Pagi-pagi sekali Windy udah duduk manis di kursi depan kelasnya. Dia sengaja berangkat jam 6 pagi untuk menghindari Yoga setelah tadi malam semedi, dia akhirnya menolak jemputan Yoga dengan alasan dia mau berangkat bareng maminya.
Emang Yoga tau rumahnya? Jawabannya adalah tau. Semua tentang Windy, Yoga tau. Iya tentang Windy nya doang.
Dan karna itu juga Windy jadi gak sarapan. Mau ke kantin males soalnya gak ada temannya jadinya dia cuma duduk diam sambil membaca novel yang dia pinjam dari perpustakaan.
Karna fokus membaca novel, Windy jadi gak sadar kalo ada seseorang yang duduk disebelahnya sambil memperhatikan raut wajahnya yang berubah-ubah. Kadang merengut, kadang senyum dan ngomel gak jelas. Kayaknya Windy lagi menghayati banget dan itu terlihat menggemaskan dimata seseorang yang sejak tadi menatapnya.
"Ekhem." Windy terusik dengan suara tersebut lalu menoleh kesampingnya. Sontak Windy melotot kaget sambil menahan nafas. Sejak kapan orang ini duduk disampingnya? Batinnya.
"K-kak Yoga."
"Kok gitu banget ngeliatinnya."
"Sejak kapan kakak duduk disini?" Tanya Windy masih dengan wajah terkejutnya.
"Sepuluh menit yang lalu mungkin. Saya nyariin kamu. Kenapa telfon dan chat saya tidak dibalas?"
Windy gelagapan kemudian mengambil ponsel di tasnya dan mengeceknya. Ternyata ada 11 panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari Yoga yang belum dia baca. Windy nyengir kearah Yoga.
"M-maaf kak, hpku di silent." Yoga hanya mengangguk. Dia jadi agak badmood pas tau ternyata nomernya belum disimpan sama Windy. Yoga ngintip dikit tadi.
"Saya bawakan roti sama susu takutnya kamu belum sarapan." Yoga menyodorkan kresek yang berisi beberapa roti dan susu kotak pada Windy.
"Makasih kak." Ucap Windy setelah menerima sodoran kresek dari Yoga.
"Hm. Saya balik ke kelas dulu. Jangan lupa dimakan." Yoga beranjak dari duduknya. Entah kenapa Windy melihat raut wajah bete dan kecewa diwajah Yoga padahal tadinya baik-baik saja.
"Kiw pagi-pagi udah berduaan aja nih lovebird." Ledek Gita yang baru aja datang.
"Apaan sih." Balas Windy dengan muka malu-malu meong.
"Apaan tuh." Gita menunjuk kresek ditangan Windy.
"Dikasi kak Yoga."
"Cieeee... Co cwiit." Gita mencolek dagu Windy sembari tersenyum jahil. "Eh btw lo jadi berangkat bareng sama kak Yoga?" Windy menggeleng.
"Lah kenapa?" tanya Gita bingung.
"Gue malu git."
"Yaelah lu mah. Lo gak jadi berangkat bareng tapi pagi-pagi udah berduaan"
"Dia yang nyamperin gue kesini. Gue bela-belain berangkat pagi dan gak sarapan cuma buat ngindarin kak Yoga, malah kesini orangnya."
Mendengar itu Gita tertawa terbahak-bahak, "Lo udah ditakdirkan untuk ketemu sama kak Yoga. Jadi mau menghindar bagaimanapun tetap bakalan ketemu."
"Tapi git, gue agak heran sama kak Yoga. Tadinya kan raut wajahnya flat kayak biasa, abis itu dia jadi keliatan kayak bete gitu."
"Ciee udah mulai perhatian nih ceritanya." Ledek Gita.
"Isshh lo mah ngeledek mulu. Serius git, gue jadi ngerasa gak enak"
"Emang tadi kalian ngobrolin apa aja."
"Ya ngobrol biasa aja." Windy tiba-tiba tersadar, "Apa jangan-jangan kak Yoga marah karna gue abaikan telfon sama chatnya ya."
"Bisa jadi begitu. Ya udah lo minta maaf aja sana."
![](https://img.wattpad.com/cover/334234868-288-k383358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dare
AcakGara-gara tantangan permainan ToD yang mengharuskan Windy menyatakan cinta pada salah satu kating di kampusnya justru membawanya kedalam hubungan yang sedikit rumit. Cover by Pinterest