"Lo bawa apa git." Tanya Nindya menunjuk beberapa paperbag yang dibawa Gita.
"Makanan."
"Sebanyak ini?"
"Hmm.. Ini titipan Yasa sama temennya juga."
"Baik banget lo mau aja dibabuin Yasa."
"Kebetulan tadi pas chatan sama Yasa gue lagi direstoran cepat saji jadi gue nawarin dia mau nitip apa enggak." Nindya hanya gangguk-ngangguk aja denger penjelasan Gita sedangkan Kalya bodo amat, dia lagi khusuk nonton series Thailand yang dibintangi aktor favoritnya.
"Ikut kuy nganterin ini ke Yasa."
"Aing pewe git, ajakin Kalya aja noh." Nindya menepuk tangan Kalya yang lagi senderan ditembok.
"Paan." Sewot Kalya.
"Diajak Gita nganterin makanan ke Yasa."
"Ogah gue lagi nonton." Ketus Kalya.
"Pause dulu bentar doang kal." Pinta Gita.
"Gak bisa git, ini tuh udah dipuncak konflik jadi gue harus menghayati. Ajak Nindya aja sana, dia gak ngapa-ngapain."
Gita jadi kesel sendiri ama dua sohibnya ini. Mau ngajak sohib yang satunya lagi tapi dia belum datang. Akhirnya karna gak mau sendirian nganter makanan ke Fisip, Gita menarik paksa tangan Nindya yang dibalas dengan gerutuan sebal dari empunya.
Sampai ditangga keduanya berpapasan dengan Windy, jadilah Nindya menarik tangan Windy untuk ikut juga bersamanya sedangkan Windy pasrah aja ditarik. Ketiganya naik mobil Gita menuju Fisip.
"Gimana progres hubungan lo sama kak Yoga?" Tanya Nindya memecah keheningan.
"Gak gimana-gimana." Jawab Windy datar.
Ngomongin Yoga, Windy jadi kepikiran pasalnya udah empat hari ini dia ngindarin cowok itu. Telfonnya gak diangkat trus roomchatnya diarsip, pas dikampus pun Windy selalu awas takutnya Yoga tiba-tiba muncul dihadapannya meskipun keduanya beda fakultas dan beda angkatan juga.
"Sudah sampai. Kuy turun." Seru Gita.
"Lo sendiri aja dah git, gue sama Windy tunggu disini."
"Gamau, kalian temenin gue kedalam ayooo~" Rengek Gita yang mengundang tatapan jijik dari kedua sohibnya.
"Sendiri aja kenapa sih, kayak baru pertama kali kesini aja." Omel Nindya.
"Ayo doooong pliiiss."
"Yaudah ayo." Akhirnya Nindya menuruti permintaan Gita soalnya kalo gak diturutin bakalan terus merengek.
"Gue tunggu sini aja ya."
"Enggak lo harus ikut juga." Protes Nindya. Dia memaksa Windy turun dari mobil dan ikut bersamanya.
Ketiga gadis itu kini berjalan memasuki gedung Fisip.
Mereka menunggu lift yang akan mengantar ke lantai tiga tempat kelas Yasa berada. Pas liftnya udah turun dan pintunya terbuka, Windy auto tahan nafas karna manusia yang sedang dia hindari ada didepannya. Mana sekarang keduanya pas banget lagi tatap-tatapan kek sinetron sebelum Windy memutus kontak mata diantara keduanya.
Salahin aja Gita yang dorong dia kedepan pintu lift. Padahal kan maksud Gita dorong Windy kedepan tuh biar kalo lift udah turun dan kebuka mereka bisa langsung masuk gitu.
Tapi kayaknya Windy emang dasarnya ditakdirkan untuk gak bisa menghindar dari Yoga. Gak ketemu difakultasnya sendiri tapi malah ketemu di fakultas tetangga. Pikir Windy ngapain sih Yoga ke fisip padahal dia anak teknik. Suka gak sadar diri emang Windy ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dare
RandomGara-gara tantangan permainan ToD yang mengharuskan Windy menyatakan cinta pada salah satu kating di kampusnya justru membawanya kedalam hubungan yang sedikit rumit. Cover by Pinterest