S.D - 11. Salah Paham

15 3 0
                                    

Selamat membaca..

.
.

"ASSALAMUALAIKUM. PERMISI SEPADAAAAA... SELAMAT PAGI." Pagi-pagi Shagara udah berisik didepan rumah tantenya.

"Wa'alaikum salam.. Masuk ga." Jawab tantenya dari dalam rumah. Shagara pun masuk setelah dapat izin dari yang punya rumah.

"Tumben mau masuk nunggu disuruh dulu, biasanya langsung nyelonong aja." Shaga cuma nyengir ganteng ke tantenya.

"Sini duduk, kita sarapan bareng." ajak sang tante yang tak lain adalah Tya, mami Windy.

"Om sama kak Devan belum pulang te?" Shaga menarik kursi yang berhadapan dengan tantenya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan penghuni rumah yang lain.

"Belum, mereka dua minggu di Semarang."

"Lama amat." Shaga nyuap sesendok penuh nasi goreng kemulutnya. "Windwy kwemanwa twe?" Tanyanya tak jelas karna mulutnya penuh sama nasi goreng.

"Telen dulu ga baru ngomong."

"Windy kemana te?" Tanyanya lagi setelah menelan makanan dimulutnya. Dia nanya gitu soalnya gak melihat tanda-tanda keberadaan tuh manusia dirumah ini.

"Windy udah berangkat dari tadi." Jawab tantenya.

Shagara melirik jam di dinding. Masih setengah tujuh batinnya. "kok tumben dia berangkat pagi banget, gak sarapan dulu?"

"Udah tadi. Ini sarapan yang masak dia."

"Pantes nasi gorengnya udah anyep." Gumam Shaga pelan.

"Berangkat sama siapa dia te?"

"Pacarnya." Jawab tantenya enteng.

Uhuk uhuk. Shaga keselek nasi gorengnya sampe nyembur. Sepupunya yang nolep itu punya pacar? Benar-benar sebuah keajaiban.

"Beneran te Windy punya pacar?" Tanya Shaga memastikan. Kali aja tadi dia salah denger.

"Iya. Udah beberapakali juga dia kesini." Shaga masih tak percaya.

"Siapa namanya te?"

"Namanya Yoga." Shaga melotot kaget. "Anaknya ganteng trus kalem lagi, kalo dari tampangnya sih dia keliatan good boy. Lempeng gitu anaknya." Lanjut tantenya mendeskripsikan pacar anaknya.

"Rambut depannya panjang hampir nyentuh mata dan belah tengah?"

"Iya, mukanya kayak yang di kartun-kartun itu." Shaga makin melotot dan buru-buru menyelesaikan makannya kemudian pamit dari sana.

"Gak bisa dibiarkan! Bisa-bisanya lo win." Gumamnya sambil berjalan tergesa ke motornya. Dia segera tancap gas kekampus.

Sesampainya dikampus, Shaga memarkirkan motornya diparkiran FEB. Kepalanya celingak-celinguk nyariin keberadaan seonggok manusia yang namanya Windy. Beberapakali dia bertanya sama mahasiswa yang dia temuin disana tapi mereka gak ada yang tau Windy dimana.

"Ninin sayang. Lo liat Windy nggak?" Tanya Shaga sambil memegang kedua bahu Nindya.

Nindya yang baru menginjakkan kaki disana dibuat kaget dengan keberadaan manusia nyebelin itu. Mana gayanya udah kayak orang kebelet boker nyariin toilet.

"Gue baru sampek ga. Kenapa sih?"

"Gue mau memastikan sesuatu ke dia." Nindya mengernyit bingung.

"Telfon coba." Shaga melotot. Kenapa dia gak kepikiran buat nelfon Windy sih. Tolol.

Shaga buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Windy. Baru juga mau nekan tanda telfon, Windy udah muncul didepannya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Windy.

Sweet DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang