20

16 7 0
                                    

Felix dan Ziah sudah berada di koperasi mahasiswa yang di sana juga terdapat tempat duduk agar mahasiswa bisa makan dan minum serta bersantai sejenak, mirip seperti kantin tetapi lebih lengkap karena di sana ada tempat untuk mahasiswa memfotokopi berkas yang harus difotokopi mendadak.

"Bang Haris kenapa lagi sih kak?" tanya Felix. Ziah hanya diam. Ia masih berusaha mengatur napasnya. Ia hanya menjawab pertanyaan Felix dengan memberikan ponselnya yang sudah ia buka.

Felix membaca pesan dari Haris dengan seksama. Ia mendengus kasar saat membaca pesan yang dikirim oleh Haris yang sampai membuat kakak sepupunya itu kambuh dan harus tersiksa di tempat umum seorang diri tanpa adanya apapun yang dapat menenangkannya.

"Kesel banget deh aku sama bang Haris. Kenapa sih kayanya gak pernah seneng liat kak Zi bahagia gitu. Kan K-Pop tuh metode healing ya kak Zi dari dulu. Tapi kenapa dia gak ada ngerti-ngertinya sih sama apa yang disukai kak Zi. Lagi pula ya, kak Zi kan udah mau nurut manut terus sama dia, kurangnya apa sih? Kayanya dia seneng banget deh ya liat kakak nangis dan kambuh anxietynya tuh," gerutu Felix panjang lebar. Ziah hanya terdiam. Ia merenung. Saat Felix sedang mengoceh kesal, di saat yang bersamaan ada Reyhan yang sedang fotokopi buku mata kuliah yang dipinjamkan oleh dosennya. Ia menoleh saat melihat Felix dan Ziah yang sedang duduk tak jauh dari tubuhnya berdiri.

"Loh, Lix, kak Jiji?" panggilnya saat sudah selesai memfotokopi buku mata kuliahnya. Felix dan Ziah menoleh.

"Lah? Sejak kapan kamu di sini?" tanya Felix. Reyhan nyengir.

"Baru aja kok. Ini, aku baru fotokopi buku manajemen pendidikan dari dosenku. Karena bukunya gak ada di perpustakaan ataupun di toko buku, jadi aku fotokopi aja. Soalnya seminggu lagi mau ada tes lisan," jawab Reyhan. Felix mengangguk paham sedangkan Ziah masih terdiam dan mengatur napasnya yang mulai membaik.

"Loh, kak Jiji kenapa? Lix? Kakak gua kenapa?!" tanya Reyhan meminta penjelasan sepupunya. Felix mendengus.

"Biasa, si trouble maker," jawab Felix singkat. Reyhan mengernyit.

"Bang Haje maksudnya?" tebak Reyhan. Felix menjentikkan jarinya sembari mengangguk.

"Bingo!"

"Ya Tuhan, itu cowok kenapa lagi sih? Sini, sini...." Reyhan memeluk tubuh Ziah dengan sayang. Ziah masih terdiam.

Felix memberikan ponsel Ziah pada Reyhan agar sepupunya itu bisa membaca apa yang sudah membuat kakak perempuannya itu kambuh. Reyhan membaca semua pesan yang dikirim oleh Haris hari ini pada Ziah dan ia pun merasakan yang Ziah rasakan, sesak pada dadanya. Namun tak seperti yang Ziah alami.

"Anjir gak tuh?" ucap Felix. Reyhan mengangguk.

"Ini gua yang baca aja nyesek loh, Lix. Gua tertampar banget bacanya. Lah apalagi kak Jiji? Dia tuh ya harusnya jadi support system kak Jiji karena kak Jiji lagi ngejar sidang. Ini malah jatuhin mentalnya terus berulang kali. Gak pengertian banget," pikir Reyhan. Felix mengangguk.

"Ya udah kalo gitu, kita pulang ya kak? Mau gak? Nanti aku yang nyetirin motor kakak kalo gitu, kakak sama Reyhan aja naik mobil ya," tawar Felix. Ziah menggeleng.

"Gak mau, dek. Aku mau nunggu pak Cakra, mau ngobrolin masalah pembayaran sama surat angket validasi buat penelitian," ucap Ziah akhirnya. Reyhan mengernyit.

"Loh, bukannya ada rapat dosen ya hari ini? Kelas aku aja cuma dikasih tugas yang harus dikumpulin hari ini doang tadi," pikir Felix. Reyhan mengangguk.

"Ah iya sama! Makanya aku disuruh fotokopi buku doang terus dihapalin buat Minggu depan katanya," timpal Reyhan.

"Nah, kan," sambung Felix. Ziah menghela napas pasrah.

Volcano • Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang