5. Parting With Mad Again

2.3K 103 1
                                    

Olivya sedih jika harus pulang sekarang. Baginya, waktu begitu sangat cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Adrian, Olivya dan Allcy hendak bersiap-siap untuk masuk kedalam mobil milik keluarga Midleton.

Mad merengkuh pinggang Olivya dengan cukup erat. Rasanya, tidak ingin ia harus berpisah dengan istrinya itu.

"Daddy, kapan Daddy akan ikut bersama kami?" tanya Adrian.

Mad berjongkok didepan Adrian untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya.

"Saat di rasa sudah waktunya, Daddy akan sesegera mungkin untuk pulang." balas Mad.

"Tapi Daddy janji ya kalau sudah pulang ke mansion, tidak boleh lama lagi."

Madrick mengangguk kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Adrian dan setelah itu mengecup puncak kepala Allcy.

"Jaga Mommy ya. Adrian kan jagoan Daddy." pinta Mad pada putra kecilnya.

"Pasti Daddy."

Mad mengantarkan Olivya, Allcy dan Adrian untuk masuk kedalam mobil. Keluarga kecil Midleton hanya melihat adegan itu dari ambang pintu castle.

Mad terus memantau mobil yang di tumpangi oleh istri dan anak-anaknya, sampai mobil itu tidak terlihat lagi oleh pandangannya.

Mad membalikkan tubuhnya. Matanya bertatapan dengan keluarga kecil Midleton. Langkah kaki Mad berjalan menuju kearah Frans. Setelah berdiri didepan Frans, Mad memeluk Frans secara jantan. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada pria itu.

"Terima kasih, Frans. Berkatmu, aku dapat bertemu dengan istri dan anak-anak ku." ujar Mad.

Frans hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Dengan senang hati, Mad." balas Frans.

Frans menyuruh seluruh keluarga nya untuk masuk kedalam. Termasuk juga dengan Mad. Udara diluar sangat lah dingin.

×××

Suasana didalam mobil sangat hening. Tidak ada diantara mereka yang saling membuka obrolan. Olivya juga memilih diam saja sambil memandangi area jalanan. Hutan-hutan yang lebat, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia yang tinggal di area sini.

"Mommy, apakah besok kita kesini lagi?" tanya Adrian untuk mencairkan suasana keheningan.

"Tidak sayang, kita tidak bisa sering-sering kesini." jawab Olivya.

"Kenapa?"

"Suatu saat engkau akan mengerti, nak."

Adrian terdiam, lagi-lagi ia dibuat bingung. Mengapa semua orang menganggap dirinya masih kecil? Bukan kah ia akan bisa memahami semua ini sekarang?

"Kamu memang masih kecil, Ian." celetuk Allcy yang tau isi pikiran adiknya. Olivya menoleh dan menatap kearah Allcy.

"Kak Allcy tidak boleh membaca pikiran Ian. Lagian Ian ini sudah besar." ketus Adrian.

Allcy tertawa, "Okay, okay. I'm sorry lil bro."

Olivya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Beruntung sekali dirinya memiliki Allcy dan Adrian yang saling menyanyangi. Meskipun Allcy bukan anak dari rahimnya sendiri, tapi dirinya begitu sayang pada Allcy, layaknya anak kandung sendiri.

Olivya tidak pernah membeda-bedakan antara keduanya. Semuanya sama. Dan tidak pula Olivya membanding-bandingkan mereka berdua.

30 menit kemudian..

Setelah menempuh perjalanan setengah jam, Olivya, Adrian, dan Allcy telah sampai di pekarangan mansion megah milik Mad. Sudah ia tebak, pasti ada satu atau dua media yang terus mengawasi gerak-gerik nya. Penyamaran mereka dapat dikenal betul oleh Olivya.

DETECTIVE ADRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang