TLOD-20

14.4K 1K 10
                                    

Kali ini suasana ruangan luas itu terasa dingin dan menusuk karena kedua pemuda disana yang saling melemparkan tatapan tajam itu tidak berniat mengakhiri perdebatan mereka.

"Tau apa anda mengenai 'istri' saya?" Dengan tatapan mata yang begitu menusuk Gabriel menatap penuh permusuhan pada wajah Edmund.

"Jika anda lupa sebelumnya 'istri' anda itu sudah menjadi tunangan saya selama bertahun-tahun tentu saya mengerti dan faham betul apa yang ia sukai dan tidak dia sukai"

Mendengar perkataan itu Gabriel mendecih sinis kemudian menatap dingin kearah Edmund.

"Sebagai suaminya saya lebih mengerti jelas kemauan istri saya dan asal anda ketahui, istri saya lebih membenci kehadiran anda ditengah-tengah kami"

Edmund berusaha menahan kesabarannya agar tidak kelepasan meninju wajah sombong dan menyebalkan milik Gabriel.

Tok
Tok

"Ayah ini saya.."

Bagus sekarang setelah satu selesai muncul lagi salah satu saingan terberatnya.

"Masuklah" setelah itu muncullah sosok pria cilik yang menatap polos kearah dua orang dewasa didepannya itu.

"Ayah,ibu meminta ayah dan orang ini untuk segera menuju ke ruang makan" mendengar perkataan anak itu yang terdengar menyebalkan sontak membuat Edmund menatap sinis wajah kedua ayah dan anak itu.

"Cih,ternyata buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya " setelah itu Edmund mendahului mereka untuk menuju keruang makan.

Sepeninggalnya Edmund tiba-tiba muncullah ide cemerlang dari otak pintar milik Duke itu.

"Hei, mari bekerja sama" tawarnya menatap kearah Vier yang menatapnya curiga.

"Tidak mau"

Mendengar penolakan terang terangan dari sang anak itupun membuat Gabriel mendelik tidak terima.

"Ayah bahkan belum mengatakannya dan kamu sudah mau menolaknya? astaga" keluhnya lelah.

"Apa keuntungan yang akan saya terima bila kita bekerja sama?"

Gabriel menatap tak percaya pada anak itu, sungguh usianya masih terbilang muda tetapi pemikirannya sangat licik seperti mendiang kakak perempuannya dulu dan hal itu membuat tanpa sadar Gabriel merindukan kakak perempuannya.

"Ibumu akan terus bersama kita apabila, kita bisa menghalangi orang itu mendekati ibumu" mendengar itu Vier mengangguk setuju, Xavier tidak ingin menambah saingan dalam merebut hati ibunya.

Melihat hal itu Gabriel tersenyum bangga karena berhasil menghasut putranya untuk menjauhkan 'hama' dari sang ibu.

Setelah itu mereka pun segera memutuskan untuk memulai rencana mereka, dengan berjalan santai menuju ruang makan dimana sudah terdapat Edmund yang duduk berhadapan dengan Maddy yang acuh padanya.

' Astaga belum dimulai saja dia sudah kalah,ini akan sangat menyenangkan' batin Gabriel senang.

Maddy mengalihkan atensinya pada dua orang yang masih berdiam diri didepan ruangan itu.

"Tuan? Vier? kalian akan tetap berdiam diri disana saja?" Ucap Maddy membuat keduanya tersadar kemudian berjalan mendekat dan menempati posisi masing-masing.

Acara makan siang itu berjalan lancar hingga akhirnya,

"Ibu..aku tidak bisa memotong ini"keluh Vier dengan raut wajah cemberut dan memelas sedangkan Maddy hanya menggelengkan kepalanya heran kemudian memotong daging itu menjadi beberapa bagian.

"Kau ini, sebentar lagi akan memasuki academy dan hanya melakukan ini saja masih membutuhkan bantuan ibu.. dasar anak manja" Maddy bermaksud menyindirnya sedikit dalam arti,mau tak mau Vier harus mulai belajar untuk mandiri karena sebentar lagi akan memasuki academy dimana tidak akan yang membantunya seperti ini.

"Maaf ibu.." Xavier memandang kearah Maddy dengan memelas.

"Sudahlah sayang, untuk sementara biarkan Vier kita bermanja-manja dulu sebelum berangkat ke academy" ucap Gabriel membela Xavier sebenarnya sih jauh didalam hatinya dia ingin mengejek anak itu tetapi demi menjalankan 'rencana' mereka, dengan berat hati dia harus memendam keinginannya.

Edmund menatap jijik pada Gabriel, sungguh mendengar suara Gabriel yang begitu manja pada Maddy membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.

'menggelikan' batinnya mengalihkan pandangannya dari mereka.

Sedangkan Maddy memandang aneh kearah dua orang yang berstatus sebagai ayah dan anak itu, tumben sekali mereka akur biasanya mereka hanya akan saling mengejek satu sama lain.

Sungguh pemandangan yang aneh, terlebih perkataan Gabriel yang menyebutnya 'sayang' itu berhasil membuat kedua pipinya merona tidak diragukan lagi Gabriel memang ahli membuat hati Maddy berdebar hanya karena tindakan dan ucapannya yang sederhana.

"Ekhem, Maddy aku membawakan ini dari pasar tradisional yang biasanya kau sukai"ucapnya disertai dengan mengerahkan sebuah kotak berbodir.

Gabriel menggenggam erat gagang sendok yang berada ditangannya ,

'siluman ini benar-benar menguras emosiku ' batinnya memandang tajam kearah Edmund yang tersenyum pada Maddy.

Sedangkan Maddy hanya memandang kotak itu awalnya ingin menolak pemberian Edmund akan tetapi Edmund adalah rekan kerja suaminya,maka dia harus menjaga image suaminya agar tidak rusak karena ulahnya.

"Terimakasih tuan Duke" ucap Maddy sembari memberikan senyuman tipis membuat Edmund berdebar sedangkan Gabriel membelalakkan matanya menatap tidak percaya pada Maddy.

'bisa-bisanya dia memberikan senyuman pada orang itu ' batinnya geram.

"Ayah,aku dengar semalam beberapa prajurit menemukan seekor babi yang beberapa hari terakhir di cari oleh warga" ucap Vier membuat Gabriel menatapnya bingung.

"Babi?" Maddy menanggapinya dengan raut wajah bingung.

"Iya Bu, aku dengar babi itu ayah habisi dengan menebas kepalanya karena ayah kesal pada ulah babi itu" setelah otaknya memproses akhirnya Gabriel mengerti apa yang dimaksud oleh anaknya.

"Benar sayang, aku menebasnya kemudian ku geret dia memutari seluruh desa"

Maddy Semaka tidak paham, mengapa hanya karena seekor babi mereka mengucapkannya dengan begitu berkobar-kobar.

"Itu hanya babi (?)"

"Babi yang berulah mengusik ketenangan orang lain harus dihentikan sayang atau jika tidak maka dia akan terus menerus menghancurkan ketenangan" entah mengapa Edmund sedikit merasa risih dengan ucapan Keluarga itu.

'mereka membahas babi tetapi mengapa seakan-akan menyindir seseorang?' batinnya tidak mengerti.

"Selagi babi itu tidak mencuri aku rasa kau tidak perlu sebegitu nya " ucap Edmund kemudian meneguk air putih di gelasnya .

"Kau ini memang selalu seperti itu haha" ucap Gabriel kemudian dalam sekejap merubah ekspresinya.

"Babi tetaplah babi,kawan" ucap Gabriel menatap kearah Edmund kemudian tersenyum.

"Babi tetaplah babi,kawan" ucap Gabriel menatap kearah Edmund kemudian tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Lady Of Davidson Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang