11. Flashback One

1.9K 81 0
                                    

Zakira, Jon, Allcy, Adrian, Olivya dan Mad sedang duduk di sofa ruang keluarga pribadi. Mereka saling melepas rindu satu sama lain.

Kate, Jenny, dan Elizabeth yang sadar posisi mereka tidak dibutuhkan, mereka memilih untuk pergi ke kamar Allcy.

"Mad, darimana saja kau selama ini?" tanya Zakira dengan sejutan pertanyaan yang ingin segera dijawab oleh Mad. Namun ia tak mungkin jika harus menanyakan hal beruntun pada Mad.

Flashback On (Lima tahun sebelumnya)

Seorang pria dengan baju tahanan warna biru, sedang mengantri untuk mengambil makanan. Mad, pria itu terpaksa harus mengantri makanan yang harusnya tidak dia makan. Melihat dari bentukan masakannya saja, ia tak punya selera. Tapi mau tidak mau, Mad harus mengambil makanan tersebut untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.

Jika menuruti gengsi nya untuk saat ini, Mad bisa-bisa mati konyol karena kelaparan. Disaat gilirannya mengambil makanan, Mad menyerahkan piring nya kepada dua petugas yang mengambilkan makanan.

"Wow, seorang mafia kaya raya harus makan makanan seperti ini. Sungguh mustahil jika dibayangkan, namun ini sangat nyata didepan mata." ucap salah satu petugas. Kedua petugas itupun tertawa untuk meremehkan Mad.

"Cepat isi piringku dan jangan banyak bicara." ketus Mad.

"Wowowo. Hey bung, ingatlah ini. Kau disini sudah sebagai seorang tahanan. Saat ini, kedudukan mu lebih rendah dihadapanku. Jadi berhentilah bersikap seolah kau penguasa di sel ini. Dasar tikus selokan."

Mad mengambil alih piring yang semula berada di tangan petugas, dan membantingnya hingga menimbulkan suara pecahan yang cukup keras. Saat ini emosi marahnya sudah tidak bisa di kontrol lagi. Tak heran jika Mad mudah marah, karna jati dirinya adalah seorang yang pemarah dan keras.

Seluruh tahanan pun terkejut. Tidak hanya mereka, kedua petugas ini pun terkejut dengan sikap nekat Mad yang berani di depan dirinya. Seketika nyali mereka hilang entah kemana.

Mad berjalan maju menuju kearah salah satu petugas yang sudah mengatai dirinya tadi.

"Ingat satu hal ini. Kau hanya seorang petugas dengan gaji murahan. Bahkan harga seluruh organ tubuhmu pun masih beda jauh dengan harta kekayaan ku. Aku memang seorang tahanan disini, tapi ada baiknya jika engkau memperlakukan seorang tahanan seperti manusia layaknya. Bukan seperti tikus selokan yang kau sebut itu. Mulutmu lebih buruk dari kemaluan anjing." desis Mad, tepat di depan wajah petugas itu.

Ia pun mengambil piring baru yang tersedia disebelah makanan. Tanpa meminta petugas lagi, Mad langsung mengambil makanan tersebut dan melenggang pergi dengan meninggalkan tatapan tajam pada salah satu petugas yang mengatai dirinya tikus selokan.

Mad duduk disalah satu bangku pojok yang jauh dari kerumunan. Ia memakan makanannya dengan perasaan marah dan kesal sekaligus. Sehingga, tidak ada rasa nikmatnya saat makan. Jika bukan karena perutnya yang sudah kelaparan, mungkin Mad tidak akan pernah mau makan seperti ini.

Ia bahkan menjadi bahan olokan petugas karena sifat pemarahnya ini. Jika saja negara nya ini tidak menghukum siapapun yang berbuat salah, mungkin sudah banyak korban yang habis ditangan Mad. Dia tidak membunuh sembarangan orang, tapi ia akan membunuh orang yang menginjak-injak harga dirinya dan keluarganya.

"Bro, kau berani sekali dengan petugas itu." ujar seseorang yang baru saja datang dan duduk tepat di sebelah Mad. Mad melihat sekilas orang disebelahnya itu. Ia memilih untuk diam dan tak membalas sepatah kata pun.

Mad risih saat mendengar suara kecapan mulut dari orang disebelahnya ini. Makannya begitu lahap seperti orang kelaparan.

"Bisakah kau pergi?" tanya Mad dengan tatapan sinis.

DETECTIVE ADRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang