Chapter 8

33 1 39
                                    

"Sialan!"

Avner berseru kesal membanting ponselnya ke atas ranjang ketika Cassandra mematikan siaran langsung. Mata emas pemuda itu melotot penuh emosi sedang kakinya bergerak gelisah. Bisa-bisanya dengan sengaja Cassandra pamer mesra dengan cowok yang bahkan tidak pernah dia ketahui eksistensinya di sekolah. Dia benar-benar merasa kecolongan. Bagaimana juga Cassandra bisa berubah semudah itu?

Perlahan mata pemuda itu menatap sekitar, memikirkan awal mula perubahan gadisnya. Semuanya bermula dari beberapa hari yang lalu ketika gadis itu bolos, kemudian dia dapat kabar Keluarga Anirvana meminta pembatalan pertunangan, juga terungkap hubungan gelapnya dengan Naureen. Dia berpikir Cassandra tetap akan baik-baik saja jika dia main di belakang. Karena Avner tahu cewek naif seperti Cassandra cinta mati dengannya, tidak mau melepaskan dia begitu saja. Walau dia salah. Salah total.

Sekarang Cassandra sudah di luar genggamannya.

Tok, tok, tok.

"Tuan Muda dipanggil Tuan Besar."

Avner menghela napas berat memijat pangkal hidung menatap pintu yang diketuk. Pikirannya mulai buyar, itu suara pembantunya. Dia tahu betul apa yang diinginkan ayahnya saat ini. Perlahan dia bangkit dan membuka pintu mengangguk, kemudian langkahnya mengikuti pembantu yang mengarahkan dia ke ruang tamu. Ada Praba--- ayahnya yang kini terduduk dengan ekspresi tenang. "Duduk."

Avner mendengar perintah dari Praba segera mengangguk dan duduk di sofa. Perlahan dia bisa melihat mata zamrud Praba menatap lurus dirinya lantas membanting amplop coklat di meja, mengeluarkan deretan foto dirinya dengan Naureen. "Ini apa Avner? Saya tidak menyangka kamu membuat nama saya tercemar seperti ini."

Avner meremas tangannya, gila! Cassandra sudah benar-benar tidak waras mengirimkan foto-foto aibnya pada Praba. Kepala Avner perlahan menunduk, sikap datar Praba yang tenang menunjukkan seberapa murka pria itu. "Maaf," katanya walau dibalas kekehan kecil dari pria tua itu. Suara pemantik api terdengar ketika nikotin menyala serta asap dihirup dalam-dalam. "Anak bodoh."

Praba mengeluarkan asap dari mulut, nikotin bertengger di antara dua jarinya. Asapnya mengepul mengenai Avner yang kini mengangkat wajah. "Sudah saya bilang, satu kesempatan kamu hanya menikahi Putri Keluarga Anirvana. Mereka bisa membantumu masuk dalam pemerintahan. Anak itu? Cassandra? Hahaha, sikapnya buruk tapi dia anak sah yang harus dijadikan pendamping. Satu perintah saja gagal kamu jalankan."

Avner menahan napas ketika Praba kembali meniupkan asap ke wajahnya. Pria tua dengan rambut coklat dengan mata zamrud menyala dengan sikap tenang yang mengintimidasi Avner lebih jauh. Avner benci dengan ini semua, dirinya bahkan harus menundukkan ego untuk menghadapi orang ini. Keuntungan dan juga hasil pasti memuakkan yang harus dipenuhi. Dia tidak suka. "Wow, you so dumb Avner. Damn, just stupid," hinaan terdengar dari bibir Anandara--- kakak perempuan yang kini mengambil kuliah jurusan ekonomi menghampiri mereka membuat Avner makin menahan emosi. Rambut pirang lurus, mata yang serupa dengan Praba kini menatap potret di meja. Sedangkan dia terduduk di samping Praba yang kini mematikan rokok dan memadamkannya di atas asbak.

Avner kini memperhatikan Praba yang menggenggam tangan Anandara yang tersenyum cerah memeluk pria tua itu. "Kangen banget sama Ayah. Untung hari ini kuliah lagi libur, Ana jadi bisa pulang." Praba terkekeh, berbeda dari sebelumnya kini senyum serta mata pria tua itu melembut menatap Anandara. "Harusnya bilang kalau Ana pulang. Ayah bakal bilang ke ibu buat siapin makanan kesukaan kamu." Suara tawa yang hangat membuat perasaan Avner tidak nyaman.

Sekarang dirinya seolah diasingkan dari dua orang di hadapannya. Netra Avner semakin tajam, tahu jika dia tidak sesempurna Anandara, anak kesayangan itu. Dia bukan anak yang diharapkan Keluarga Baswara yang membuat dia jelas sekali memiliki inferioritas diri yang disembunyikan dalam-dalam, sebagai gantinya dia melakukan kenakalan-kenakalan untuk mengalihkan perasaan itu--- termasuk berselingkuh dengan Naureen. Tidak tahan lagi tangannya semakin mengepal ketika bangkit. "Avner tinggal pastikan saja untuk meyakinkan Cassandra, kan?" Pandangan dingin mereka jelas menyorot Avner yang kini bangkit dari kursi.

