12. Flashback Two

1.6K 71 0
                                    

Mad terus saja duduk diam, tanpa memulai obrolan terlebih dahulu. Kondisi dalam mobil cukup sunyi, tidak ada suara musik apapun dari radio mobil. Mata tajamnya menatap kearah depan dan terus mengawasi area sekitar. Takut jika dirinya tiba-tiba saja diserang oleh si pemilik mobil ini.

Tidak masuk akal saja, ketika orang asing yang menjadi buronan Polisi, masuk kedalam mobil dan pemilik mobil ini tidak nekat melaporkan dirinya pada Polisi, malah justru membantunya untuk menyembunyikan dirinya.

"Madrick, apakah kau sudah menikah?" tanya Frans memecahkan keheningan. Mad hanya berdehem sebagai jawaban.

"Anak?"

Lagi-lagi Mad hanya menjawabnya dengan deheman saja. Untuk pertanyaan seperti itu, tidak perlu jawaban panjang yang akan menonjolkan dirinya.

Frans hanya mengangguk. Dirinya merasa, ia sedang berbicara pada seorang batu hidup.

"Tuan, apakah kita langsung ke bandara?" tanya sopirnya pada Frans.

"Ya, kita langsung terbang ke Monaco."

Mad mengerutkan dahinya dengan bingung. "Kau akan ke Monaco sekarang?" tanya Mad.

"Ya." balas Frans.

Lagi pula, dirinya sudah menyepakati ucapan Frans jika dirinya menjadi seorang sopir nya saat ini. Mad mengutuk dirinya yang mau bekerja serendah itu. Ia bisa saja menyewa ratusan sopir, tapi saat ini? Dia pekerja sebagai sopir.

"Mad, kau akan mengikuti kemana pun aku pergi. Jika kau nurut, aku menjanjikan jika dirimu tidak akan diketahui oleh para Polisi." ujar Frans.

Mad menoleh kearah pria di sebelahnya. "Apakah kau seorang kaya raya?" tanya Mad.

Frans tertawa, "Aku bukan orang kaya, hanya seorang raja Monaco."

Mad hanya acuh. Ia sama sekali tak terkejut jika orang disebelahnya ini seorang raja. Bukan dirinya tak percaya, hanya saja ia tidak peduli dengan apapun pekerjaan orang lain. Apalagi orang itu tidak Mad kenali sama sekali.

"Hei, kau tak terkejut jika aku ini seorang raja yang telah menolongmu?" tanya Frans.

Mad menoleh lagi kearah Frans. Tatapan tajam nya mengarah lurus kearah pria itu.

"Aku sama sekali tidak peduli. Mau kau seorang presiden bumi, aku tidak peduli." balas Mad.

Frans hanya mengedik-kan bahunya. Percuma saja berbicara pada batu hidup ini. Hal itu akan menguras kesabaran dirinya.

Dia harus tetap menjaga jati dirinya sebagai seorang raja.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mobil milik Frans telah sampai di Bandara Internasional. Frans menyuruh Mad untuk turun dan membawakan dua kopernya. Mad sempat berontak karena tak ingin disuruh-suruh oleh Frans, namun, ancaman Frans mampu membuat Mad bungkam dan menuruti perintahnya.

Mad menggeret dua koper sekaligus. Ia sengaja berjalan lebih dulu sehingga dirinya berada tepat di depan Frans. Frans tak keberatan dengan dirinya yang didahului oleh Mad.

"Katakan saja kau terbang menggunakan pesawat apa." ujar Mad tanpa menoleh kearah Frans.

"Pesawat pribadi." balas Frans.

Mad mengerti, ia berjalan menuju pintu masuk menuju pesawat. Dirinya tau betul jika pesawat pribadi dengan pesawat umum, pasti memiliki ruang masuk yang berbeda. Karena dirinya juga memiliki tiga pesawat pribadi.

Frans heran dengan diri Mad yang paham arah masuk menuju pesawat pribadinya. Dia pikir, Mad akan salah masuk dan disaat itulah dirinya akan tertawa membuat malu Mad. Namun harapannya pupus, Mad–pria itu paham betul.

DETECTIVE ADRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang