhnya segera memasuki ruangan kaprodi.

"Iya, silakan masuk," titah dosennya lagi. Ziah langsung memasuki ruangan dan langsung berjalan mendekat ke arah sekat ruangan yang ada di ujung ruangan kaprodi tersebut dan mulai bertemu tatap dengan dosennya yang sudah memiliki anak dua tersebut.

"Dengan siapa?" tanya Cakra pada Ziah.

"Saya Giane Syakilla Ziah dari prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2017, pak," jawab Ziah. Cakra mengangguk paham.

"Iya, silakan duduk Gian." Cakra mempersilakan Ziah untuk duduk di kursi yang ada di hadapan mejanya. Ziah langsung duduk di kursi tersebut.

"Bagaimana? Ada yang bisa bapak bantu?" tanya Cakra. Ziah menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaan dari dosennya itu.

"Begini, pak, saya ingin membicarakan perihal pembayaran dan angket validasi untuk diserahkan kepada sekolah SMA yang dulu menjadi sekolah saya pak," jawab Ziah.

"Kalau untuk pembayaran kan formatnya sudah bapak suruh kemarin kamu buat surat itu. Sudah dibawa suratnya?" tanya Cakra. Ziah mengangguk.

"Sudah pak!" ucapnya dan segera mengambil selembar kertas yang sudah ditandatangani oleh orang tua di atas materai dan berisi tentang format surat pembayaran skripsinya yang sempat mangkrak tanpa kabar selama hampir 2 tahun.

"Baik, nanti kamu minta angket validasi ke pihak akademik yang ruangannya di depan ruangan ini ya. Bapak sudah mengirim formatnya kemarin melalui pak Joshua. Jadi nanti kamu langsung ambil saya ke bagian akademik," ucap Cakra lagi. Ziah mengangguk paham.

"Baik, pak."

"Oh iya, kamu dosen pembimbing satunya siapa, nak?" tanya Cakra lagi.

"Pak Keyson Aiden Kiza, pak," jawab Ziah.

"Dosen pembimbing duanya?" tanya Cakra lagi.

"Pak Joshua Harimurti, pak," jawab Ziah. Cakra mengangguk paham.

"Baik lah, semangat ya. Bapak harap kamu bisa ikut sidang karena batas akhir mahasiswa tahun angkatan masuk 2017 itu hanya sampai bulan Juli tahun ini saja. Bapak yakin, kamu bisa. Kalau ada kendala lagi kamu langsung ke sini saja ya, bapak akan bersedia membantu mahasiswa dan mahasiswi bapak," ucap Cakra pada Ziah. Ziah hanya terdiam di hadapan dosen ketua prodinya itu.

"Bapak tidak mau melihat anak-anak bapak ada yang tidak lulus ataupun di drop out dari kampus ini karena batas akhir sidang sudah tidak bisa diganggu gugat lagi oleh universitas. Bapak minta tolong kalau kamu ada nomer anak-anak tahun 2017 lain, kamu ceritain semuanya ya supaya mereka bisa ikut sidang juga," sambung Cakra lagi. Ziah mengangguk dan tersenyum.

"Baik, bapak," ucapnya dan segera mengemasi barang-barang miliknya itu dan bangkit dari duduknya.

"Terima kasih, pak, saya permisi dulu," ucap Ziah dan berlalu pergi dari ruangan tersebut. Setelah tubuhnya keluar dari ruangan kaprodi, ia langsung ke arah ruangan yang berada tepat di hadapan ruang kaprodi, ruang akademik Fakultas Seni dan Sastra. Tanpa berlama-lama, ia langsung bertanya pada siswi magang yang duduk di hadapan ruang akademik tersebut.

Volcano • Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang