Sinar mentari pagi menembus melewati celah-celah gorden yang belum dibuka oleh sipemilik kamar karna sang empunya masih terlelap dengan damai sebelum suara dering ponsel berbunyi mengganggu tidur cantiknya.
Windy dengan wajah menahan kantuk terpaksa bangun dan meraih ponselnya yang dia letakkan diatas nakas samping tempat tidurnya, dia kira alarm tapi ternyata itu telfon dari Nindya. Dengan malas Windy mengangkat panggilan itu.
"Halo." Sapanya dengan suara serak.
"Siap-siap win 15 menit lagi gue jemput, kita ke kampus." Windy mengecek jam diponselnya dan ternyata masih jam 6 pagi. Seingatnya hari ini dia tidak ada kuliah pagi, jam kuliahnya dimulai pukul 10.
"Nin kan hari ini kuliahnya jam 10, ini masih jam 6 pagi nin."
"Udah siap-siap aja sono, Gita sama Kalya juga udah otw. Pokoknya 15 menit lagi gue nyampe sana lo harus udah cantik. Okey."
Tut. Nindya mematikan sambungan teleponnya. Dengan malas Windy beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Butuh waktu kurang dari 10 menit untuk Windy menyelesaikan ritual mandinya. Gak perlu lama-lama, dingin. Setelah itu dia berjalan menuju lemarinya untuk memilih baju.
Tok tok tok.
"Dek ada Nindya dibawah." Panggil Tya, mami Windy.
"Suruh tunggu bentar mi, Windy masih ganti baju." Tidak terdengar lagi suara dari luar kamarnya, mungkin maminya sudah turun. Windy segera menyelesaikan kagiatannya. Setelah memastikan penampilannya rapi dan semua keperluannya masuk kedalam tas, Windy turun menemui Nindya yang menunggunya diruang tamu.
"Nin" Panggil Windy.
Nindya yang awalnya fokus dengan gawainya mengalihkan atensinya kearah suara yang memanggilnya, "Langsung berangkat aja ya."
"Gak mau sarapan dulu?"
"Nanti aja dikampus. Ayo pamit dulu sama bokap nyokap lo." Nindya membalik badan Windy dan mendorongnya kedalam sedangkan Windy hanya pasrah saja tubuhnya didorong Nindya. "Om, tante, Nindya sama Windy pamit berangkat dulu ya."
"Loh gak mau sarapan dulu?" Benny, papi Windy melirik jam di dinding, "Belum setengah tujuh, masih keburu kok buat sarapan."
"Gak usah om, saya sama Windy ada keperluan dikampus jadi harus buru-buru berangkat." Ucap Nindya. "Yaudah om, tante kita berdua pamit mau berangkat." Nindya menyalami tangan Benny dan Tya diikuti oleh Windy. Ini jadi kayak Windy yang jadi tamu dan Nindya tuan rumahnya karna sedari tadi Windy hanya diam dan mengikuti apa yang dilakukan Nindya.
Tidak ada percakapan selama didalam mobil. Hanya ada suara musik yang Nindya putar agar suasana didalam mobil tidak sepi, sesekali Nindya ikut bersenandung mengikuti alunan musik sedangkan Windy fokus mengamati pemandangan pagi diluar sana.
Butuh waktu kurang lebih 15 menit untuk sampai ke kampus karna keadaan jalan yang masih lumayan lengang. Nindya mengemudikan mobilnya memasuki area kampus dengan kecepatan sedang, tetapi ada yang aneh.
"Nin ini bukan kearah fakultas kita."
"Emang."
Windy memutar duduknya kearah Nindya yang tersenyum misterius, "Ini kita mau kemana nin." Bukannya menjawab, Nindya malah tersenyum mengejek sembari mengedipkan matanya kearah Windy.
Nindya memarkirkan mobilnya diparkiran fakultas bahasa kemudian menarik tangan Windy untuk mengikuti langkahnya sedangkan Windy seperti orang linglung yang mau mau aja ditarik tangannya. Kepalanya menoleh kesana kesini bingung ini mau ngapain.
Ternyata Nindya menariknya kearah gazebo fakultas teknik yang letak gedungnya bersebelahan dengan gedung fakultas bahasa dan disana sudah ada Kalya dan Gita yang duduk manis sambil makan roti dan minum susu kotak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dare
RandomGara-gara tantangan permainan ToD yang mengharuskan Windy menyatakan cinta pada salah satu kating di kampusnya justru membawanya kedalam hubungan yang sedikit rumit. Cover by Pinterest