TLOD-07

23.9K 2.1K 9
                                    

Edmund berjalan dengan tergesa-gesa menuju suatu tempat dengan salah satu tangannya yang sedang meremat sebuah kertas yang berada didalam genggamannya itu.

Hingga akhirnya langkahnya terhenti ketika sudah berhadapan langsung dengan orang yang sedari tadi dicarinya itu.

" Kenapa? Jelaskan padaku kenapa tiba-tiba dibatalkan seperti ini?!" Bentak Edmund kepada seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah Duke Antonio.

" Bukankah ini yang kau inginkan selama ini? Sudah ku kabulkan keinginanmu bukan?" Ucap Duke Antonio yang masih memejamkan matanya itu.

" TIDAK!! Aku tidak menyetujui keputusan ini bahkan aku belum mengetahui apapun mengenai ini semua!!" Ucap Edmund tidak terima, membuat Duke Antonio membuka kedua matanya kemudian menatap datar dan tajam kearah putranya itu.

" Terima saja keputusan ini, mau kau berbicara apapun tidak akan merubah keputusan yang sudah terjadi itu" ucap Duke Antonio membuat Edmund hampir naik pitam.

" Aku akan menemui Maddy untuk membicarakan mengenai hal ini" ucapnya pada Duke Antonio kemudian hendak melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu tetapi tertahan karena mendengar perkataan ayahnya.

" Percuma, Maddy yang menginginkan agar pernikahan kalian dibatalkan" ucap Duke Antonio menatap sinis wajah putranya yang membeku itu.

" Apa?" Ucapnya tidak percaya yang dibalas anggukan oleh Duke Antonio.

" Bukankah sudah pernah kukatakan padamu sebelumnya, jangan menyia-nyiakan seseorang yang sudah mencintaimu dengan tulus sekarang lihat bukan? " Ucap Duke Antonio memandang penuh ejekan pada wajah Edmund yang mulai menggelap.

" Sialan" umpatnya pelan kemudian tanpa berkata apapun meninggalkan ruangan milik Duke Antonio.

" Ckck penyesalan memang selalu datang diakhir" ucap Duke Antonio memandang punggung putranya itu prihatin.

Disisi lain,

Maddy yang sedang menuliskan beberapa rencananya ditaman itu dibuat tersentak ketika tiba-tiba tubuhnya dipaksa untuk berdiri dan menghadap kearah seorang pemuda yang dibencinya itu.

" Apa yang kau lakukan?!" Ucap Maddy dengan kesal karena merasa terkejut dan sakit pada bahunya yang ditekan dengan kuat oleh pemuda dihadapannya yang tidak lain adalah Edmund yang menatapnya dengan tatapan marah.

" Apa yang aku lakukan? Bukankah aku harus menanyakan hal itu kepadamu? APA YANG KAU LAKUKAN!! Membatalkan pernikahan tanpa persetujuan dariku? Apa kau waras?!" Ucap edmund dengan nada tinggi berhasil mengejutkan Maddy.

" Kenapa? Kenapa kau terlihat marah? Bukankah kau yang menginginkan hal itu terjadi selama ini? Harusnya kau bahagia karena aku membantumu terlepas dari rencana pernikahan itu" ucap Maddy dengan bersendakap dada menatap tajam kearah Edmund yang tidak sedikitpun mengubah tatapannya.

Mendengar perkataan Maddy langsung entah mengapa membuat dada Edmund berdenyut nyeri, dia tidak suka dengan perkataan Maddy yang seolah membencinya dirinya itu.

' kenapa kau menatapku seperti itu.. hatiku sakit melihatnya ' batin Edmund sendu.

Kemudian Maddy mendekat kearah Edmund sehingga hanya tersisa sedikit jarak diantara mereka ,

" Mari kita menjalani hidup kita masing-masing, dengan kebahagiaan yang kita inginkan sendiri, aku minta maaf jika selama ini kehadiranku mengganggu waktumu dan juga membuatmu kesal setelah ini aku berjanji tidak akan muncul dihadapanmu lagi, jikapun nantinya kita akan bertemu kembali..mari jangan saling mengenal satu sama lain" ucap Maddy dengan tersenyum menatap kearah Edmund yang terdiam terkejut mendengarnya.

Suasana diantara menjadi hening, kemudian Maddy yang merasa tidak ada yang ingin disampaikan pun memutuskan untuk memundurkan langkahnya meninggalkan Edmund yang tetap terdiam diposisi nya.

" Bagaimana kau bisa begitu kejam mengatakan hal itu dengan tersenyum? Tidak taukah hatiku sakit melihatnya?" Ucap Edmund lirih menatap sendu punggung Maddy yang berjalan menuju kedalam mansion miliknya.

Hari itu menjadi awal untuk segalanya, Maddy berharap setelah ini tidak ada lagi yang merasa tersakiti dan juga muak dengan kehadirannya.

' aku ingin pergi dengan bebas tanpa beban apapun yang ada di hatiku' ucapnya didalam hati dengan melihat langit biru dari jendela kamarnya.

" Ini untuk yang terakhir kalinya, aku terlibat dengan mereka" ucap Maddy kemudian memutuskan untuk membereskan barang-barangnya.

Hanya beberapa pakaian sederhana yang dia masukkan kedalam sebuah peti beserta kalung peninggalan mendiang ibunya itu sudah cukup.

" Aku tidak membutuhkan harta mereka disini..aku akan mencarinya sendiri tanpa membawa apapun disini" ucapnya kemudian membuka sebuah kotak yang selama ini disimpannya itu.

" Aku rasa ini sudah cukup" ucapnya kemudian mengambil jubah yang berada diatas ranjang kamarnya.

Dengan menarik nafas dalam-dalam Maddy melangkahkan kakinya dengan ringan untuk keluar dari kamarnya, bertepatan saat dirinya berada didepan gerbang mansion ada seseorang yang menatapnya dingin disana.

" Tuan Duke..." Ucapnya pelan menatap wajah ayahnya.

Dengan yakin, Maddy berjalan kearah ayahnya kemudian membungkukkan tubuhnya memberikan hormat pada ayahnya untuk yang terakhir kalinya.

" Terimakasih atas kebaikan hati anda, membesarkan seorang gadis pembawa sial ini dengan baik, maafkan saya yang selalu memberikan masalah untuk keluarga anda" ucapnya kemudian kembali pada posisinya dan berjalan melewati Duke Willson yang sedari tadi terdiam merasakan sisa udara yang melewati nya.

Saat Duke Willson berbalik tanpa sengaja tatapan sepasang ayah dan anak itu bertemu dengan tatapan yang berbeda.

Maddy yang bahagia dan Duke Willson yang menampilkan wajah dingin dan datarnya, sejenak Duke Willson terpaku pada senyuman manis itu kemudian tanpa berkata apapun dirinya meninggalkan tempat itu bertepatan dengan Maddy yang menatapnya sendu.

' bodoh..apa yang aku harapkan ' ucapnya didalam hati kemudian berjalan dengan segera keluar dari kediaman.

Yang tanpa Maddy sadari ketiga kakak laki-lakinya menatap kepergiannya dari tempat yang berbeda dengan tatapan yang berbeda pula.

The Lady Of Davidson Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang