Selamat membaca..
.
.
.Yoga pusing pacarnya gak bisa dihubungi dari siang tadi. Udah disamperin kerumahnya tapi rumahnya kosong tak berpenghuni. Mau nanyain ketemennya Windy tapi dia gak punya nomernya. Yoga mondar mandir kayak setrikaan sambil menggenggam ponsel ditangannya.
Capek mondar-mandir, Yoga duduk dipinggir kasurnya sambil memikirkan kemana mbak pacarnya kok gak bisa dihubungi hingga terlintas nama seseorang dibenaknya yang mungkin bisa dia tanyain tentang keberadaan pacarnya. Dia segera mendial nomer itu. Di dering keempat barulah telfonnya diangkat.
"Jhon lo punya nomernya Gita?" Tanyanya to the point.
"Buseeet kagak ada basa-basinya banget lo bang. Minimal halo kek." Dengus Jhonni diseberang sana.
"Lo punya enggak?"
"Punya, tapi bakal apaan bang?" Jangan tanya gimana bisa Jhonni punya nomernya Gita, karna Jhonni itu salah satu bestienya Yasa dikampus, terkadang Gita nyariin Yasa lewat dia kalo tuh manusia gak bisa dihubungi begitupun sebaliknya.
"Kirim ke gue sekarang." Pinta Yoga.
"Buat apa dulu?"
"Kirim nomernya sekarang Jhonni." Perintah Yoga gak bisa dibantah.
"Iya iya gue kirim. Tuh udah."
"Thanks." Yoga langsung menutup panggilannya sebelum Jhonni nanya-nanya lagi. Mungkin diseberang sana Jhonni lagi ngumpatin dia karna menutup telfon secara tiba-tiba tapi Yoga gak peduli. Biarin aja tuh bocah ngumpatin dia. Hitung-hitung pengurangan dosa.
Yoga segera mendial nomer Gita yang baru saja dikirim oleh Jhonni. Panggilan pertama tidak ada jawaban, begitu pula dengan panggilan kedua. Mungkin Gita males ngangkat telfon dari nomer baru. Tapi Yoga pantang menyerah sebelum telfonnya dijawab oleh Gita. Dipanggilan ke enam barulah Gita menjawabnya.
"Hallo."
"Halo Gita, ini gue Yoga."
"Yoga?"
"Pacarnya Windy."
Hening beberapa saat, sepertinya Gita masih mencerna ucapan Yoga.
"O-oh kak Yoga. Maaf kak saya kira Yoga siapa. Ada apa ya kak kok kakak nelfon saya?"
"Kamu tau Windy dimana?"
"Windy?"
"Dari tadi siang dia gak bisa dihubungi."
"Tadi siang abis kuliah Windy keluar kelas kayak buru-buru gitu kak, dia juga gak bilang apa-apa sama kita. Gak biasanya juga dia gitu. Tapi nanti coba saya tanyain ketemen-temen yang lain siapa tau ada yang tau Windy dimana."
"Oke. Kalo ada kabar tentang Windy tolong beritau saya ya Gita."
"Iya kak."
"Terimakasih. Saya tutup telfonnya." Yoga langsung mengakhiri panggilannya. Ternyata teman-teman Windy juga gak tau dia dimana. Yoga makin risau.
Sementara Windy sedang sibuk mengerjakan tugas di kamarnya. Habis makan sama Andika siang tadi dia gak pulang kerumah tapi datang ke tempat les musik tempat maminya mengajar dan baru pulang jam setengah delapan tadi.
Ponselnya belum dia nyalakan sejak tadi siang dan sepertinya Windy masih belum ada niatan untuk menghidupkannya. Biarin aja temen-temennya pada nyariin, dia gak peduli.
Jam sebelas malam Windy selesai mengerjakan dan mengirim tugasnya. Setelahnya dia bersiap untuk mengarungi alam mimpi. Barusaja memejamkan mata, tiba-tiba dia teringat Yoga. Laki-laki itu pasti mencarinya dan gak menutup kemungkinan laki-laki itu akan mendatangi rumahnya besok.
Maminya sih seenaknya bilang kalo Yoga boleh sering datang kerumahnya jadinya tuh cowok berasa punya angin segar seenak jidat datang kerumahnya. Belum aja dia ketemu sama papi dan kakak laki-lakinya. Mengingat tentang mereka yang 3 hari lagi pulang Windy jadi gak sabar, gak sabar nagih oleh-oleh lebih tepatnya.
Tapi ada perasaan takut juga dihati Windy dengan respon keduanya kalo tau Windy udah punya pacar jadi-jadian sekarang. Apalagi maminya heboh banget pas ngasi tau di grup keluarga udah kayak mau punya calon menantu anak presiden aja.
Windy bangun ngambil ponselnya di atas nakas. Dia bingung tuh handphone mau dinyalain apa enggak. Setelah menimang-nimang selama beberapa saat, akhirnya dia memilih untuk menyalakan ponselnya.
Pas hpnya udah nyala, banyak banget spam chat dan panggilan masuk yang sebagian besar dari Yoga juga dari teman-temannya yang lain. Dia menggulir layar handphonenya kebawah dan menemukan sebuah pesan yang menarik perhatiannya.
A🌻
Windy ini nomer gue, Andika.Windy memekik senang dapet pesan itu. Akhirnya setelah sekian lama batinnya. Tapi kesenangan itu sirna setelah sebuah panggilan masuk dengan nama 'kak Yoga' terpampang dilayar handphonenya. Windy memutar bola matanya malas, pasti Yoga mau menginterogasinya karna menghilang sejak siang tadi.
Windy mereject panggilan itu tapi sepertinya Yoga pantang menyerah. Dia terus-terusan menelfonnya. Akhirnya Windy menyerah dan mengangkat panggilan itu.
"Halo." Sapanya ogah-ogahan.
"Halo Windy kamu kem--"
"Kak Yoga ini udah malem."
Yoga menghela nafas pelan, "Baiklah kita bicara besok saja."
"Gak ada yang perlu dibicarakan." Sahut Windy cepat.
"Ada Windy." Jawab Yoga tenang.
"Kalo kak Yoga cuma mau nanya kenapa aku gak bisa dihubungi dari tadi siang, itu karna aku lagi gak mau diganggu oleh siapa pun."
"Kecuali laki-laki itu?"
Windy mengernyit bingung, "Laki-laki apa maksud kak Yoga?"
"Laki-laki yang makan sama kamu."
"Darimana kak Yoga tau?" Tanya Windy kaget dan langsung berdiri dari duduknya. "Kak Yoga mata-matain aku?"
"Tidak. Hanya kebetulan ada seseorang yang melihat dan mengatakannya pada saya."
"Siapa?" Tanya Windy penasaran.
"Seseorang."
"Bisa aja seseorang itu salah liat."
"Tidak, karna teman kamu juga melihatnya." Windy langsung ketar-ketir, siapa teman dia yang dimaksud Yoga? Windy udah suudzon kalo yang liat dia tuh antara Nindya, Gita, Kalya atau mungkin Yasa? Atau malah Shaga? Teman akrab Windy kan cuma mereka dan Yoga tau itu.
"Windy saya tau kalo hubungan ini dimulai dengan tidak semestinya, tapi tidak bisakah kamu menghormati hubungan ini."
Windy tertawa sumbang, "menghormati? Ngapain juga aku harus ngehormatin hubungan fake ini."
"Windy.."
"Kak Yoga nyuruh aku menghormati hubungan ini tapi Kak Yoga sendiri gak menghormatinya." Suara Windy naik satu oktaf karna emosi.
"Apa maksud kamu?"
"Udahlah kak aku ngantuk mau tidur. Oh iya kak Yoga gak usah lagi kerumahku. Selamat malam." Windy langsung mengakhiri panggilannya dan melempar ponselnya ke meja belajar membuat tempat pensil dan isinya yang berdiri disana jatuh.
Ini hanya hubungan main-main, seharusnya gak ribet kayak gini.
----------
Apa kabar semuanya?
Semoga semuanya baik2 sajaMakasih buat yang udah sempetin baca
Luv you banyak2 ❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dare
De TodoGara-gara tantangan permainan ToD yang mengharuskan Windy menyatakan cinta pada salah satu kating di kampusnya justru membawanya kedalam hubungan yang sedikit rumit. Cover by Pinterest