Adrian menatap benci kearah seseorang yang baru saja masuk kedalam ruang kerja. Bagaimana bisa orang itu muncul disaat Adrian sudah tidak begitu mengharapkan kehadirannya?
Madrick Vallencio. Mantan seorang mafia. Ya, Madrick melepaskan tag nya sebagai seorang mafia. Hal itu dikarenakan ia ingin hidup seperti seorang pengusaha biasa yang menjalani hidupnya bersama istri dan anak-anaknya.
"Papa?" gumam Allcy dengan raut wajah yang terkejut.
"Kita akan pindah. Disini tidak aman-"
"Hanya dirimu yang tidak aman. Ian, Allcy, dan Mommy disini aman. Jadi jika kau ingin pindah, maka pindahlah sendiri. Bukankah, kau sudah bertahun-tahun pindah-pindah tanpa kami?" potong Adrian dengan tatapan sinis.
Mad menatap tajam kearah putranya. Mata tajam mereka saling menusuk satu sama lain. Entah bagaimana ceritanya, sosok Adrian menjadi sosok yang pembantah?
"Sejak kapan?" tanya Mad, tak luput dari tatapan tajamnya.
Adrian yang di tatap seperti itu, bukannya takut, ia justru menantang balik.
"Sejak kau pergi tanpa kabar." balas Adrian seakan tau apa maksud dari pertanyaan Daddy nya.
Daddy? Apakah masih ada panggilan itu dari Adrian untuk Mad?
Madrick membuang nafasnya dengan gusar. Ini memang salahnya. Dan putranya itu juga sedikit menurunkan gaya bicaranya.
"Kita akan tetap pindah. Daddy tidak menerima penolakan."
Adrian mengepalkan kedua tangannya. Ia berjalan keluar ruang kerja Madrick dengan perasaan marah, kesal dan benci menjadi satu. Bagaimanapun, semua butuh persetujuan satu sama lain. Bukan memaksa seperti ini.
Mad membanting tubuhnya diatas sofa yang empuk. Ia memijat jidatnya yang terasa sedikit pusing.
"Papa benar-benar egois." ujar Allcy dan ikut keluar menyusul adiknya.
"Allcy... Allcy, kemari sayang." panggil Mad yang tak mendapatkan respon sedikitpun dari putrinya.
"Sudahlah, nanti biar aku saja yang bicara dengan mereka. Kau istirahat saja. Aku akan membantu mereka berkemas." tutur Olivya dengan lembut sambil merapikan rambut Mad yang sedikit memanjang dan berantakan seperti orang tak terurus.
Madrick meraih pinggang Olivya hingga wanita itu jatuh kedalam pangkuan Mad. Tanpa aba-aba, Mad mencium bibir mungil Olivya dengan sedikit agresif. Olivya yang memang sudah sangat lama tidak merasakan ciuman bersama Mad pun, turut membalas ciuman Mad.
Olivya melepaskan ciumannya. "Aku harus membantu anak-anak."
"Berikan aku setengah jam saja." balas Mad dengan suara beratnya.
Olivya tersenyum, ia pun mengangguk tanda setuju. Mereka berdua kembali bercumbu dan memulai aksinya.
***
"Aku membencimu, Argghhhh..." teriak Adrian sambil membuang selimutnya dengan gerakan kasar.
"Adrian!! Jangan macam-macam yaaa. Buka pintunya sekarang." Allcy memukul-mukul pintu kamar adiknya dengan sekuat tenaganya, berharap Adrian membuka pintunya.
Adrian menatap kearah pintu dengan perasaan marah. Walaupun suasana hatinya saat ini tidak baik-baik saja, dirinya tak pernah sekalipun mengabaikan kakaknya apalagi membantah kakaknya sendiri.
Pintunya terbuka, Allcy melihat adiknya yang tengah menangis. Sekian lama dirinya tak pernah melihat adiknya menangis, kini ia dapat melihatnya kembali.
Kaki Allcy melangkah masuk dan menutup pintunya. Ia merangkul adiknya dengan penuh kelembutan. Meskipun lebih tinggi adiknya, namun tetap saja, Adrian adalah adik kecil yang ia hibur selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETECTIVE ADRIAN
Azione(Squel Dari Cerita My Dangerous Mafia) Announcement : DIHARAPKAN MEMBACA MY DANGEROUS MAFIA KESATU DAHULU AGAR MENGERTI ALUR CERITANYA !! Usaha Mad yang berhasil kabur dari jeratan hukum, membuat seluruh keluarga khawatir akan kondisi dan keberadaan...