"Percuma. Pertunangan kamu sudah dibatalkan."

Bahkan Praba menyikapi kedua anak itu berbeda. Kehangatan juga sikap keluarga pada Anandara hilang jika dihadapkan pada Avner yang menurut pria dewasa itu sangat mengecewakan. "Ayah!" Avner melotot ketika mendengarnya, sialan! Jelas itu satu-satunya dia merasa bisa lebih berguna dari Anandara. Pertunangan itu membuat dia yakin akan masa depannya yang terjamin. Anandara tersenyum miring yang membuat Avner makin emosi. "Pastiin aja cewek lo gak bunting. Wow~ makin banyak aja ya aib lo~"

"Diem lo bangsat!"

Anandara terkekeh sinis melihat kelimpungan yang dirasakan adik kecil bodohnya. Salah anak itu sendiri yang semakin rendah, tidak berguna. "Bahkan mulut mencerminkan kepribadian pemiliknya." Itu perkataan dari Praba yang kini menatap kecewa sang putra. Menggelengkan kepalanya pelan, kau tahu? Itu membuat inferioritas itu semakin dalam dan dalam. "Sudah saya duga, percuma berekspektasi tinggi padamu. Saya tidak akan meminta apa pun selain diam seperti tikus mati. Jangan lakukan kesalahan lain."

Perkataan dari Praba sekarang sudah jelas bahwa dia tidak menaruh harapan apapun lagi pada Avner yang membuat harga diri cowok itu semakin hancur. Tidak bisa memenuhi ekspektasi dan tidak diberikan ekspektasi adalah dua hal yang berbeda. Dan tidak diberi ekspektasi menandakan seberapa rendah dirinya yang tidak memiliki harapan. "Kalau gitu Avner tinggal bertunangan dengan Cassandra lagi bukan?"

Praba tersenyum tipis, mengetahui berapa licik putranya ini. "Mereka jelas akan menolakmu." Mata emas Avner kini menyala menatap keduanya dengan seringai, ah, dia mendapatkan ide dari perkataan Anandara sebelumnya soal ceweknya yang mengandung. Persetan! Cassandra akan menjadi miliknya bahkan Keluarga Anirvana sebagai pendukungnya! Cassandra adalah gadisnya. "Kalau Cassandra hamil. Mereka tidak bisa menolaknya, kan?" Anandara yang masih menatap sinis kini membelalakkan mata, sedangkan Praba tertawa keras. Avner itu licik, sangat licik.

"Rahasia bersama anak haram itu, foto-foto, semuanya akan Avner pastikan lenyap tidak tersisa." Avner kini semakin berani menyuarakan pendapatnya sedangkan Praba mulai bangkit menepuk bahu pemuda itu. "Kamu yakin bisa?" Avner mengangguk tidak mau mengecewakan Praba lagi. Sedangkan pria tua itu berbisik rendah. "Jangan sampai ketahuan, buat Keluarga Anirvana sampai berlutut untuk meminta pertanggung jawaban, bahkan pernikahan."

Ini menandakan bahwa Avner memiliki kesempatan kedua dari sang ayah. Cowok itu kini mengangguk yakin sedangkan Anandara menegak ludah melihat kegilaan keduanya. Perlahan Avner kini pergi meninggalkan keduanya dengan mantap juga berbagai rencana. Kini tersisa Anandara bersitatap dengan Praba yang masih tenang mendapatkan putrinya berseru tidak percaya. "Ayah! It's crazy!"

Praba terkekeh pelan ketika menepuk rambut putri kesayangannya lembut. "Kamu tahu seberapa bencinya Ayah dengan keluarga itu. Melihat mereka memohon seperti tiga tahun lalu meminta pertunangan adalah pemandangan baik." Anandara merinding, Praba selalu tenang di setiap kondisi. Dan tenangnya itu membuat Praba terlihat seperti seorang psikopat dengan pemikiran gila.

"Kenapa Ayah tergila-gila dengan Keluarga Anirvana? Ayah punya segalanya!" Praba mengurai genggaman pada surai pirang putrinya tersenyum tipis, matanya menyipit sedang bibirnya bergerak. "Anandara ... Putri Ayah yang masih sangat manis. Kamu masih murni. Ini yang Ayah sukai darimu." Walau tangan itu mengusap hangat Anandara bisa menangkap maksud lain dari perkataan itu.

"Cassandra ... Cassandra ... Ah, anak itu sungguh menarik seperti Leora. Pasti akan banyak atraksi pria-pria sinting di sampingnya. Aku sedikit mengerti perasaan anak bodoh itu." Anandara tidak mengerti ketika matanya melotot menatap Praba yang memejamkan mata, memeluknya dengan usapan lembut. Entah kenapa Anandara merasa takut. Pada titik ini dia mengetahui kegilaan siapa yang dimiliki Avner. "Apa maksud Ayah?"

"Kamu akan tahu. Segera."

Bersambung ....

2 November 2023

Limerence [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang